Di dunia ini setiap manusia memiliki cara tersendiri untuk menebus kesalahan yang telah mereka perbuat. Dan Iqbaal telah menentukan cara paling tepat untuk menebus segala kesalahan yang telah ia lakukan dalam hidupnya yaitu dengan cara pergi mengasingkan diri untuk waktu yang tidak sebentar.
Iqbaal sudah tidak berada di rumah, sekarang ia tengah dalam perjalanan menuju tempat yang telah ia putuskan untuk mengasingkan diri. Iqbaal memandang keluar jendela mobil, hujan tiba-tiba saja turun dengan deras di sertai gemuruh guntur seakan memahami suasana hati Iqbaal yang sedang bersedih.
Iqbaal beralih pada ponselnya yang bergetar mendapatkan sebuah pesan dari Raveno. Iqbaal membuka pesan itu lalu membacanya dengan sangat serius sampai deru napasnya mulai kembali tak setabil saat merasakaan sensasi sesak yang di timbulkan setelah selesai membaca pesan itu. Dalam pesan itu Raveno meminta maaf pada Iqbaal, putranya mengaku jika ia tidak benar-benar membenci Iqbaal sebagai ayahnya dan hal itulah yang entah mengapa menjadikan Iqbaal semakin terlihat lemah disini. Iqbaal tidak bisa berbuat apapun bahkan hanya untuk sekadar membalas pesan itu saja Iqbaal tidak bisa.
Iqbaal menyimpan kembali ponselnya di dalam saku. Saat ini Iqbaal tidak akan melakukan apapun yang berhubungan dengan keluarga kecilnya. Untuk sementara Iqbaal hanya ingin pergi dan membiarkan keluarga kecilnya hidup tanpa mengingat nama Iqbaal yang selalu membawa penderitaan dalam kehidupan keluarga kecilnya.
Taksi yang Iqbaal tumpangi melaju menuju bandara. Sudah sangat jelas bahwa Iqbaal akan meninggalkan kota ini. Iqbaal akan hidup di tempat paling jauh sehingga ia dapat lebih menghukum dirinya sendiri yang akan menanggung rindu setengah mati kepada istri dan anak-anaknya.
**
Hilangnya sosok Iqbaal di rumah saat Raveno kembali membuat Raveno merasa kehilangan separuh jiwanya. Raveno terdiam tak percaya saat mendengar perkataan (Namakam) yang mengatakan jika Iqbaal sudah pergi. (Namakamu) mengatakannya sambil menangis memeluk Ochi yang juga ikut menangis. Sekarang rumah hanya akan diisi dengan kesedihan karena hilangnya sosok paling penting dari rumah ini yaitu Iqbaal.
"Ayah..."
Raveno tidak dapat lagi menahan sesak di dadanya. Bahunya gemetar dan ia menangis layaknya laki-laki paling lemah di dunia ini. Raveno bahkan tak mampu manahann tubuhnya lagi untuk dapat berdiri normal sehingga tubuhnya sekarang turun dan terduduk lemas. Kedua tangan Raveno terkepal dan meninju lantai dengan keras sebagai pelampiasan atas apa yang sekarang ini tengah ia rasakan. Raveno membayangkan lantai itu adalah dirinya. Raveno ingin sekali menghantam dirinya sendiri yang telah dengan bodoh melakukan kesalahan sampai membuat ayah yang paling berharga dalam hidupnya kini pergi untuk waktu yang lama.
"Kenapa? kenapa ayah harus pergi?!!"
Raveno tidak peduli tangannya yang akan memar karena terus meninju lantai dengan kencang. (Namakamu) yang melihatnya meminta Raveno untuk berhenti. Tidak ada gunanya untuk menyakiti diri sendiri karena hal itu tidak akan dapat membawa Iqbaal kembali. Saat ini (Namakamu) harus bertanggung jawab penuh pada keluarga ini, pada putra dan putrinya. (Namakamu) yang akan menjaga anak-anaknya seorang diri tanpa Iqbaal disisinya.
(Namakamu) membawa Raveno ke dalam pelukanya. Saat ini Raveno dan Ochi ada dalam pelukan (Namakamu) yang sebetulnya bukanlah sebuah pelukan untuk penguat, melainkan pelukan tanda kesedihan yang sama-sama mereka semua rasakan.
"Mulai sekarang mama yang akan selalu jaga kalian..."
(Namakamu) mengatakannya sebagai janji. (Namakamu) akan selalu menjaga kedua anaknya itu meski harus mempertaruhkan nyawa sekalipun. Tidak ada lagi yang paling berharga yang saat ini (Namakamu miliki kecuali Raveno dan Ochi yang tetap berada di sisinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
"Please Save Me"
Storie d'amoreKehidupan kelam yang begitu menyelimuti hidupnya membuat Pria bermata hazel ini ingin segera mengakhiri hidupnya. Tanggung jawab sebagai seorang CEO sudah cukup membuatnya merasa jengah, terlebih dengan kejadian dimana ia begitu bodoh terjerumus dal...