Ruby duduk memandangi bingkai foto yang terpajang di meja belajarnya. Foto itu adalah foto dirinya dan Raveno.
"Aku tahu aku ini tidak pintar dan kau itu sangat pintar. Tapi aku benar-benar menyukaimu bukan karena kau pintar dan tampan. Aku menyukaimu tanpa alasan. Inilah cinta pertama. Aku tidak bisa menentukan kepada siapa aku akan jatuh cinta sampai pada akhirnya hatiku memilih untuk jatuh cinta padamu."
Ruby mengusap foto tersebut, wajah cantiknya masih menunjukan raut sedih. Ruby menghela napas, sekarang Ruby mulai paham bagaimana sakitnya jika jatuh cinta tidak seindah yang di harapkan.
"Bahkan apa yang aku alami sekarang sema seperti yang mamaku alami saat dia jatuh cinta pada 'ayahmu' untuk pertamakalinya."
Ruby mengetahui segalanya. Ruby tahu jika dulu ibunya pernah jatuh cinta pada ayah Raveno jauh sebelum ayah Raveno--Iqbaal mengenal (Namakamu). Saat pertamakali mengetahui hal itu Ruby sangat terkejut sekaligus marah. Entahlah, namun dari apa yang ibunya ceritakan Ruby merasa Iqbaal tidak seharusnya meninggalkan ibunya hanya untuk wanita seperti (Namakamu). Ibunya---Vanesha jauh lebih cantik dari (Namakamu). Namun Iqbaal justru memilih (Namakamu) dan mengabaikan cinta yang di berikan Vanesha.
Ruby memasukan foto itu ke dalam laci. Sedih di wajah Ruby sudah hilang tergantikan dengan raut marah. Ruby mengepalkan tangan lalu memukul meja belajarnya, Ruby berbicara dalam hati mengutuki Iqbaal dan Raveno. Ayah dan anak itu sama saja, sama-sama tidak bisa menghargai cinta.
Atensi Ruby beralih saat mendengar suara ketukan pintu. Ruby menyahut dan membiarkan Vanesha membuka pintu kamar dan masuk ke dalam. Ruby tersenyum, malam ini Vanesha sangat cantik. Ruby memuji kecantikan Vanesha dalam hati.
"Apa sudah menemukan tema yang tepat untuk pesta ulang tahunmu sayang?" Vanesha duduk di samping Ruby lalu memberikan kecupan singkat di pipi kiri Ruby.
Ruby mengangguk. "Sebenarnya aku mau pesta ulang tahunku di buat biasa saja, Ma. Tidak usah ada tema seperti tahun lalu.." ucap Ruby.
Vanesha menatap Ruby serius, apa yang Ruby katakan cukup membuat Vanesha terkejut. Pasalnya Vanessa tahu betul selera putrinya. Ruby selalu ingin tema istimewa di setiap pesta ulang tahunnya. Tapi tahun ini Ruby ternyata tidak menginginkan hal itu. Vanesha tersenyum lalu mengngguk, terserah pada Ruby saja karena Vanesha akan melakukan apapun untuk Ruby jika Ruby memang menginginkannya.
"Baikalah kalau begitu mama akan mempersiapkan semuanya." ucap Vanesha sambil mengacak gemas rambut Ruby.
Ruby tersenyum senang lalu memeluk Vanesha. "Terimakasih untuk segalanya Ma, Ruby janji suatu hari nanti Ruby akan mewujudkan keinginan mama.." Ruby semakin erat memeluk Vanesha. Dan Vanesha hanya tersenyum sambil membalas pelukan Ruby.
**
Pagi ini Iqbaal di minta untuk menemani (Namakamu) membeli kado untuk teman perempuan Raveno itu, Ruby. Sebenarnya Iqbaal sangat malas karena hari ini adalah hari libur dan Iqbaal ingin memanfaatkan waktu bebasnya dengan istirahat. Sialnya Iqbaal sekarang sudah berubah menjadi pria berhati lembut. Iqbaal tidak ingin membuat (Namakamu) marah, jadi dengan pasrah Iqbaal menurutinya.
Selama perjalanan Iqbaal sedikit di buat pusing dan kesal karena (Namakamu) sangat cerewet. Belum lagi tingkah (Namakamu) yang sekarang sangat manja. Iqbaal sebisa mungkin menahan emosinya saat (Namakamu) merengek meminta Iqbaal untuk menuruti keinginannya yaitu duduk dengan kaki berada di pangkuan Iqbaal. Sangat manja dan bertingkah seenaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
"Please Save Me"
RomanceKehidupan kelam yang begitu menyelimuti hidupnya membuat Pria bermata hazel ini ingin segera mengakhiri hidupnya. Tanggung jawab sebagai seorang CEO sudah cukup membuatnya merasa jengah, terlebih dengan kejadian dimana ia begitu bodoh terjerumus dal...