"Please Save Me"[7]

16.5K 1.2K 45
                                    



Tidak butuh waktu hingga tangisan itu pecah memenuhi ruangan. (Namakamu) segera membawa bayi itu kedalam rengkuhannya, Iqbaal yang melihat bayi itu menangis kencang tentu merasa sangat senang sekarang ini.


"Tangisan yang hebat jagoan."

Sadar atau tidaknya Iqbaal mengucapkan kalimat itu untuk sekarang tidaklah penting. Dengan cepat Iqbaal membantu (Namakamu) untuk berdiri meski sedikit merasa tidak tega begitu mendengar (Namakamu) meringis kesakitan. Tidak mungkin Iqbaal membiarkan keduanya berada ditempat minim kehangatan seperti ini, perlahan Iqbaal memapah (Namakamu) yang tentu kesulitan untuk sekedar melangkah.


(Namakamu) mendadak mulai teringat dengan Aldi hingga tidak butuh waktu beberapa detik sampai (Namakamu) mencoba untuk mendorong tubuh Iqbaal agar menjauh darinya, untuk sekarang sepertinya sudah cukup (Namakamu) meminta bantuan kepada Iqbaal.


Pria tampan itu memicingkan matanya saat merasakan jika tindakan (Namakamu) langsung merusak perasaanya yang mulai luluh saat ini. Iqbaal kemudian menghembuskan nafas beratnya hingga kini kembali mendekati (Namakamu) yang masih merengkuh bayi yang tidak lain adalah putranya.


Bola mata (Namakamu) terlihat menegang sempurna dengan genangan airmata yang tidak lagi terbendung. Sesekali nafasnya tersendak dengan isaj tangisnya sendiri, andai kondisi dia tidak sesakit ini mungkin secepat mungkin dia akan menghindar dan melemparkan semua barang yang berada ditempat ini pada Iqbaal.


"Apa masih belum cukup untuk melihat mayat pria itu?"Iqbaal berdecih. Sepasang matanya tidak luput menatap (Namakamu) dengan tatapan menusuk. Dengan perasaaN takut, (Namakamu) mulai melangkah mundur demi menghindari Iqbaal yang semakin mendekatinya.


"Aku mencintai Aldi."tukas (Namakamu) seolah menjadi pembuktian bagaimana perasaan hancur yang saat ini (Namakamu) tengah rasakan.

Mendengar pengakuan (Namakamu) membuat Iqbaal merasa jika ada yang terbakar di dalam dirinya, tidak mungkin jika ini bukan rasa cemburu. Meski, terlalu munafik untuk mengakuinya namun kenyataan membuat Iqbaal tidak mampu bersembunyi lagi dalam semua gelagat angkuh yang dia selalu dia tunjukan setiap saat.



"Aku tidak peduli soal itu. Sekarang kau harus pergi ikut denganku, atau jika kau tidak mau maka bayi itu tidak pernah bisa kau susui."ancaman kaleng yang Iqbaal berikan tidak membuat (Namakamu) merasa takut sedikitpun.

(Namakamu) mengerang saat merasakan jika bagian bawanya masih terus terasa sakit mengingat seharusnya dia segera dibawa kerumah sakit saat ini. Dengan langkah yang terkesan berat (Namakamu) akhirnya mencoba untuk berlari menghampiri Aldi yang tentu membuat bibir Iqbaal mulai mencibirkan kata-kata kotor.

Langkah kaki Iqbaal mulai menjadi bayangan buruk untuk (Namakamu) yang sekarang ini telah terduduk disamping jasat Aldi. Bersama dengan buah hatinya suara isak tangis itu kembali terdengar nyaring.

Seharusnya jika niat Iqbaal sejak awal ingin membunuh (Namakamu). Tidak seperti ini jadinya, (Namakamu) harus kehilangan Aldi yang sebenarnya tidak terlibat apapun tentang masalahnya dan Iqbaal. (Namakamu) sudah muak dengan semua ancaman kaleng yang sering Iqbaal ucapakan untuk menakutinya, kali ini (Namakamu) tidak ingin kembali menjadi wanita bodoh yang terperangkap untuk kedua kalinya dalam satu lubang.




"Jika kau ingin membunuh aku, cepat lakukan, jangan seperti ini. Aku tidak ingin mengubah pendapatku jika ternyata kau itu sebenarnya mencintaiku!"pekik wanita yang tidak lain adalah (Namakamu). Butuh waktu beberapa detik hingga Iqbaal mulai menyeringai penuh meremehkan (Namakamu).

"Aku bahkan tidak mengenal asal-usulmu. Jadi, jangan berharap aku bisa mencintai wanita menjijikan sepertimu."


"Jika aku menjijikan, cepat bunuh aku sekarang juga."

"Please Save Me"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang