"Please Save Me" [24] -'Seperti inikah takdir Tuhan?'

6.4K 554 53
                                    

Pria itu semakin dekat melangkah hingga membuat ketiga sister itu mulai mengambil acang-acang untuk berlari pergi. Apapun yang terjadi tidak boleh ada yang terjadi pada Raveno. Pria itu sepertinya adalah musuh Iqbaal. Namun, sepertinya pria itu bukan berdarah indonesia.

"INI YANG TERAKHIR, DIMANA IQBAAL?! JIKA KALIAN TIDAK MENJAWAB MAKA MALAM INI JUGA AKU AKAN MENGHABISI KALIAN SEMUA SEPERTI IQBAAL MENGHABISI ISTRIKU!!!!"

Pria itu membanting botol wine-nya hingga pecah berkeping-keping. Sampai kapanpun pria itu tidak akan mengampuni Iqbaal yang telah merenggut nyawa istrinya.

Tidak ada yang bisa ketiga suster itu lakukan selain terpaku pada ketakutan yang luar biasa. Suster yang menggendong Raveno mulai tidak tahan menahan lemas di kakinya hingga tubuhnya nyaris jatuh sebelum pria itu benar-benar bertindak, dengan cepat salah seorang suster mengambil alih Raveno dan seorang lagi menangkap tubuh suster itu agar tak terjatuh.

Pria asing itu menyeringai seakan baru saja mendapat ide yang luar biasa. Langkah kakinya semakin dekat, sesuatu dalam dirinya sudah tidak tahan ingin membunuh orang-orang yang menghalangi tujuannya untuk membunuh Iqbaal.

Pria itu akhirnya sampai tepat di hadapan ketiga suster itu. Pandangan tajamnya tersorot pada si kacil Raveno yang tak bersalah. Pria itu tidak perlu berpikir siapa bayi yang di gendong suster itu, karena pria tahu jika bayi itu pasti putra dari Iqbaal. Ah, kedengarannya bagus juga jika yang pertama ia habisi adalah Raveno. Iqbaal pasti akan murka jika tahu putranya telah tiada dan ia bisa memanfaatkannya untuk bertemu Iqbaal dan langsung membunuhnya.

Pria itu mengambil alih Raveno seperti merampas sebuah tas berisikan uang, sangat kasar dan memaksa. Ketiga suster itu berteriak, menangis serta berlutut memohon agar Raveno tidak menjadi korban. Pria itu tertawa kencang lalu meludahi ketiga suster yang memohon padanya. Dasar bodoh.

Raveno menangis kencang tahu jika pria yang menggendongnya sekarang bukanlah pria yang baik. Raveno menggeliat tak nyaman seakan ingin turun meloloskan diri. Nyatanya Raveno hanya bayi kecil yang tidak bersalah. Raveno tidak ada sangkut pautnya dari dosa Iqbaal yang tega membunuh seseorang. Tidak seharusnya Raveno dilibatkan.

"Kalian selanjutnya." Pria itu menyeringai, ucapannya teruntuk ketiga suster yang masih menangis tak sanggup melihat saat pria itu mulai membawa Raveno ke lantai atas. Tidak boleh, pria itu tidak boleh membunuh Raveno. Entah apa yang salah seorang suster pikirkan, suster itu berlari dengan mengambil bekas pecahan botol wine, suster itu berlari mengikuti langkah pria asing itu yang sekarang semakin berada di anak tangga terpuncak.

"Bajingan!!!!" Teriak suster itu dari belakang, tangannya yang memegang bekas pecahan wine terarah tepat di kepala pria itu namun..

Tidak semudah itu. Pria itu menahan tangan rapuh sang suster dan mengarahkan pecahan kaca itu ke tubuh sang suster hingga bagian dada Suster itu mengeluarkan banyak darah. Tubub suster itu mengejang, pria itu memanfaatkannya dan langsung mendorong suster itu hingga jatuh dari lantai atas.

Dari atas sana pria itu bisa melihat lautan darah. Suster itu mati. Dua suster lainnya langsung berteriak menangisi kepergian teman mereka.

"Sekarang giliranmu."

Pria itu sudah berada di puncak lantai atas. Tangannya yang menahan tubuh Raveno mulai melonggar. Ia tidak sabar ingin melihat tubuh mungil Raveno hancur di bawah sana. Jika Iqbaal tidak membunuh istrinya tidak mungkin pria ini tega membunuh bayi tidak bersalah seperti Raveno, terlebih ia juga seorang ayah dari dua bayi kembar yang sekarang mendapat julukan piatu akibag ulah brengsek Iqbaal.

"Please Save Me"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang