Cerita Cedric 2

18.8K 1K 7
                                    

Aku berhasil kembali ke selku di rumah sakit jiwa.

Satu malam yang akan kuingat seumur hidupku.
Aku menyentuhnya.

Kiara.
Dia menunjukkan dunia yang berbeda padaku.

Dia satu-satunya alasan yang membuatku kadang merasa tidak ingin mati.
Alasanku untuk tetap hidup.

Aku menyentuhnya.
Aku menyentuhnya dengan benar kali ini.

Wajah lugu Kiara terbesit di pikiranku. Matanya, hidungnya, pipinya, dagunya.
Bibirnya.

Tiap inchi wajahnya aku ingat dengan jelas.

Ciumannya....

Aku khawatir kapan aku akan keluar dari rumah sakit jiwa ini?
Karena setiap aku mengingat ciuman kami.
Aku semakin dibuat gila.
Dan gila.
Dan semakin gila.

Aku ingin menemuinya. Aku rindu aroma rambutnya dan suara nafasnya.
Aku rindu,  dan rindu ini membunuhku.

Ah, bahkan tanpa menyentuhku seperti ini pun, kurasa ia bisa membunuhku.

Jantungku berdegup keras.
Dokter bilang tidak ada masalah dengan jantungku.
Tapi mengapa jantung ini seakan berdetak untukmu saja, Kiara?

Aku menyentuh bibirku.

Akh, sialan. Aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.
Kami berciuman?

Lalu apa yang terjadi setelah kau mencium seseorang?

Semakin dipikirkan, semakin tak terjelaskan.

"Cedric? "

"Kiara!? Kenapa kau ada di sini!? Ini sudah malam, penjaga pasti akan mengusirmu!"

"Aku tidak perduli. Aku merindukanmu, Cedric...." Kiara beringsut dan melingkarkan lengannya di dadaku, memelukku.

"Kiara! "aku panik, salah tingkah.

Kiara menatapku. "Cium aku, Cedric. Aku rindu bibirmu...  Ummh..., " Kiara meraih daguku dan bersiap menciumku.

Aku salah tingkah. Wajah kami semakin dekat!

"Cedric... "

"Cedric! "

Aku terbangun. Akh sialan. Mimpi Kiara lagi. Aku harus bangun dan menghadapi kenyataan bahwa aku adalah pasien rumah sakit jiwa.

Pagi ini kami diberi makan. Lagi lagi aku mendengar teriakan dari kamar yang lain, yang sudah biasa kudengar.

Mungkin aku terlihat paling waras di sini.

Namun jauh di dalam,

Aku masih gila.

Karena Kiara.

***

Psikolog datang mengunjungiku dan hari ini jadwalku melaksanakan terapi.

Aku tidak menghitung tanggal tapi rasanya sudah cukup lama aku berada di sini.

Kapan aku akan keluar?

Ayah dan Ibu mengunjungiku setiap hari.

Seperti hari ini. Di jam besuk, aku akan diinformasikan bahwa orangtuaku menunggu di ruang besuk.

Ditemani seorang suster, aku menemui mereka.

"Hai, Ayah. Ibu."

Ayah dan Ibu tersenyum kepadaku. Lalu seseorang muncul dari balik punggung mereka.

Apa ia nyata?

Aku harus mengucek mataku untuk memastikan bahwa aku tidak sedang berkhayal.

Sudah lama aku tidak melihatnya.

Lama sekali, rasanya hampir selamanya.

Dan ketika suaranya yang bening memecah ruangan rumah sakit jiwa yang penuh raungan kesengsaraan.

Suaranya tepat ditangkap oleh gendang telingaku.

"Cedric...."

Iya, terus. Begitu. Panggil namaku.

"Cedric," suara Kiara tertahan dan ia berjalan maju ke arahku.

Lengannya ia lingkarkan di tubuhku yang dingin.

Ia memelukku begitu erat, ia membuat diriku yang hancur berkeping-keping merekat kembali.

Kami tidak berbicara sepatah kata pun, lebih tepatnya tak sanggup.

Apa maksud dari pelukan ini?

Apa Kiara sudah memaafkanku?

Entahlah. Aku juga tak kuasa menahan jemariku untuk balas memeluk Kiara.

Kami berdua hanyut dalam pelukan itu. Entah apa pandangan orang-orang.

Aku baru sadar ketika ada yang menepuk pundakku.

"Cedric. Bukan hanya Kiara yang merindukanmu. Kami semua juga."

Aku mengangkat kepalaku. Ada Ryan, Yuna, dan Clarisa.

"Cedric, aku minta maaf untuk yang kuperbuat selama ini. Kuharap kau mau memaafkanku. Semoga kita bisa berteman setelah ini. Cepat keluar dari sini, ya," kata Yuna, kemudian Ryan merangkulnya. Kurasa mereka balikan.

Ah, aku saja hampir lupa apa yang Yuna lakukan padaku. Itu bukan masalah lagi sekarang.

Yang penting, Kiara ada di sisiku.

"Ya, Cedric. Cepat kembali sekolah, ya. Biar bisa bantu kami mengerjakan tugas sekolah. Kau, kan pintar, hehe" ucap Clarisa lagi.

Kiara melepas pelukannya.

Dan aku tersadar.

Selama ini aku hanya sibuk menutup diri.

Tanpa kusadari, bahwa dunia ini sebenarnya tidak seburuk yang kupikirkan.

Sekarang bahkan, aku punya teman-teman.

Dan semua itu ditunjukkan oleh Kiara, yang telah memutar duniaku 180 derajat.

Jam besuk telah habis. Berat rasanya harus kembali berpisah dengan Kiara dan teman-teman yang baru saja aku dapatkan.

Tapi aku akan menemui mereka lagi dan meninggalkan tempat ini.

Segera.

-------
Hai bebzzz

Sorry jarang post huhu :") tapi sesuai janji cerita ini akan dilanjut sampai habis...
happy ending

Vomment nya jangan lupa bebzz

Btw di chapter ini, Cedric jadi puitis gitu yaa😂 sampai ada beberapa kalimat yg author sendiri geli bacanya :"v  padahal buat sendiri wkowkok

See u on the next chapter.
Masukan? Saran? Kritik? Comment saja ya.

Follow untuk dapat notif terbaru. ;) makasih.

Ohya, soal webtoon. Masih diperhitungkan. Banyak juga ternyata yg pengen Psycho Boy diwebtoonkan. Doakan saja semoga terlaksana meski belum tahu kapan.

Regards,

Vondequeen.

Psycho Boy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang