"Hoaahmm...," aku menguap, bangun dari tidurku.
Aku melihat jam di meja belajar yang sudah menunjukkan pukul 9 pagi.
Apa yang kulakukan semalam sampai aku bangun sesiang ini?
Untung hari ini tanggal merah.
Aku melirik gaun tidur putih yang kukenakan. Ada sebuah noda tak biasa yang mengotorinya.
Noda darah kering.
Ah, sialan. Semalam....
Perutku berbunyi tanda lapar. Aku pun mandi membersihkan diri dan segera turun ke dapur untuk sarapan.
Orangtuaku pulang hari ini, tapi sore nanti. Selama itu, apa yang harus kulakukan?
Aku beranjak ke ruang tengah. Masih tak habis pikir untuk kejadian tadi malam. Rasanya seperti mimpi.
Kenapa Cedric masih juga tak bisa kupahami?Aku duduk di salah satu sofa. Sayangnya sebuah benda mengganjalku sehingga dudukku pun tak nyaman. Aku pun memeriksa benda apa itu.
Tas ransel.
Tas ransel Cedric.
Aku meraih ransel itu. Apa perlu aku mengembalikannya? Jelas aku tidak mau benda terkutuk itu ada di sini.
Ah, masa bodoh. Aku akan menaruh tas terkutuk itu di depan pintu rumahnya lalu pergi pulang.
Aku pun meraih ransel tersebut dan berjalan ke rumah Cedric.
BRUAK!!
Aku melemparnya kasar ke teras rumah biru itu.
Aku pun segera berbalik tapi akhirnya berhenti untuk menoleh ke arah rumah itu sekali lagi.
Akhirnya aku mendapati kalau lampu di teras tersebut menyala. Padahal ketika Cedric menghilangkan kuncinya, lampunya masih mati.
Apa Cedric yang menyalakan lampunya? Dia ada di dalam?
Harusnya aku segera pergi tapi entah kenapa kakiku membawa tubuhku kembali ke rumah itu.
Aku mengetuk pintunya.
"Cedric? Kau di dalam?"
"Siapa?"
Suara dari dalam terdengar lemah, tapi aku mengenalinya. Itu jelas benar suara Cedric."Ini Kiara! Aku masuk!"
Tadi malam dia, kan, kehilangan banyak darah! Bagaimana kalau di dalam ia sedang sekarat!?Aku mendorong pintu yang tak terkunci itu dengan kuat dan segera berlari ke kamar Cedric.
Cedric berbaring di kasurnya dan segera bangkit duduk begitu melihatku.
"Hei, siapa yang bilang kau boleh ke sini?" geramnya, tapi tidak keras, karena jelas terlihat kondisi fisiknya yang melemah."Perlihatkan lenganmu!" Perintahku.
"Tidak mau."
Aku tidak punya waktu untuk basa-basi dan segera menarik kedua lengannya.
"Ya ampun! Sampai bengkak begini! Kalau dibiarkan bisa infeksi!" Seruku. "Kemari!" Aku menarik kepala Cedric dan meraba keningnya.
"Lihat! Kau bahkan demam karena infeksi luka!"Cedric kembali menarik lengan dan kepalanya dari hadapanku.
"Aku tidak apa-apa!" Serunya."Diam di situ!" Pintaku pada Cedric.
"Apa yang mau kau lakukan!?
Sudah kubilang aku tidak apa-apa!!" Seru Cedric, tapi aku terlanjur keluar dari kamar itu dan mencari kotak obat.Begitu menemukannya aku kembali ke kamar Cedric, dan memintanya untuk menunjukkan lengannya.
Jelas saja ia menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Boy [TAMAT]
Teen FictionKiara hanya ingin membuktikan pada semua orang dan dirinya sendiri, kalau Cedric juga punya hati. Cover by: _Ragdoll_ Chapter terakhir diprivate. Ikuti untuk membaca.