”Sepertinya aku harus memiliki tiga atau lima bayi lagi supaya rumah ini ramai. Baiklah, nanti malam tidak ada ampun untukmu (Namakamu) karna kita akan segera memberikan adik untuk Raveno..”Mulut lelaki selalu berbicara mudah tanpa tahu bagaimana perjuangan wanita saat sedang mengandung. Memiliki banya bayi tentu hal mudah jika hanya memikirkan cara untuk membuatnya. Namun, yang menderita adalah si wanita karna harus selalu siaga untuk menyusui semua bainya.
__________________
Tangan Iqbaal menggengam erat tangan (Namakamu). Hari ini Iqbaal benar-benar tak akan membiarkan (Namakamu) meninggalkannya meski hanya ke kamar mandi pun. (Namakamu) merasa sangat risih dengan perubahan sikap Iqbaal yang kali ini sangat manja. Bahkan, rasanya kemanjaan Raveno padanya tidak sampai merepotkan seperti ini. Padahal, (Namakamu) sudah mencoba merasakan suhu tubuh Iqbaal yang ternyata normal—tidak demam. Mungkin, kemanjaan Iqbaal sekarang ini di sebabkan oleh faktor kerinduan mengingat sudah hampir tiga hari Pria sibuk di ruang kerja.
Iqbaal meminta (Namakamu) untuk duduk di pangkuannya. (Namakamu) tentu tidak bisa menolak dan hanya mampu menuruti setiap kemauan Iqbaal. Sebenarnya sedikit menyebalkan begitu melihat Iqbaal menyeringai senang seperti sekarang, Pria itu seakan puas menjadikan (Namakamu) seperti bonekanya.
”Aku merindukanmu sayang. Tiga hari ini aku selalu sibuk bekerja, hari ini kau tidak boleh jauh-jauh dariku.”
”Iqbaal, bagaimana kalau Raveno tiba-tiba menangis dan meminta susu?”
”Kau harus menyusuinya, tapi dengan posisi yang seperti ini. (Namakamu), kau tahukan kalau akhir-akhir ini kita sering bertengkar? aku minta mulai detik ini kau harus menuruti setiap permintaanku.”
”Memangnya kapan aku penah membantahmu?”
Jemari (Namakamu) dengan gemas mencubit dada bidang Iqbaal membuat Iqbaal meringis kecil. (Namakamu) terkekeh melihat ekspresi suaminya itu yang terlihat kesal. Bibir lembut (Namakamu) kemudian mengecup ujung hidung Iqbaal. Entahlah, mendadak (Namakamu) pun ingin bermanja-manja dengan Iqbaal.
Pandangan mereka bertemu, keduanya menatap dengan tatapan penuh arti. Iqbaal kemudian mencubit gemas kedua pipi (Namakamu), kali ini raut wajah (Namakamu) berubah merengut kesal. Bibir ranumnya mengerucut yang justru membuat Iqbaal tidak tahan ingin selalu bermain di bibir ranum nan menggoda itu.
”Dulu aku tidak mungkin bisa berada di dekatmu seperti ini. Kau bahkan dulu nyaris membunuhku dan Raveno.., kau juga sudah membunuh Aldi..”
”Bisakah untuk tidak membahas masa lalu?”
”Baal, apa kau masih memiliki niat untuk membunuhku?”
”Jangan bodoh.”
”Tapi kau selalu mengancam hal itu padaku! aku kadang berpikir kalau kau tidak mencintaiku dengan tulus.”
”Berhenti untuk merusak suasana. Aku tidak mau kita bertengkar (Namakamu).”
”Kalau begitu, cium aku..”
Iqbaal hanya bisa terdiam. Seperti ada sesuatu yang berbeda dari diri (Namakamu) sekarang ini. Wanita itu mendadak terlihat gelisah. Wajahnya memerah dengan mata yang terlihat sayu, (Namakamu) meremas piyama yang Iqbaal pakai seakan sebagai isyarat agar Iqbaal segera menciumnya.
Mata (Namakamu) perlahan terpejam saat merasakan napas hangat Iqbaal menerpa kulit wajahnya. (Namakamu) tidak mengerti apa yang membuatnya sangat merasa 'Ingin' sekarang ini. (Namakamu) ingin Iqbaal menciumnya dengan tulus.

KAMU SEDANG MEMBACA
"Please Save Me"
RomanceKehidupan kelam yang begitu menyelimuti hidupnya membuat Pria bermata hazel ini ingin segera mengakhiri hidupnya. Tanggung jawab sebagai seorang CEO sudah cukup membuatnya merasa jengah, terlebih dengan kejadian dimana ia begitu bodoh terjerumus dal...