"Please Save Me "[12]

16K 1.1K 23
                                    


"Dasar hidung belang."

(Namakamu) menarik nafas sebelum akhirnya memutuskan untuk membawa Raveno keluar dari dalam kamar. Mungkin, tidak ada salahnya jika (Namakamu) mengajak Raveno pergi menuju balkon untuk sekedar memanjakan mata yang mulai jenuh dengan pandangan barang-barang yang berada di dalam rumah.

***

Dengan semangat kakinya melangkah menapaki undakan tangga dengan begitu cepat seolah telah hafal dengan setiap pijakannya. Iqbaal sudah tidak sabar ingin bertemu dengan anak dan istrinya. Hampir 5 jam penuh dia berada di kantor dan sekarang sudah waktunya Iqbaal menghabiskan waktu bersama dengan keluarga kecilnya.



Iqbaal berjalan menuju kamar dengan senyum sumringah yang tidak pudar sejak dia menapaki undakan tangga. Baru saja beberapa langkah kakinya mendekati kamar, telinga Iqbaal telah mendengar suara gelitik tawa Raveno membuat hatinya besorak-sorak tak sabar ingin bertemu keduanya.



Tidak butuh waktu kama kini tangan Iqbaal meraih daun pintu kemudian menekannya hingga menghasilkan bunyi khas yang menandakan pintu telah terbuka.

Clek.


Di dorongnya pintu hingga terbuka cukup lebar. Dengan senyum serta tangan yang merentang menyambut (Namakamu) yang kini berlari menghampirinya. Iqbaal terkekeh begitu (Namakamu) langsung memeluk erat tubuhnya, wanita itu telah paham jika tangan Iqbaal sudah merentang pertanda haus akan pelukan hangat darinya.


Raveno yang duduk di tempat tidur kini tertawa. Tangan mungilnya memegang bola pelastik berwarna merah yang terlihat sedikit mengkilat akibat air liur kental tak berbau itu. Ayolah, bayi itu masih sangat gemar mengeces bahkan gemar mengigit-gigit benda yang berada di genggamannya.



(Namakamu) tersemyum begitu merasakan sentuhan lembut di keingnya. Sangat hangat dan terasa begitu nyaman. Dulu, (Namakamu) memang tidak pernah ingin tinggal bersama Iqbaal. Namun, sekarang itu semua justru tebalik, (Namakamu) justru sangat sering merindukan Iqbaal jika Iqbaal tak berada di rumah.



"

Bagaimana hari kalian?"

"Tentu sangat menyenangkan. Veno benar-benar menggemaskan hari ini."

Iqbaal melangkah bersama (Namakamu) mendekati Raveno yang sekarang ini terlihat begitu gembira, kedua telapak tangannya bertepuk-tepuk seolah senang melihat ayah dan bundanya yang saat ini telah bertemu.


Baru saja Iqbaal ingin menggendong Raveno. Namun, dengan cepat (Namakamu) menarik jas yang dia kenakan seolah melarang Iqbaal untuk langsung menyentuh Raveno. Di tatapnya (Namakamu) dengan tatapan heran, terdengar bodoh jika (Namakamu) tidak mengizinkannya melepas rindu dengan si jagoan kecil.


"Kau harus cuci tangan dulu lalu berganti baju dan lebih baik kau mandi. Aku tidak ingin Veno mendapat kuman dari sisa-sisa keringat dan debu yang menempel di pakaian serta kulitmu."(Namakamu) menarik Iqbaal untuk menjauh dari tempat tidur. Iqbaal mendecak dengan tatapan kesal. Namun, Iqbaal tentu tidak membantah dan hanya pasrah menuruti apa yang (Namakamu) katakan.

Iqbaal melepaskan jasnya lalu di susul dengan membuka kancing kemejanya satu persatu hingga terbuka seluruhnya. Dada bidang itu terekpos membuat sepasang mata indah yang melihatnya kini segera mengalih pandang, terlihat pipi itu merah merona. (Namakamu) masih merasa kikuk jika melihat Iqbaal bertelanjang dada seperti ini.


"Please Save Me"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang