"Berjanjilah untuk tidak pernah lagi meragukan perasaanku padamu. (Namakamu), aku dulu memang membencimu. Namun, sekarang kau satu-satunya alasan mengapa aku masih hidup sekarang ini. Kau lebih berarti dari semua yang ku miliki. Aku akan selalu melindungimu-menyelamatkan mu bahkan hingga aku harus meredang nyawa sekali pun aku tidak takut (Namakamu). Aku sangat mencintaimu ,sayang."
(Namakamu) hanya tersenyum mendengarnya. Dulu semua terasa sangat menakutkan untuk (Namakamu). Namun, sekarang semua yang terasa justru begitu bahagia meski sesekali ada penderitaan yang menyesip.
Iqbaal mulai mendekatkan wajahnya secara perlahan ke wajah (Namakamu). Saat ini (Namakamu) bisa melihat lentiknya rambut di setiap sisi mata Iqbaal. Perlahan Iqbaal memejamkan matanya dengan erat sembari meninggalkan kecupan secara bertubi pada kening (Namakamu). Meski sudah hampir sering melakukan hal ini. Namun, (Namakamu) masih begitu pasif. Bibirnya sering terasa kaku begitu tersentuh oleh bibir Iqbaal. (Namakamu) mulai sadar jika sekarang Iqbaal mulai mencari kenyamanan atas apa yang tengah pria itu lakukan.
Intensitas dari ciuman Iqbaal semakin naik. Sesuatu yang berada di dalam dada (Namakamu) terasa seperti memeleh bak cairan. Tubuhnya mulai mengejang saat lidah keduanya tanpa sengaja saling bersentuhan. Syaraf-syaraf (Namakamu) seakan memberi syarat bahwa yang tengah dia rasakan merupakan hal yang telah rutin dia alami. Meski telah sering melakukannya. Namun, (Namakamu) selalu merasa jika perutnya terasa seperti tergelitik, seolah ada sesuatu yang
menari-nari tanpa beban di dalam sana.Dalam diam, (Namakamu) mulai mencoba untuk responsif dengan membalas ciuman manja yang suaminya berikan. (Namakamu) justru mulai merasa sekujur tubuhnya tak memiliki sistem sedikit pun. Ciuman itu semakin terasa rakus, Iqbaal bahkan seperti tidak sadar jika sebelah tangannya mulai meraba setiap lekuk tubuh (Namakamu).
"Baal.."
(Namakamu) menolak begitu Iqbaal ingin melakukan sesuatu yang lebih. Di singkirkannya tangan Iqbaal yang saat ini berada tepat di dada (Namakamu). Tanpa memberi alasan, (Namakamu) kini memilih untuk beranjak pergi menuju tempat tidur membuat Iqbaal hanya bisa terdiam.
Ya, mereka berdua sedari tadi berciuman tepat di ambang pintu kamar yang terbuka. Untungnya, tak ada suster yang melihat kegiatan mereka tadi. Tapi, jika ada pun itu tak masalah. Toh, di rumah ini tidak ada satu pun yang berani berkomentar dengan apa yang tengah Iqbaal lakukan.
Iqbaal menutup pintu kamar lalu melangkah menghampiri (Namakamu) yang sekarang ini terlihat sibuk membereskan mainan Raveno yang berserakan di tempat tidur. Iqbaal tersenyum begitu melihat wajah polos Raveno yang saat ini terlelap dengan pulas.
"Baal, tolong taruh semua mainan ini di dalam keranjang mainan. "Iqbaal menurut. Di raihnya semua mainan itu kemudian dirinya mulai berjalan menuju keranjang mainan, tanpa butuh waktu lama di taruhnya semua mainan itu ke dalam keranjang yang sepertinya harus segera di ganti dengan keranjang yang lebih besar, mengingat mainan Raveno yang semakin lama terus bertambah banyak.
"Aku rasa mulai besok kau tidak usah membelikan Veno mainan.Dia mulai bosan dengan semua mainannya. Kau lihat sendirikan, sekarang mainan itu justru menumpuk."
Iqbaal tidak menanggapi. Dia hanya diam mendengar ucapan (Namakamu). Iqbaal kemudian menghampiri (Namakamu) lalu memeluk wanita itu dari arah belakang membuat (Namakamu) kini sedikit mendesah begitu Iqbaal mengecup ringan leher putihnya. Tangan Iqbaal melingkar di pinggang (Namakamu) dengan erat membuat pernapasan (Namakamu) terasa begitu sempit. Dengan kesal (Namakamu) mencubit lengan Iqbaal berharap agar pria itu melepaskan pelukannya.
"Terlalu erat.."
"(Namakamu), besok kita berlibur ke museum sesuai dengan keinginanmu."
"Sssshhhh... terserah. Sekarang lepaskan pelukannya, aku sulit bernapas...nghhh.."
KAMU SEDANG MEMBACA
"Please Save Me"
RomanceKehidupan kelam yang begitu menyelimuti hidupnya membuat Pria bermata hazel ini ingin segera mengakhiri hidupnya. Tanggung jawab sebagai seorang CEO sudah cukup membuatnya merasa jengah, terlebih dengan kejadian dimana ia begitu bodoh terjerumus dal...