Dengan beringas dan pasti, aku mengarahkan pisau itu ke arah Kiara.
Pisau itu melaju, membelah udara yang dilewatinya.
Sebentar lagi pisau ini dengan mantap menikam Kiara. Dengan menghabisinya, semua rasa sakit di diriku akan berakhir, kan?
Iya, kan?
DEG.
Tanganku seketika kaku dan pisaunya pun berhenti melayang, tepat di depan perut Kiara, sebelum menusuknya.
Jari jemariku tak bisa kukendalikan. Genggamanku melemas dan pisau itu jatuh ke lantai, menghasilkan suara gesekan besi dengan porselen.
Jantungku berdegup kencang, sakit. Kepalaku pusing. Pandanganku berkunang kunang. Perutku seperti digelitiki oleh ribuan kupu kupu.
Wajahku rasanya panas. Telapak tanganku dingin.Brengsek. Kenapa harus kambuh separah ini disaat yang tidak tepat!?
Entah gejolak apa yang muncul dari dalam diriku sendiri. Seperti menolak apa yang aku lakukan sekarang.
Semuanya seakan menyuruhku untuk berhenti.Kepalaku semakin pusing, tubuhku rasanya lemas. Aku berlutut ke lantai sambil memegangi kepala.
Jantungku berdenyut nyaring, seakan semua darah di tubuhku dipompa lebih deras. Tubuhku panas, tapi aku merasa dingin.
"HMMMPHHH!!!" Kiara berteriak dengan mulutnya yang tersumpal.
Dengan mataku yang berkunang-kunang, samar samar aku melihatnya. Menatapnya.
Dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Dengan kostum Maid yang kukenakan padanya.Cocok sekali, seolah dia adalah karakter dua dimensi yang menjadi nyata.
Dia Maid-ku.
Dia Maid-ku sekarang.
Tapi kenapa aku yang berlutut di hadapannya?
Aku selalu saja lemah di hadapan Kiara.
Apa yang sedang kulakukan?
Harusnya aku sadar....
Sekeras apapun aku berusaha.
Hasilnya akan tetap sia - sia.Dan pada akhirnya, akulah yang harus menanggung semua rasa sakit ini sendirian.
"Uukh..., SIA SIA SAJA!" aku meraih pisau dan memutuskan tali yang membuat Kiara tergantung.
Ia terjatuh ke lantai, sama seperti semua action figure Maid yang kukumpulkan sejak kecil.
Sebenarnya apa yang kupikirkan? Mendandaninya seperti Maid akan membuatku merasa aku berkuasa atas dirinya?
Kenapa aku begitu bodoh....
Kau anak dari tempat sampah.
Tidak ada yang menginginkanmu.
Mungkin mereka semua memang benar.
Diriku sendiri tidak menginginkan aku.
Aku memang tidak berguna.***
Aku menarik nafas.
Oh Tuhan, apa aku sudah lolos dari maut atau ini akan bertambah buruk?
Sekarang aku aku sedang tersungkur di lantai, tangan kaki masih diikat dan mulutku masih disumpal.
Setidaknya aku tidak tergantung lagi.Aku menatap Cedric yang berlutut di hadapanku, entah apa yang terjadi padanya.
Dia menggila.Nafasnya terengah engah dan ia terus memegangi dadanya, seperti menahan rasa sakit.
Masa bodoh. Yang penting aku harus meloloskan diri dulu.
Aku memutar pandangan. Di pojok ruangan, aku sepintas melihat gagang gunting yang tertimbun action action figur dan barang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Boy [TAMAT]
Teen FictionKiara hanya ingin membuktikan pada semua orang dan dirinya sendiri, kalau Cedric juga punya hati. Cover by: _Ragdoll_ Chapter terakhir diprivate. Ikuti untuk membaca.