Ke Mana Cedric?

35.6K 2.1K 29
                                    

Warning!!! Gore alert!!!
Konten di bawah ini mungkin mengandung unsur sadisme, gore, adegan berdarah dan mutilasi.
Anak-anak atau anda yang memiliki trauma dengan hal yang mengandung unsur tersebut tidak dianjurkan untuk membaca konten berikut.

--------
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Itu Fluffy.

Aku kenal itu pasti Fluffy. Terlihat dari bulunya yang cokelat-jingga serta kalung loncengnya.

Fluffy terbaring telentang, perutnya telah dibelah serta isinya keluar berantakan. Usus terburai kemana-mana, lambungnya keluar dan pecah. Asam lambungnya membasahi lantai.
Darah kucing itu berceceran, terciprat-ciprat. Aku menginjak salah satu cipratannya. Kepalanya retak, telinganya sobek dan matanya telah dicungkil keluar.

Aku syok setengah mati melihat hal tidak menyenangkan yang tersuguh di hadapanku itu.
"Huuekk....," aku merasa mual. Baunya mengerikan.

Fluffy, Fluffy, siapa yang melakukan ini padamu?

Aku berlari secepat mungkin dari tempat itu. Aku menuju pos satpam dan untungnya di sana masih ada satpam yang menjaga.

Tak lama kemudian mobil jemputanku datang dan aku pun segera pulang.

Tapi kemana Cedric?

Malam itu aku sedang berada di balkon, ingin sekadar menghirup udara malam.
Orangtua Cedric telah menelepon ke rumah karena sampai saat ini Cedric belum pulang. Mereka tidak bisa melapor ke polisi karena belum 24 jam.

"Ah, si Cedric ke mana sih? Membuat semua orang repot," gumamku dalam hati.
Hah, kenapa aku jadi mencarinya!?

"S-siapa yang peduli juga!" Ucapku pada diri sendiri.

Aku jadi teringat kejadian tadi siang, Fluffy. Ugh, aku menjadi ngeri membayangkannya. Pasti cerita Fluffy ini akan menjadi perbincangan hangat esok pagi.

Aku hanya bingung, siapa yang tega melakukannya? Maksudku, semua orang di sekolah menyukai Fluffy karena ia kucing yang manis. Termasuk Yuna si menyebalkan. Ia sering berkunjung ke rumah penjaga sekolah hanya untuk bertemu Fluffy.

Tadi seingatku di sekolah hanya sisa aku dan Cedric. Lalu aku...
Cedric?

Cedric?

Apa mungkin Cedric pelakunya? Dia membawa pisau ke sekolah, kan?

Aku menggeleng, membuyarkan pikiranku. Meskipun Cedric itu aneh, aku tidak mungkin bisa menuduhnya begitu saja.

Aku menengok ke atas, melihat pohon yang menjadi pembatas balkonku dengan atap rumah Cedric.

Lagi-lagi aku melihat daun-daun di pohon itu bergerak sendiri. Aku tidak terlalu terkejut.

"Cedric, apa itu kau?"

Tidak ada jawaban.
GRASAK! GRASAK!

"Cedric? Turun!"

Tes. Tes.

Aku menyadari ada cairan menetes ke kulit tanganku. Aku mengira itu air hujan, embun, atau gentengku bocor atau getah pohon. Tapi warnanya merah.

"Da-darah?" Aku terkejut. "Ini darah!"
Aku mendongak ke atas. Kukira cairan ini jatuh dari pohon.

Tes.

Setetes darah kembali jatuh ke pipiku. Lalu seperti suatu makhluk keluar dari pohon rindang itu, menimbulkan bunyi "GRASAK!" yang kuat. Aku terkejut.

Aku langsung lari masuk ke kamar. Aku mencuci tangan dan wajahku.

Apa yang terjadi? Aku memutuskan untuk tidur. Mungkin aku memang hanya kelelahan.

Tapi mana Cedric?

Kemana dia?

------------
Don't be a silent reader.

Psycho Boy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang