Tidak ada lagi ampun untuk (Namakamu). Iqbaal tidak mampu menahan amarah yang saat ini menguasai dirinya. Iqbaal bahkan tidak peduli lagi, jika (Namakamu) memang harus mati ditanganya.
Iqbaal mencekik leher (Namakamu) begitu saja seakan dirinya tidak memiliki rasa kasihan sedikitpun untuk (Namakamu). Yang mampu (Namakamu) tunjukan hanyalah butiran airmata yang saat ini tidak henti berderai melinangi kedua garis pipinya.
(Namakamu) terus mengerang tidak mampu bergerak sedikitpun bahkan sekarang rasanya (Namakamu) sudah berada di akhir hidupnya. Dengan nafas yang terengah serta rasa perih yang Iqbaal berikan,membuat (Namakamu) hanya mampu pasrah.
Jika memang Iqbaal ingin membunuhnya, (Namakamu) tidak merasa keberatan. Namun, sayangnya (Namakamu) tidak ingin Iqbaal membunuhnya bersama dengan bayi yang saat ini bersemayam didalam rahimnya. Hanya seorang ibu yang tidak bertanggung jawab, yang rela membiarkan buah hatinya mati karna penderitaan yang tidak seharusnya terjadi.
"Nghh.."
Dengan pandangan yang mulai terlihat kabur karna airmata yang menggenang, (Namakamu) hanya bisa melihat samar Iqbaal yang saat ini menyeringai. Perlahan (Namakamu) merasakan tubuhnya terasa begitu lemah, kedua kakinya seolah tidak lagi bisa menopang keseimbangannya.
'Bruk'
Iqbaal melepaskannya. Dengan cepat Iqbaal membopong (Namakamu) yang saat ini tidak lagi sadarkan diri.
*****
(Namakamu) terus berlari menyusuri lorong hitam tak berujung, suara tangisan bayi membuatnya tidak henti menangis dengan isak tangis yang di iringi rasa sakit. Tidak ada yang bisa ia lihat dilorong ini, (Namakamu) tidak tahan dengan suara tangisan bayi yang terus memecah Kegelisahannya.Dimana ini? Suara tangisan bayi itu benar-benar membuat (Namakamu) tidak hentinya berteriak. Ya Tuhan, (Namakamu) tidak tahan dengan semua ini, tolong hentikan, jangan biarkan suara tangis bayi itu menggema. Rasanya begitu menyakitkan terdengar.
Dengan keringat yang terus bermunculan serta udara yang terasa minim membuat (Namakamu) seakan benar-benar merasa berada diujung hidupnya. Iqbaal telah membunuhnya, Iqbaal Pria iblis yang akan selalu (Namakamu) benci, karna Iqbaal (Namakamu) harus merasakan semua ini.
Tuhan...
Jangan biarkan semua ini terjadi, tolong selamatkan aku..tolong Tuhan....
Tolong selamatkan aku...
Bantu aku....
Tolong....tidak seperti ini...
Selamatkan aku....
Nghh...selamatkan aku!!**
"Apa kau sudah sadar?"Suara itu, tentu tidak asing lagi. Dengan lenguhan yang keluar dari bibirnya, serta deru nafas yang tidak teratur dan rasa pening yang saat ini memecah kepalanya hanya membuat (Namakamu) terdiam setelah membuka matanya secara perlahan. (Namakamu) bisa melihat seorang Pria yang saat ini menatapnya dengan tatapan penuh rasa khawatir.
"Pria itu sudah kuhabisi, jangan khawatir kau aman disini."
(Namakamu) mengeluh, rasanya sangat sakit untuk sekedar berherak. Melihat (Namakamu) kusulitan untuk bersandar, kini dengan penuh kelembutan ia membantunya. Bahkan, terlihat sangat perhatian dengan memberikan segelas airputih untuk (Namakamu), Ternyata tidak ia sedingin yang (Namakamu) perkirakan sejak awal. Seakan, Malaikat pelindung yang saat ini menyelamatkan (Namakamu).

KAMU SEDANG MEMBACA
"Please Save Me"
RomansKehidupan kelam yang begitu menyelimuti hidupnya membuat Pria bermata hazel ini ingin segera mengakhiri hidupnya. Tanggung jawab sebagai seorang CEO sudah cukup membuatnya merasa jengah, terlebih dengan kejadian dimana ia begitu bodoh terjerumus dal...