Malam ini Aku Sendiri

27.3K 1.5K 23
                                    

"Bagaimana kalau menginap di rumahku?" kalimat itu terlontar begitu saja dari mulutku.

Cedric menatapku bingung.

Apa aku baru saja berkata tak senonoh!? Maksudku, aku baru saja mengajak seorang cowok "tidur" serumah denganku malam ini!?


Aku salah tingkah. "Yaa, maksudku, karena... rumahmu terkunci dan kita tetangga jadi... ah, aku, hmm maksudku, kau... bisa tidur di kamar tamu. Ah, tentu saja di kamar tamu! Masa di kamarku? Ah tentu saja tidak, ah, maksudku...," ups! Aku berbicara terlalu banyak! Aku terdiam dan melihat reaksi Cedric.

Sial. Tetap datar, lalu Cedric mengangguk pelan.
"Kuharap tidak merepotkan," sahutnya.

"Tidak apa-apa. Ayo kita turun ke bawah. Aku akan memasak makan malam," kataku, akhirnya bisa mengatasi salah tingkahku.

Kami pun menuruni tangga menuju ruang tengah.

"Ini sudah sore, kau tidak mandi?" Saranku.

Cedric tidak merespons.

"Tunggu sebentar!" Aku lari ke kamar pakaian, meninggalkan Cedric. Lalu kembali lagi membawa handuk, sepotong kaus dan celana jeans simpanan milik Papa. Tapi karena kekecilan, Papaku tidak pernah mengenakannya.

Aku menyerahkannya pada Cedric. "Ini, selama aku memasak kau mandi, ya. Kamar mandi di belakang tangga. Putar kenop shower ke kanan untuk air hangat," kataku.

Cedric patuh dan menerimanya. Aku berjalan ke dapur, menyiapkan makan malam.

Aku membuka kulkas yang penuh dengan bahan makanan. Beberapa dari mereka bahkan tidak kukenali.

"Apa yang akan kumasak?"

Ketika sudah kuputuskan untuk memasak apa, aku pun mulai menyiapkan bahan.

Aku mendengar deburan air dari kamar mandi.
Cedric sedang mandi, pikirku.

Berarti dia....

HAH. Tidak. Aku menggeleng. Aku harus fokus pada masakanku.

Aku pun mulai sibuk memasak. Mencuci, mengupas, mengiris dan memotong. Juga mencampur.
Aku sering, kok, menonton acara memasak di televisi.
Meskipun, ya, aku tidak pernah memasak tanpa bantuan pembantu atau Mamaku.

Ya, kuharap masakanku berhasil.

Dan enak.









Namun kemudian....

"CEDRIIIIC!!! panggilku histeris.

Aku mendengar derap langkah kaki Cedric, ia baru saja selesai mandi.

"Hei, kenapa kau berteriak?" Katanya kesal. Ia mengusap kepalanya dengan handuk yang ia kalungkan di leher. Ia (lagi-lagi!) tidak mengenakan atasan. Ia hanya mengenakan jeans yang tadi kuberikan.
Ia masih basah.
Segelintir air jatuh turun ke dada bidangnya yang penuh luka, namun sekarang terlihat lebih bersih.

Sialan.

Seksi.

Tidak! Tidak! Tidak! Kiara! Kau tidak boleh berdelusi lagi! Kau harus mencuci otak!










"Aku tidak bisa menyalakan kompor gas."

"Kalau begitu tidak usah masak saja sekalian!!" Geram Cedric.

"Bantu aku," aku memohon. "Aku sudah capek-capek membuatnya."

Cedric akhirnya membungkuk untuk menggapai kenop kompor.
"Lihat. Tekan kenopnya lalu putar ke kanan sampai terdengar bunyi 'klik', lalu sesuaikan besar apinya."
Cedric mempraktekkannya. Aku menggangguk mengerti.

Aku pun mulai menumis bawang. Namun Cedric tidak beranjak dari tempatnya.

"Kau punya pembantu, kan? Kenapa harus kau yang memasak?" Tanya Cedric.

Wah, baru kali ini ia menanyaiku! "Pembantuku pulang kampung, orangtuanya sakit. Satpamku juga tidak berjaga hari ini. Isterinya melahirkan. Dan Papa Mamaku, seperti yang kautahu sedang dinas keluar bersama orangtuamu," jelasku. Ya, orangtua kami keluar kota dan baru kembali lusa.
"Jadi, malam ini aku sendiri."

Cedric terdiam, respon yang sudah biasa aku dapatkan.

Bawang yang kutumis pun telah menebarkan wangi, aku siap-siap memasukkan bahan yang selanjutnya.







"Bukannya ada aku?" Ucap Cedric. "Kau tidak sendiri."

"Eh?" Aku menatap Cedric.
Apa maksud dari perkataannya?

Apa dia ingin aku merasa aman?

Apa ia ingin aku tahu bahwa ia menemaniku di sini?

Aahhhh aku tidak tahu....
Tapi ada rasa nyaman, jauh di lubuk hatiku....

Mengetahui ia di sini bersamaku.

Lucu. Padahal ia ini pembunuh keji. Kenapa aku merasa aman di dekatnya?



"Jadi di rumah ini ada dua orang. Kau tidak sendirian. Kau tidak bisa menghitung, ya?" Ucap Cedric lagi.

"Ah, begitu, ya," ternyata dia cuma mau mengungkapkan fakta.

Dia cuma mau mengoreksi perkataanmu, Kiara.

Memang salahku. Terlalu membawa perasaanku. Ah sialan. Kenapa aku jadi berharap padanya?

Tidak boleh begini.

Ini salah.


Cedric berbalik dan meninggalkan dapur. Aku melanjutkan masak.

"Huwaa!!! Gosong!!"

------
Please leave your vomment :*

Psycho Boy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang