Tiga hari setelah melahirkan Dokter memperbolehkan untuk pulang. Kondisi (Namakamu) dan Ochi sama-sama sehat. (Namakamu) benar-benar senang karena akhirnya bisa keluar dari rumah sakit dan menggendong Ochi sepuasnya.Selama perjalanan pulang sausana di dalam mobil benar-benar hangat. Iqbaal tidak bisa menahan senyumnya setiap kali mendengar (Namakamu) mengajak Ochi bicara dengan suara yang sangat menggemaskan. Iqbaal tidak tahu bagaimana lagi menggambarkan rasa senang dan bersyukurnya selain lewat ucapan syukur yang ia ucapkan dalam hati serta sebuah senyuman yang terus menghiasi bibirnya.
(Namakamu) melihat Ochi bergerak tak nyaman di pelukannya, bibir mungil Ochi terbuka menyuarakan tangis yang masih sangat khas--tangisan bayi yang baru lahir. Dengan cepat (Namakamu) menyusui Ochi yang langsung tenang seketika. Tangan mungil Ochi bergerak-gerak, (Namakamu) menyambut tangan mungil itu, membiarkan jarinya di genggam oleh tangan mungil Ochi.
"Raveno bilang dia pulang nanti sore." Iqbaal memberitahu jika Raveno nanti sore pulang dari luar kota.
(Namakamu) sedikit terkejut mendengarnya, namun hatinya benar-benar senang tahu jika putra kesayangannya akan pulang. "Benarkah? bukannya ia masih punya dua hari lagi sampai acaranya benar-benar selesai?" tanya (Namakamu).
Iqbaal mengangguk. "Ya, tapi dia bilang dia sudah tidak sabar ingin melihat dan menggendong adik kecilnya." Iqbaal mengucapkannya sambil tertawa kecil.
(Namakamu) tertawa kecil juga. Tatapan (Namakamu) tertuju pada senyuman di bibir Iqbaal. "Apa kau benar-benar bahagia?"
"Ya, ini pertamakalinya aku merasa seperti menjadi seorang ayah sungguhan. Waktu Raveno lahir situasinya tidak seperti ini, jadi sekarang setelah melihatmu berjuang dan melihat hadirnya Ochi aku merasa sangat bahagia." ucap Iqbaal.
(Namakamu) terharu mendengarnya. Andai ia sedang tidak menyusui Ochi, ia pasti sudah memberikan pelukan di ciuman untuk Iqbaal.
"Aku beruntung mempunya suami sepertimu. Aku tahu dulu kau tidak benar-benar membenciku, aku mulai tahu kau peduli denganku saat kau membantuku melahirkan Raveno. Saat itu kau memelukku, kau juga terlihat ketakutan dan panik saat Raveno tidak menangis..dan setelah Raveno menangis aku bisa melihat kau sangat bahagia. Aku tahu dulu situasinya memang sulit untukmu dan juga aku. Dulu aku terlalu menuntutmu untuk bertanggung jawab tanpa peduli siapa kau sebenarnya, dari mana keluargamu berasal, aku menuntutmu tanpa berkaca terlebih dahulu jika aku hanya seorang gadis yang tak punya keluarga. Aku tahu dulu kau hanya panik setelah tahu aku hamil dan kau tak mau bertanggung jawab karena kau tidak ingin merusak pekerjaanmu dan nama baik keluargamu. Sekarang semua sudah berubah. Aku bersyukur bisa terus bersamamu dan merasakan melahirkan darah dagingmu untuk yang keduakalinya."
(Namakamu) mengucapkannya sambil menangis, bukan tangisan sedih, tapi tangisan bahagia. Iqbaal tiba-tiba saja menghentikan mobilnya dan langsung mencondongkan tubuhnya ke arah (Namakamu). Iqbaal mencium lembut bibir (Namakamu), cukup lama, setelah itu Iqbaal juga mencium kening (Namakamu). Iqbaal kemudian menghapus airmata (Namakamu) dan mengusap pipi (Namakamu).
"Entah harus berapakali aku mengucapkan terimakasih padamu, aku benar-benar beruntung bisa bertemu dan hidup bersamamu."
Iqbaal dan (Namakamu) saling menatap penuh arti. Cinta mereka akan semakin kuat, semoga saja Tuhan mengizinkan mereka untuk terus bersama-sama hingga mautlah yang memishakan mereka.
**
Dengan penuh antusias Iqbaal membawa (Namakamu) dan Ochi ke kamar bayi yang sudah Iqbaal siapkan. Iqbaal meminta orang mendekor kamar untuk Ochi.
Saat pintu kamar terbuka, (Namakamu) benar-benar terkejut melihat betapa lucunya kamar Ochi yang Iqbaal siapkan ini. (Namakamu) memberi Iqbaal ciuman di pipi sebagai bentuk terimakasih karena Iqbaal telah menyiapkan segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Please Save Me"
RomanceKehidupan kelam yang begitu menyelimuti hidupnya membuat Pria bermata hazel ini ingin segera mengakhiri hidupnya. Tanggung jawab sebagai seorang CEO sudah cukup membuatnya merasa jengah, terlebih dengan kejadian dimana ia begitu bodoh terjerumus dal...