Dengan wajah yang terlihat bak kepiting rebus (Namakamu) berhasil membuat Aldi tertawa sekarang ini.
'Ya Tuhan, jika tertawa seperti ini dia semakin terlihat tampan. Bibirnya percis seperti sambal, begitu menggoda-urgh, dia memang benar-benar malaikat pelindungku!'
Bibir itu tidak hentinya melukis senyum. Sementara Aldi kini mulai mengatur suara tawanya yang berangsur usai, Aldi tidak menyangka jika (Namakamu) ternyata bisa membuatnya tertawa seperti ini.
"Kau ini kalau bencanda tidak perlu seperti itu. Sekarang, lebih baik kita makan, aku tidak peduli mau kau suka sambal atau tidak."tukas Aldi mulai mencoba untuk kembali bersikap seperti biasanya.
(Namakamu) terdiam sebelum akhirnya mulai larut dalam makan malamnya bersama dengan Aldi. Entahlah, namun (Namakamu) benar-benar merasa yaman jika berada didekat Aldi. Mungkin, memang benar jika (Namakamu) menyukai Aldi. Karna nyatanya Aldi bukan hanya tampan. Namun, Aldi juga sangat baik dan perhatian untuknya.
"Besok kau tidak usah bekerja. Kau harus banyak istirahat, untuk beberapa waktu kau boleh menginap disini."cibir Aldi.
(Namakamu) mengangguk. Butuh waktu beberapa detik hingga dia mulai mengucapkan terimakasih kepada Aldi untuk yang kesekian kalinya. "Terimakasih banyak. Karna kau sudah mau membantuku."lirih (Namakamu) sedikit terdengar gugup. Aldi tidak berniat untuk menanggapinya hingga kini Aldi memilih untuk diam.
'Andai Aldi adalah Iqbaal, mungkin semua tidak akan seperti ini. Nyatanya, Aldi terlalu sempurna untuk disamakan dengan pria brengsek itu.'
Aldi sepertinya tidak menyadari jika sepasang mata itu terus menatapnya dengan tatapan yang tentu memiliki arti khusus didalamnya. Setelah ini, dia mungkin tidak bisa tidur dengan nyenyak karna terus terbayang bagaimana ketampanan Aldi saat tertawa tadi. Rasanya, (Namakamu) ingin sekali berucap jujur pada Aldi jika saat ini, hatinya terus menuntut untuk mendapat perhatian lebih darinya atau dalam artian Hatinya begitu mendamba Cinta dari pesona seorang Alvaro Maldini. (Namakamu) merasa akan mabuk jika terus menatap wajah tampan itu, Aldi mampu mengusir semua keresahan yang menyiksa hati (Namakamu). Dan, kini perlahan hati yang telah terobati mulai ingin meminta untuk diperhatikan.
"Cepat habiskan makananmu. Habis itu, kau langsung membuatkan salad untukku."
"Baiklah. Jika aku boleh jujur, aku ingin mengatakan kalau malam ini kau tampan sekali."
Bibir Aldi mulai mengukir sebuah senyuman irit yang nyarit tidak terlihat. "Aku memang sudah tampan sejak dulu. "cibir Aldi masih tetap percaya diri seperti sebelumnya.
****
Kedua bola mata kelam itu menatap tajam kesembarang arah, terlihat bagaimana amarahnya masih begitu memuncak. Semua luka yang ada ditubuhnya harus dibayar dengan stimpal, dia tentu tidak akan membiarkan Pria itu membawa (Namakamu) pergi.
Iqbaal sesekali mendengus penuh rasa kesal yang tidak jarang mengundang bibirnya untuk berucap kata-kata kotor yang seharusnya tidak layak untuk ia ucapkan. Sekarang, dia hanya bisa berbaring ditempat tidur, luka yang ada ditubuhnya masih terasa sakit sehingga untuk bergerak sedikit sulit.
"Dasar payah."Terdengar penuh emosi. Iqbaal kemudian berdecih sebelum akhirnya ia meraih ponselnya yang saat ini tergeletak diatas meja nakas. Sepertinya, memang sudah waktunya Iqbaal melacak keberadaan Pria sialan itu yang dengan mudah membawa (Namakamu) pergi begitu saja. Iqbaal tentu akan menyuruh beberapa anak buahnya untuk mencari keberadaan (Namakamu) yang sudah pasti ada bersama Pria itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
"Please Save Me"
RomanceKehidupan kelam yang begitu menyelimuti hidupnya membuat Pria bermata hazel ini ingin segera mengakhiri hidupnya. Tanggung jawab sebagai seorang CEO sudah cukup membuatnya merasa jengah, terlebih dengan kejadian dimana ia begitu bodoh terjerumus dal...