"Please Save Me"[14]

13.7K 1K 34
                                    

"Aku tidak ingin kau kembali menjadi wanita menjijikan yang ku temui di taman beberapa tahun lalu. Kau milik ku (Namakamu). Aku tidak akan melepaskanmu, berhentilah untuk terus merajuk bodoh seperti itu. Apa kau ingin mati sekarang juga? aku tak main-main. Kalau sampai aku masih mendengar kau terus meminta cerai, maka sekarang juga aku akan membunuhmu."

Isak tangis itu justru semakin meremang membuat Iqbaal yang mendengarnya merasa muak, Iqbaal menarik napas sebelum akhirnya memilih untuk bersikap sedikit lebih tenang meski emosinya telah melambung tinggi.


Iqbaal kembali menyalakan mobil, niat untuk berlibur hari ini tentu batal. Semua menjadi kacau dan memuakkan. Dengan amarah yang terus meluap Iqbaal memutar balik arah mobilnya, mereka akan kembali ke rumah. Iqbaal tidak tahan jika harus berbuat kasar di dalam mobil seperti ini, terlebih dengan adanya Raveno yang sekarang terus menangis.

*****



"Sakit..nghhikss.. tolong hentikan, aku mohon.."


Nyaris otot di tubuh (Namakamu) terasa kebas dan nyeri. (Namakamu) berusaha mendudukkan diri meski pun di lakukannya dengan sulit, seakan tengah melakukan pekerjaan yang terlewat berat. Di tariknya napas dalam-dalam, dengan susah payah (Namakamu) mencoba untuk terus bertahan.

(Namakamu) merasakan bagian kulitnya terasa begitu perih, meski hanya di beberapa bagian saja. Namun, tetap saja terasa sangat sakit. Tangannya bergerak ke arah kening, telapaknya bisa merasakan basah dari cairan pekat yang kini menetes di keningnya, (Namakamu) meringis begitu mendapati jika dirinya
benar-benar terluka.


Iqbaal masih terlihat marah, bahkan tampak tak peduli dengan rintihan (Namakamu) yang terus terdengar meminta ampun. Iqbaal mendecih sebelum akhirnya menyudahi aksi tak wajar yang dia lakukan pada (Namakamu).

Dress wanita itu sobek pada bagian punggung yang kini memperlihatkan bekas-bekas luka cambukan yang Iqbaal berikan. Rambut (Namakamu) terlihat sangat berantakan, banyak sekali luka memar serta luka ringan di sekucur tubuh (Namakamu). Iqbaal seakan bukan lagi sosok suami yang selama ini di dambakannya, Pria itu tega menjedutkan kepala (Namakamu) ke meja nakas.


Iqbaal seakan telah kembali menjadi Iqbaal yang dulu, yang tak tahu apa itu arti kasih sayang. Yang (Namakamu) rasakan adalah penderitaan yang kembali hadir, ini bukanlah yang (Namakamu) inginkan. Terror itu membuat (Namakamu) tak menduga jika Iqbaal akan kembali seperti dulu lagi. Andai, Aldi masih ada. Mungkin, dia akan melindungi (Namakamu) sekarang ini.

"Sudah ku bilang padamu jangan pernah lagi kau ucapkan kalimat menjijikan itu di depan ku, ini semua salahmu (Namakamu). Jadi, Nikmati saja hukuman mu ini, dasar istri pembengkang."

Iqbaal menarik tangan (Namakamu) dengan kasar membuat (Namakamu) lagi-lagi merintih kesakitan akibat perlakuan kasar yang Iqbaal berikan padanya. Tanpa ragu Iqbaal kemudian menarik (Namakamu) menuju balkon membuat (Namakamu) sebisa mungkin mencoba untuk melepaskan cengkraman Iqbaal dari pergelangan tangannya.


"Tolong hentikan semua ini.."

"Kalau kau ingin semua ini aku hentikan, maka berjanjilah untuk tidak kembali meminta cerai. Otak bodohmu itu sudah di penguruhi oleh terror murahan yang tak seharusnya kau percayai, kau terlalu lugu hingga berujung pada kebodohan yang tak mendasar seperti ini."


Tanpa berbicara, (Namakamu) segera mengangguk dengan cepat. Sudut bibir Iqbaal mulai tertarik membentuk sebuah seringai. Perlahan di lepaskannya cengkraman itu, Iqbaal lalu merengkuh pinggang (Namakamu) kemudian membawa wanita itu ke dalam dekapannya. Seakan di selimuti penyesalan karna telah menyakiti wanitanya, kini Iqbaal memberikan kecupan-kecupan ringan secara bertubi di kening (Namakamu) membuat (Namakamu) hanya bisa terdiam dengan air mata yang tak hentinya terus berderai.


"Please Save Me"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang