Sebuah café di kawasan elit dan strategis tampak begitu ramai oleh pengunjung. Tidak sedikit di antara mereka yang kekurangan tempat duduk di beberapa kelompok. Baik di out door maupun di in door. Semuanya terlihat sesak pengunjung.
Meskipun terlihat ramai, kafe tersebut menyediakan beberapa sudut yang telihat lebih privasi hanya ada beberapa orang saja yang tengah menikmati makan siang mereka. Mereka yang menempati tempat tersebut berasal dari kalangan yang berduit.
“Aku hanya merasa aneh saja, jika setiap mantan memiliki cap di tubuhku” Seorang gadis tampak mengajukan pendapatnya pada ke dua temannya.
“Itu kan hanya presepsimu saja, Sha, tidak semua orang berfikiran sepertimu. Misalnya kami berdua, menikmati apapun yang kami lakukan dengan pacar atau mantan-mantan sebelumnya” terang Adresia, salah satu dari ketiga wanita tersebut.
“Iya, bahkan semua mantanku pernah meniduriku. Rasanya kurang pas jika sebuah hubungan tidak ada kontak fisik” tambah Laela santai.
Shakila menggelengkan kepala mendengar cerita kedua sahabatnya. Ya! tidak di pungkiri lagi, mereka berdua memang primadona setiap laki-laki normal. Mereka memiliki wajah cantik dan bentuk tubuh yang menggoda. Belum lagi dengan payudara yang selalu mencondong sempurna seakan menantang badai percintaan.
Cerita mereka berawal dari putusnya Shakila dengan pacarnya, karena insiden ciuman. Shakila tidak mau di sentuh secara tidak wajar -menurutnya- meskipun itu pacarnya sendiri. Berpegangan tangan atau mencium kening itu hal yang masih lumrah, tetapi berciuman bibir itu sudah sangat melanggar batas-batas pacaran dalam kamus gadis polos tersebut. Menurutnya, menunjukkan rasa kasih sayang dan simpatik bukan begitu caranya, bukan dengan sentuhan-sentuhan yang akan berakhir dengan hal intim.
Tidak ingin menimbulkan masalah baru, Shakila pun memutuskan pacarnya dan kembali menjomblo sebelum menemukan pasangan yang tepat. Gadis itu, meskipun usianya sudah memasuki dua puluh tiga tahun, tetap memegang teguh norma-norma yang sudah di terapkan oleh ke dua orang tuanya.
Tidak seperti kedua temannya. Seperti kata Laela tadi, semua mantannya pernah menidurinya. Dan begitu juga dengan Adresia, meskipun masih perawan, tetapi ia melakukan ciuman dan sentuhan-sentuhan semacamnya.
Benar! Beda orang beda presepsi.
Shakila merinding kala membayangkan jika pacarnya, menciuminya, melakukan foreplay, meremas payudara, dan menjamah setiap inci tubuhnya serta desah-desahan menaungi pendengaran mereka. Cepat-cepat ia membuang pemikiran tersebut dan berdoa semoga saja itu tidak pernah terjadi sebelum menikah.
Lain halnya jika pacar tersebut menjadi suaminya kelak. Meskipun dosa, tetapi hanya dia yang menjamah tubuhnya hingga tua nanti. Lalu… bagaimana jika mereka tidak berjodoh? Mereka putus di tengah jalan, sedangkan tubuhnya sudah di cicipi sang pacar? Bisakah ia mengulang waktu agar sentuhan itu tidak pernah terjadi? Atau,bagaimana jika suaminya kelak menuntut hak? Apa yang harus di jawab?
Mereka khilaf? atau tidak sengaja? di paksa?
Yeah! Mungkin beberapa suami tidak memepermasalahkannya. Tetapi bagaimana jika sang suami tetap menuntut haknya? Bukankah ia menikah dalam keadaan utuh untuk istrinya? Lalu bagaimana dengan sang istri? Bukankah seharusnya ia juga dalam keadaan utuh untuk suaminya?
Ingatlah! Tidak semua laki-laki menerima pasangan mereka secara tidak utuh. Tidak semua laki-laki mau pada barang bekas. Sifat manusia dominan dengan egois dan menuntut.
“Baiklah, kudoakan agar seorang pangeran berkuda putih segera datang melamarmu” senyum Laela mengembang. Ia tahu, Shakila tidak akan termakan rayuan seampuh apapun itu mengenai nikmatnya saling menyentuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...