"Please Save Me "[11]

16.5K 1.1K 40
                                    

"Maaf.."

Hukum Iqbaal sekarang juga. Kebahagiaan tidak pantas Iqbaal rasakan. Harta yang berlimpah tidak mampu menutupi semua dosa-dosanya pada (Namakamu). Selama ini Iqbaal terlalu munafik, nyatanya Iqbaal memang sangat mencintai (Namakamu). Bahkan, saat ini Iqbaal selalu merasa ingin terus berada di dekat (Namakamu).

****

Semilir angin berhembus membuat dedaunan kering melayang-layang di udara. Langit seolah tengah berkabung dengan melukis awan hitam yang telah siap menjatuhkan tetesan air hujan yang seakan menjadi gambaran rasa sedih yang saat ini terasa.

Beberapa detik kemudian tetesan pertama mulai jatuh membasahi bumi hingga detik selanjutnya air hujan tidak lagi dapat terhitung seberapa banyak yang berjatuhan. Hujan terkesan sangat deras dalam waktu sekejap. Terlihat bagaimana semua benda, pepohonan dan yang lainnya terguyur dalam keadaan yang langsung basah.

Alunan suara hujan terdengar hingga ke dalam rumah. Suasana kamar saat ini hanya disugguhkan dengan gema air hujan dari luar. Iqbaal terlihat berusaha membuat (Namakamu) tenang, meski tidak ada lagi isakan yang tersengar. Namun, sesekali Iqbaal masih mendengar eluhan kecil dari bibir (Namakamu) yang tampak kering dan pucat.

(Namakamu) sudah menggunakan pakaian lengkap, seluruh luka yang ada di tubuh (Namakamu) sudah di obati-termasuk beberapa luka lebam di sekitar tulang pipi. Iqbaal saat ini tidak bisa berjauhan dengan (Namakamu) yang memang tidak ingin di tinggalkan meski hanya ke kamar mandi. Rasa takut serta trauma yang menyelimuti (Namakamu) membuat Iqbaal benar-benar merasa tidak tega. Kecupan-kecupan ringan secara bertubi Iqbaal berikan demi meyakinkan (Namakamu) jika dirinya tidak akan pergi.

Tangan (Namakamu) terus menggengam erat tangan Iqbaal, jemarinya menelusup pada sisi jemari Iqbaal hingga membentuk genggaman erat.

"Semua yang Bastian ucapkan padamu itu tidak benar. Aku memang sempat membencimu tetapi aku tidak pernah serius ingin membuatmu menderita. Kau harus tahu (Namakamu), selama ini akulah yang munafik. Aku mencintaimu. Namun, aku tidak pernah bisa mengungkapkannya. Aku telalu bodoh, maafkan aku."

(Namakamu) telah mendengar penuturan itu beberapa kali terucap dari bibir Iqbaal. Tidak ada respons yang (Namakamu) berikan, dia hanya terus mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Iqbaal seolah menjadi jawaban tersendiri jika (Namakamu) mempercayai semua itu.

"Aku tidak peduli Bastian telah menyentuhmu. Aku hanya ingin kau bisa terus bersamaku tanpa meragukan semua ucapanku, aku benar-benar ingin hidup bahagia (Namakamu)-aku ingin kita hidup bahagia bersama Raveno. Tidak akan ada lagi penderitaan, kita akan hidup bahagia setelah semua ini berlalu."

Masih sama seperti tadi. (Namakamu) hanya merespons dengan bahasa tubuh, membuat Iqbaal sebisa mungkin harus memalumi hal itu. Semakin erat dekapan itu, semakin membuat (Namakamu) merasa benar-benar dicintai dan di lindungi oleh Iqbaal. Tidak ingin ada lagi pikiran berat yang akan menumpuk rasa sakit di hati, memilih diam dan membiarkan semua berlalu adalah sesuatu yang ingin (Namakamu) lakukan sekarang ini. Karna jika terus di lalui seperti ini, (Namakamu) tidak mungkin sanggup.

Perlahan Iqbaal merasakan genggaman tangan (Namakamu) mulai melonggar hingga terlepas bersama dengan (Namakamu) yang mulai menggeser jarak tubuhnya. Mata itu menatap Iqbaal dengan tatapan yang sulit di artikan, Iqbaal yakin jika ada sesuatu yang ingin (Namakamu) ucapkan saat ini, hanya saja bibir (Namakamu) terlihat tidak sanggup untuk mengucapkannya.

Di tariknya nafas banyak-banyak lalu mulai mencoba untuk tidak lagi tersendu dalam isakan. (Namakamu) mengusap air matanya kemudian mulai mengambil keyakinan untuk berucap."Kau harus berjanji akan selalu datang menyelamatkan ku, saat aku mengalami kesulitan. Aku percaya denganmu, aku hanya terlalu takut dengan sesuatu yang akan terjadi setelah ini. Dan, aku masih merasa takut dengan apa yang Bastian lakukan padaku. Namun, kau harus tahu, dia belum menyentuh milikku.."terdengar gemetar dalam satu hembusan nafas panjang. Mendengar kalimat yang berada di akhir membuat hati Iqbaal sedikit merasa lega meski masih terbakar demdam pada Bastian. Iqbaal sudah menyuruh anak buahnya menghabisi Bastian. Dia tidak peduli Bastian adalah sahabatnya, toh, Bastian memang lebih brengsek darinya.

"Please Save Me"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang