"Raveno jatuh dan kepalanya berdarah. Sekarang Raveno juga dibawa ke rumah sakit."
Sungguh luar biasa apa yang sekarang menimpa batin (Namakamu). Dengan cepat (Namakamu) berlari tanpa peduli dengan kakinya yang lemas dan tak kuat lagi untuk terus berlari.
Tuhan..tolong selamatkan putraku. Jangan buat dia merasakan sakit. Dan Tuhan kumohon hentikan semua ini. Hidupku, takdirku, cintaku, semua sudah musnah. Iqbaal suamiku tidak akan pernah berhenti membohongiku. Cintanya adalah dusta, senyumnya adalah belati, pelukannya adalah racun yang akan terus menyakitiku.
"Tolong selamatkan aku.."
Tepat di depan pintu (Namakamu) tersungkur membuat ketiga suster yang melihatnya segera berlari menghampiri (Namakamu) yang masih berusaha untuk berdiri.
Airmata di pipinya semakin deras berjatuhan. "Saya bisa sendiri!" bentak (Namakamu) menolak bantuan yang di berikan oleh suster.
Sakit di hati (Namakamu) seakan melumpuhkan segalanya. Tubuh (Namakamu) lemas, kedua kakinya mendadak sulit di gerakkan, dan apapun yang tegelincir dari mulutnya kini tidak lain adalah jerit tangis.
Tatapan iba (Namakamu) dapatkan dari ketiga suster, (Namakamu) mengerang dan terus mencoba untuk berdiri. Setelah ia berdiri dan mulai melangkah, tubuhnya kembali ambruk dan kali ini ia pingsan tidak sadarkan diri. Cepat-cepat ketiga suster itu menolong (Namakamu) dan salah seorang suster mulai berlari hendak menelpon ambulan.
***
Semua berubah tanpa di sadari. Waktu yang terus terpangkas habis membuat segalanya berbeda nyaris setiap waktu. Disini (Namakamu) duduk diam memandangi Iqbaal yang belum sadarkan diri. Airmata terus berlinang walau sejujurnya (Namakamu) ingin menghentikannya karena ada Raveno di pangkuannya.
Luka di kepala Raveno untuknya tidak begitu parah, Dokter bilang (Namakamu) harus ekstra mengawasi Raveno karena putra kecilnya itu jatuh dari tempat tidur karena tidak ada yang mengawasi. Sementara hal lain terjadi pada Iqbaal, jauh di lubuk hati (Namakamu) ingin sekali ia pergi meninggalkan Iqbaal sekarang juga namun tidak bisa. Dokter melarang (Namakamu) untuk berada jauh dari Iqbaal. Hal yang terjadi pada Iqbaal sekarang sangat membutuhkan (Namakamu) sebagai satu-satunya wanita yang sangat dicintai oleh Iqbaal--Dokter yang mengatakannya. Padahal nyatanya (Namakamu) sudah tidak percaya lagi dengan cinta Iqbaal. (Namakamu) hanya percaya jika Iqbaal adalah pembohong besar.
(Namakamu) masih setia memandangi Iqbaal dengan airmata di pipinya. Perlahan (Namakamu) melihat mata Iqbaal terbuka dan tubuh Iqbaal mulai menggeliat lemah. (Namakamu) menghapus airmatanya lalu mencoba untuk tersenyum saat Iqbaal menatapnya.
"Apa kau sudah tahu?" Tanya Iqbaal menatap (Namakamu) sendu.
(Namakamu) menghela napas. "Tahu tetang apa? tentang penyakitmu? Ah, ya aku sudah tahu." ucap (Namakamu) sekuat mungkin menahan isak tangisnya terdengar.
"Mungkin waktuku tidak lama lagi (Namakamu). Maaf karena aku selalu menyakiti hatimu." Iqbaal benar-benar menunjukan penyesalannya.
(Namakamu) menggeleng. "Kau tidak menyakiti hatiku, hanya saja kau selalu membuatku berkeinginan untuk mati." (Namakamu) menggengam tangan Iqbaal.
Iqbaal menghela napas panjang. "Aku pantas mendapatkan semua ini, aku terlalu banyak menyimpan dosa. Sekarang waktunya aku untuk menerima segalanya, menerima jika hidupku sudah tidak lama lagi." ucap Iqbaal tersenyum singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Please Save Me"
RomanceKehidupan kelam yang begitu menyelimuti hidupnya membuat Pria bermata hazel ini ingin segera mengakhiri hidupnya. Tanggung jawab sebagai seorang CEO sudah cukup membuatnya merasa jengah, terlebih dengan kejadian dimana ia begitu bodoh terjerumus dal...