"Please Save Me" [41] - Raveno dan Ruby

6.4K 493 44
                                    

"(Namakamu), terimakasih untuk segalanya."

Iqbaal semakin mengeratkan pelukan, (Namakamu) mengangguk Iqbaal dan semakin kencang menangis. Tidak ada hal lain yang (Namakamu) rasakan kecuali rasa bahagia sekarang ini. Kali ini tangisan (Namakamu) bukan lagi tangisan menyakitkan melainkan tangisan kebahagiaan karena akhirnya Iqbaal dan (Namakamu) masih bisa bersama hingga saat ini dan saling mencintai walau dulu sempat saling ingin membunuh. Kesedihan yang ada dalam rumah tangga mereka membut kekuatan cinta mereka semakin kuat.

Iqbaal menghapus airmata (Namakamu) lalu memberi kecupan di kening (Namakamu). "Aku tahu ini bukan airmata kesedihan, tapi sekarang aku hanya ingin melihat sebuah senyuman di bibirmu."

Detik itu juga senyuman terindah (Namakamu) berikan untuk Iqbaal. Dan detik itu juga senyuman itu mendapat sebuah hadiah dari bibir Iqbaal, hadiah kecupan terindah.

Iqbaal dan (Namakamu) tersenyum dengan mata saling menatap penuh cinta. Ingin rasanya (Namakamu) menghentikan waktu, ia ingin lebih lama lagi menikmati suasana hangat ini dengan Iqbaal tanpa adanya gangguan apapun. (Namakamu) tidak ingin waktu-waktu seperti ini hanya terjadi sekali dan setelah itu hilang begitu saja. (Namakamu) ingin waktunya dengan Iqbaal akan selalu seperti ini, hangat dan penuh cinta. (Namakamu) harap tidak akan pernah ada lagi takdir yang menyakitkan. (Namakamu) hanya ingin kebahagiaan selalu menyelimuti keluarga kecilnya.

"Jika kau terus menatapku dengan tatapan seperti itu aku bisa mati salah tingkah, kau membuat pipiku memerah!" (Namakamu) benar-benar di buat salah tingkah begitu tatapan mata Iqbaal semakin menghipnotisnya.

Iqbaal tersenyum lalu mengacak gemas rambut (Namakamu).

"Kau cantik."

"Aku memang cantik sejak aku di lahirkan ke dunia ini."

"Tapi sayangnya kau bodoh.."

"A-apa! kau baru saja mengatakan istrimu ini bodoh? astaga kasar sekali mulut baumu ini!"

(Namakamu) menekuk wajah kesal. Iqbaal tertawa melihatnya lalu menjepit pipi (Namakamu) menggunakan telunjuk dan ibu jarinya membuat bibir (Namakamu) terhimpit menyerupai bibir ikan.

(Namakamu) mencoba menghentikan Iqbaal namun justru bibirnya semakin di himpit sampai (Namakamu) tidak bisa bersuara. Iqbaal lalu mengecup bibir (Namakamu) dan setelah itu tersenyum puas. (Namakamu) langsung mencubit pinggang Iqbaal, lalu memberikan pukulan kecil di dada Iqbaal. (Namakamu) mendengus melihat senyum menyebalkan yang saat ini terukir di bibir Iqbaal.

"Padahal baru saja aku berdoa agar suamiku selalu bersikap manis, tapi sayangnya aku---"

"Cerewet. Kau ini semakin gemuk semakin berisik." potong Iqbaal meledek (Namakamu) yang sekarang melebarkan mata begitu mendengar ucapan Iqbaal.

"Aku ini sedang hamil tahu!!!" tukas (Namakamu) dengan nada tinggi.

Iqbaal menggeleng. "Hamil ataupun tidak hamil tubuhmu juga gemuk. Ah, bahkan aku mulai takut membayangkanmu menggunakan pakaian dalam.." ucap Iqbaal masih meledek (Namakamu).

(Namakamu) mengerucutkan bibir, kedua tangannya bersidekap, kali ini perkataan Iqbaal sulit di maafkan.

Iqbaal mengusap pipi (Namakamu). "Apa kau marah? aku lihat ada asap keluar dari lubang hidungmu.." Iqbaal mencubit hidung (Namakamu) membuat (Namakamu) langsung bergerak membalas perlakuan Iqbaal.

"Please Save Me"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang