Lega

27.1K 1.7K 16
                                    

"Halo, Ryan?"

"Ya?"

"Aku bosan, kau mau kencan?" Tanyaku penuh harap.

"Ah, maaf. Sekarang aku sedang sibuk, Kiara. Lain kali, ya. Dah," sahut Ryan.

"Oh, begitu. Ya sudah, dah," tut aku mematikan ponselku.

"Huuh, padahal aku sedang membutuhkannya, dia malah sibuk," gerutuku pada diri sendiri.


Ponselku kembali berbunyi. Dari Clarisa.

"Halo?" Aku menangkatnya.

"Kiara! Kau dimana!?" Suara Clarisa terdengar panik.

"Di rumah. Kenapa?"

"Kau... sudah putus dengan Ryan, ya?"

"Hei, apa-apaan! Masih, kok!" Seruku.

"Lalu kenapa--" omongan Clarisa terputus.

"Kenapa apa? Ryan kenapa!?"

"Dia........."







Tut. Aku memutuskan sambungan, terdiam membatu.

Aku keluar dan menyuruh sopirku mengantarku ke sebuah mall yang jaraknya 15 menit dari rumahku.

Mobil melaju, akhirnya kami sampai. Aku buru-buru ke tempat yang Clarisa maksud. Ia sedang di mall itu, memperhatikan sesuatu.

"Lihat! Itu mereka!" Seru Clarisa, namun setengah berbisik.

Aku memandang ke arah yang ditunjuknya.

Aku tidak percaya pemandangan ini.

Ryan, pacarku. Sedang duduk berdua dengan wanita lain. Mereka berdua tertawa akrab, kadang lengan Ryan merangkul bahu wanita itu.

Jadi ini maksud Cedric kalau Ryan itu cowok tidak baik?

Mungkin ini yang Cedric maksud ketika ia melihat Ryan?

Harusnya aku dengarkan perkataan Cedric.

Harusnya aku dengarkan perkataannya sampai tuntas.



"Mungkin... itu cuma temannya. Atau keluarganya," ucapku berusaha berpikir positif.

"Tidak mungkin," jawab Clarisa. "Coba kau telepon Ryan."



"Halo, ada apa Kiara?"

Aku melihat Ryan yang di mall itu berjalan menjauh dari wanita tadi ketika mengangkat telepon dariku.

"Ryan... kau dimana?"






"Aku sedang kerja kelompok di rumah teman. Sudah, ya. Aku sibuk."

Aku sibuk.

Aku terbelalak. Aku mematikan ponsel. Sibuk!? Sibuk apaan, dasar cowok sialan!

"Aku ke sana sekarang!" Seruku, mengambil langkah seribu.

"Jangan!" Clarisa menahanku.

"Lepas!" Kataku, tak mampu lagi menahan amarah.







"Ryan...," ujung-ujungnya aku hanya berdiri mematung.

"Ki... Kiara!?"

"Jadi... kau sedang kerja kelompok?" Tanyaku sarkatis.

"Siapa dia? Siapa dia, Ryan?" Tanya wanita yang bersamanya, dari pakaiannya ia terlihat lebih tua dariku.

"Kir, aku bisa jelaskan," ucap Ryan pelan.

"Apa, jelaskan apa!?" Seruku. "Jangan temui aku lagi!"

"Kiara!?"

"KITA PUTUS!!!" ya, akhirnya kata kata itu keluar dari mulutku. Hatiku bergetar ketika mengatakannya. Aku langsung pergi dari hadapannya.







Gila. Kukira aku benar-benar mengenal Ryan yang sudah menjadi temanku sejak kecil.

Sebegitu kejamkah dunia sehingga mengubah Ryan menjadi seperti itu?

"Uuugh...," aku mengacak-acak rambutku. Duduk di bangku di depan rumahku.
Tapi entah kenapa, aku tidak merasa sedih. Malah lega.

Aku mengecek ponsel.





39 misscalls from RYAN





Daritadi aku memang mengabaikannya. Aku akan menelponnya, aku akan putus secara baik-baik.

Aku menekan tombol.













"Ha, sudah putus, ya?"

Aku terkejut. Aku menengok ke belakang. Cedric. Aku diam.

"Kau sudah melihatnya sendiri? Bagaimana rasanya?"

"Sudah aku bilang jauhi aku," kataku sinis.

Cedric tidak menjawab, ia lalu pergi. Entah kemana.








Aku menelepon Ryan. Dan akhirnya, setelah diskusi panjang lebar. Ia mengerti.

Aku mengerti.

Kami putus.

Lega rasanya.

-----
Vomment nya :*

Psycho Boy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang