(Namakamu) membawa Fakhri ke dalam pelukannya lalu membiarkan Fakhri menangis dalam pelukannya.
"Jangan menangis...Jagoan."
Rasanya seperti memeluk Raveno, rasanya seperti Raveno masih ada di dekatnya, ini semua..mungkin karena (Namakamu) terlalu merindukan Raveno hingga Fakhri terasa sangat mirip dengan Raveno.
"Tante, jangan lepaskan pelukannya ya, 5 menit lagi, kumohon.."
"Tentu sayang.. seberapa lamapun kau mau tante akan bersedia memelukmu.."
"Aku merasa seperti punya mama.."
"Dan tante merasa seperti memiliki putra tante kembali.."
(Namakamu) dan Fakhri menangis bersama. (Namakamu) memberikan kecupan lembut di dahi Fakhri dan saat itu Fakhri merasa seperti memiliki ibu, sementara (Namakamu) merasa seperti Raveno telah kembali.
Pelukan hangat ini seperti pelukan antara seorang ibu dan anak. (Namakamu) melepaskan pelukannya setelah Fakhri sudah cukup tenang dan tidak menangis lagi. (Namakamu) tersenyum sembari jemarinya sibuk mengusap bekas airmata di pipi Fakhri. (Namakamu) bersyukur Iqbaal membawa Fakhri ke rumah ini jadi (Namakamu) tidak akan pernah merasa kesepian lagi.Pandangan (Namakamu) beralih mentap jarum jam yang menunjukan pukul sepuluh lewat tigapuluh menit. (Namakamu) menatap Fakhri lalu tersenyum saat Fakhri membalas tatapannya juga sambil tersenyum, ia lalu mengajak Fakhri pergi menuju ruang makan. (Namakamu) yakin Fakhri pasti lapar dan ia akan memasakan sesuatu yang sepesial untuk Fakhri. (Namakamu) akan membuat nasi goreng udang.
Fakhri duduk di kursi meja makan, pandangan matanya tidak lepas menatap (Namakamu) yang sedang bersiap untuk memasak sesuatu. Fakhri merasa seperti tengah melihat ibunya sedang memasak. Sesuatu di dalam hatinya bahkan berharap jika ibu kandungnya mirip seperti (Namakamu). Fakhri juga telah melupakan rasa sedihnya. Semua beban kesakitan di dalam hati Fakhri telah sirna sejak Fakhri tiba di rumah ini dan bertemu dengan (Namakamu) yang ternyata sangat baik padanya.
"Fakhri sayang, kau tidak alergi udang-kan?" tanya (Namakamu) menatap Fakhri yang sekarang masih duduk manis di kursi meja makan.
Fakhri menggeleng. (Namakamu) tersenyum dan merasa lega karena ia tidak perlu mengubah tujuan utamanya untuk memasak nasi goreng udang. Untunglah Fakhri tidak alergi udang dan (Namakamu) harap Fakhri tidak alergi pada makanan apapun karena akan sangat kasihan jika Fakhri memiliki alergi terhadap makanan.
(Namakamu) kali ini memasak sepenuh hati, juga memasak dengan cinta. (Namakamu) akan pastikan nasi goreng buatannya tidak akan keasinan atau kurang rasa. Percaya atau tidak sekarang (Namakamu) merasa seperti tengah berada di sebuah kompetisi memasak yang mengharuskan dirinya menciptakan masakan yang sempurna--dan Fakhri adalah juri yang akan menikmati masakannya. Tentu (Namakamu) tidak boleh lengah dan harus fokus.
"Fakhri sayang, kau suka pedas?" tanya (Namakamu). Fakhri mengangguk. Ah, Fakhri memang anak yang sempurna..dia benar-benar tidak terlihat payah.
"Tante, boleh aku membantu tante?" tanya Fakhri menawarkan diri untuk membantu (Namakamu) memasak.
"Tidak sayang, biar tante saja yang memasak, okay? kau duduk manis saja di tempatmu." jawab (Namakamu) sambil mengedipkan sebelah matanya.
Fakhri mengangguk, ia tidak kecewa. Fakhri menghargai (Namakamu) yang menolak bantuannya.
"Jam berapa om Iqbaal pulang?" tanya Fakhri.
"Sepertinya sore, mungkin pukul lima atau pukul setengah enam." Jawab (Namakamu) tanpa mengalihkan perhatiannya dari masakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
"Please Save Me"
RomanceKehidupan kelam yang begitu menyelimuti hidupnya membuat Pria bermata hazel ini ingin segera mengakhiri hidupnya. Tanggung jawab sebagai seorang CEO sudah cukup membuatnya merasa jengah, terlebih dengan kejadian dimana ia begitu bodoh terjerumus dal...