Sepertinya kabar tentang pindahnya Yuna memang benar.
Sudah seminggu ia tidak pernah hadir ke sekolah. Pagi hari Senin ini pun Bu Yin wali kelas kami membenarkan kabar itu."Masalah pribadi," ucap Bu Yin.
Sebenarnya, tanpa Yuna, kelas ini jadi kurang "panas", aku terkekeh.
GREP.
Aku terkejut, seseorang mencengkram tanganku.
"Kiara."
"Apa?" Tanyaku pada orang sialan yang pagi ini juga menumpang mobilku. Benar, Cedric sudah menjadi penumpang permanen mobil jemputanku.
"Ke kantin," ajaknya.
Heh? Apa? Si sialan ini mengajakku ke kantin?
"Tidak mau. Belum jam istirahat," jawabku dingin.
"Gurunya tidak datang. Ini jam kosong," kata Cedric. "Ayo."
Aku menggeleng keras. "Tidak."
Cedric menghela nafas. Lalu dengan nada yang dibuat-buat, ia berseru, "Ah, ya sudah. Lebih baik aku ajak Clarisa saja...."
Aku panas seketika. Berani beraninya dia!? Menggodaku dengan membawa nama orang lain!?
Aku berusaha tetap diam, meskipun kupingku panas mendengarkan omongan Cedric.
"Eh, mana Clarisa?" Seru Cedric.
"Cie, Cedric cari cari Clarisa?"
"Ada apa ya? Hehehe?"
"Wah, kalian benar jadian?""Aku serius. Di mana Clarisa?" Tanya Cedric tegas.
Kupingku makin panas. Ingin rasanya teriak tapi aku tetap menahan diri.
"Oh, tadi Clarisa dipanggil guru. Dia ada lomba tari hari ini," akhirnya seseorang menjawab.
"Ah, begitu," ucap Cedric. "Clarisa tidak ada ternyata. Apa boleh buat."
Aku memberi Cedric tatapan nanar. Ia balas memandangku.
"Iya, iya," ujarku akhirnya.
"Hei, mau ke mana? Katanya ke kantin!?" Seruku saat Cedric membawaku ke arah berlainan dari kantin.
Ia tidak menjawab. Entahlah, mungkin ia ada urusan di suatu tempat. Jadi aku pasrah dan tetap mengikutinya.
Kami berhenti di depan bangunan sekolah yang lama. Bangunan itu sudah tidak ditempati, karena sudah ada gedung yang baru.
Karena lama tidak ditempati, bangunannya pun menjadi terbengkalai. Beragam gosip angker tentang gedung sekolah yang lama itu pun bertebaran."Kenapa kita ke sini!?" Tanyaku pada Cedric. "Kau tidak tahu cerita gedung ini, ya? Konon ada senior yang mati di sini, makanya dibangunlah gedung baru."
"Konon, kan? Bukan fakta! Kau ini pengecut. Ayo, aku menemukan tempat bagus di sekitar gedung ini," kata Cedric dan langsung menarik tanganku.
"Ced, tunggu!" Aku melawan. "Kita tidak seharusnya berada di sini, kan!?"
Cedric berhenti menarikku. Ia menatapku.
"Kiara, sekali-kali kita harus menjadi nakal."Blush.
DEG DEG DEG.
Terdengar konyol, tapi ini pertama kalinya seseorang mengajakku untuk berbuat nakal.
Dan orang itu adalah Cedric."Jadi, kau ikut?" Tanya Cedric lagi memastikan.
Aku mengangguk dan mengikutinya memasuki bangunan tua itu.
Kami menaiki tangga.
Kami tidak berhenti sampai pada tingkat ketiga, gedung itu memiliki lima lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Boy [TAMAT]
Teen FictionKiara hanya ingin membuktikan pada semua orang dan dirinya sendiri, kalau Cedric juga punya hati. Cover by: _Ragdoll_ Chapter terakhir diprivate. Ikuti untuk membaca.