"Iqbaal.."
Separuh nyawa (Namakamu) seperti hilang saat melihat Iqbaal di hadapannya. Dalam hitungan detik, (Namakamu) berteriak dan menangis penuh ketakutan.
"Iqbaal!!"
Mendadak bayang-bayang jasad Aldi bergaung di pikiran (Namakamu). Dan sekarang (Namakamu) kembali melihatnya. Melihat jasad bersimpa darah yang sukses membuatnya ketakutan.
-Tuhan, apa yang terjadi dengan Iqbaal? kembalikan Iqbaal suamiku..jangan renggut iqbaalku kembalikan..Tuhan..kembalikan!!-
Jerit tangis (Namakamu) pecah memenuhi ruangan. Semua ini rasanya tidak mungkin. (Namakamu) tidak sanggup melihatnya.
Dengan tubuh gemetar (Namakamu) menatap tubuh Salsha yang tergeletak bersimpa darah tepat di depan Iqbaal. Satu-satunya yang menjadi fokus (Namakamu) kini adalah pisau di tangan Iqbaal. (Namakamu) tidak percaya jika Iqbaal tega membunuh Salsha.
"Salsha.."lirih (Namakamu) lemah. (Namakamu) merasa kakinya seperti tak bertulang hingga tidak sanggup untuknya sekadar berdiri. Penuh ketakutan (Namakamu) merangkak mendekati jasad Salsha, ingin rasanya (Namakamu) bertanya apa yang sebenarnya terjadi, namun (Namakamu) terlalu takut menanyakannya pada Iqbaal saat ini.
(Namakamu) mengusap wajah Salsha, sejenak memastikan apa Salsha benar-benar sudah tak bernyawa, dan jawabannya adalah benar. Salsha sudah tidak ada di dunia ini. Iqbaal membunuh Salsha. Ya, Iqbaal suaminya kembali menjadi pembunuh untuk kedua kalinya. Dan yang Iqbaal bunuh sekarang adalah Salsha, yang tidak lain adalah saudari Iqbaal sendiri.
Entah iblis apa yang merasuki tubuh Iqbaal hingga Iqbaal tega membunuh Salsha. (Namakamu) mengencangkan jerit tangisnya, tubuhnya mencondong memeluk jasad Salsha.
(Namakamu) tahu jika Salsha memang jahat dan tidak pernah menyukai dirinya. Tapi seharusnya bukan seperti ini cara Iqbaal menyingkirkan Salsha. (Namakamu) tidak pernah meminta Iqbaal untuk membunuh Salsha, namun ternyata Iqbaal melakukannya. Iqbaal benar-benar sudah gila. Sangat gila bahkan.
"Kau membunuh orang lagi, kau kembali menjadi pembunuh seperti dulu..beginikah caramu menghabisi orang yang mengganggu kehidupan kita? kau tidak ubahnya iblis Iqbaal!"teriak (Namakamu) memberanikan diri menatap Iqbaal dengan tatapan marah. Sementara Iqbaal hanya terdiam dengan tangan memutar-mutarkan pisau.
"Jangan salahkan aku. Salahkan takdir mengapa kau mempunyai suami pembunuh sepertiku."ucapan Iqbaal benar-benar menusuk hati (Namakamu).
(Namakamu) mengerang penuh kemarahan. Kedua tangan (Namakamu) menarik kaki kanan Iqbaal dengan kencang membuat keseimbangan Iqbaal goyah hingga akhirnya Iqbaal terjatuh dengan posisi berbaring.
"Sialan kau!"
(Namakamu) melompat duduk di atas dada bidang Iqbaal. Tangannya mengepal siap memukul wajah tampan Iqbaal. Tidak butuh waktu lama (Namakamu) memberikan Iqbaal sebuah pukulan sekuat yang ia bisa. Pukulan yang (Namakamu) berikan sukes membuat hidung Iqbaal mengeluarkan darah.
Menyadari hidungnya mengeluarkan darah, Iqbaal mendengus dengan bibir menyeringai. Iqbaal melayangkan tatapan tajam, secepat kilat tangan Iqbaal mencengkram kedua tangan (Namakamu). Setelah itu, Iqbaal membalikan posisi menjadi berada di atas sementara (Namakamu) ada di bawahnya.
"Nikmatilah hidupmu sayang. Salsha sudah tidak akan mengganggu hubungan kita, seharusnya kau senang karena suamimu ini telah berhasil menyingkirkan Salsha."Tangan Iqbaal beralih mengusap lembut pipi (Namakamu). "Jangan pernah berani memukulku lagi atau kau juga akan bernasip sama seperti Salsha. Aku ini pembunuh (Namakamu). Siapapun bisa kubunuh dengan mudah jika ada yang melawanku."usapan lembut di pipi (Namakamu) kini berubah menjadi sebuah tamparan.

KAMU SEDANG MEMBACA
"Please Save Me"
RomanceKehidupan kelam yang begitu menyelimuti hidupnya membuat Pria bermata hazel ini ingin segera mengakhiri hidupnya. Tanggung jawab sebagai seorang CEO sudah cukup membuatnya merasa jengah, terlebih dengan kejadian dimana ia begitu bodoh terjerumus dal...