Keesokan harinya, setelah sarapan. Keduanya kembali ke apartemen. Bergandengan tangan menuju mobil dan membukakan pintu untuk Shakila. Tidak ada yang mengungkit kejadian tadi malam. Keadaan mereka begitu canggung ketika bangun tadi pagi. Andhy salah tingkah sehingga membiarkan Shakila dan Rahma berbincang-bincang lama.
Tetap seperti biasa. Andhy menggenggam tangannya ketika mereka hendak pulang. Membukakan pintu dan kemudian mempersilahkan masuk. Dia sendiri mengitari bagian depan mobil dan kemudian duduk di sampingnya. Menghidupkan deru mesin dan langsung meninggalkan tempat tersebut.
Sebelum kembali, terlebih dahulu keduanya mampir di supermarket. Membeli bahan makanan. Kali ini Shakila ikut berpartisipasi, mengambil beberapa bahan yang disukainya. Memasukkan ke dalam trolley.
Shakila mengambil sayuran pare, memilih yang memiliki kualitas terbaik. Mengambil beberapa biji, "Kamu menyukai sayuran itu?" Tanya Andhy menatapnya dan sayur tersebut secara bergantian. Sedikit bergidik mengingat rasanya yang agak pahit.
Shakila menganggukkan kepala. "Ibu sering memasaknya." Jawabnya. "Aku merindukan ibuku." Tambah Shakila pelan.
Andhy terdiam. Selama Shakila tinggal di rumahnya, tidak sekalipun gadis itu berhubungan atau bertemu lagi dengan kedua orang tuanya. Andhy menjadi merasa bersalah, sebelumnya tidak berinisiatif mengajaknya berkunjung atau menanyakan apakah Shakila ingin menelpon mereka.
Terdiam hingga Shakila memasukkan sayuran tersebut ke dalam trolley, kemudian memilih sayuran lainnya yang sering dimasak oleh ibunya. Mungkin rasa rindunya akan terobati jika Shakila memasaknya.
"Nanti, jika kita memiliki waktu. Mari kita berkunjung ke rumah ibumu." Shakila terdiam. Menghentikan pergerakan tangannya lalu menatap Andhy yang tidak jauh dari depannya. Pandangan mereka bertemu. Shakila menemukan ketulusan serta kesungguhan di sana.
Shakila terbata, hendak mengatakan sesuatu. Tetapi lidahnya kelu, tidak sanggup melanjutkan. "Boleh kan, aku menemanimu?" Andhy kembali bertanya. Shakila mengangguk tanpa sadar. Rasa senang membuncah dalam dirinya, dia melebarkan senyum hingga menyipit. Menampilkan deretan giginya yang sangat jarang ditunjukkan.
Andhy mendekat, membantunya memilih sayuran. Dan kemudian kembali mendorong trolley dengan Shakila berada di sampingnya.
***
"Kemarin ibu cerita kalau selama ini menginginkan kamu pulang." Shakila duduk di meja makan sambil makan es krim yang mereka beli di supermarket. Sesekali menyendokkan ke dalam mulutnya lalu kembali melanjutkan perkataannya.
Sementara Andhy sedang berdiri di depan kompor. Mengiris bahan makanan yang akan dimasak untuk makan malam mereka. Keduanya kembali ketika sore menjelang. Terlebih dahulu mengelilingi beberapa tempat hingga puas.
Andhy hanya diam ketika Shakila mengatakannya. "Kenapa kamu tidak pernah pulang?" Tambah Shakila setelah menelan es krimnya.
Andhy memutar tubuhnya, menatap Shakila yang sepertinya sangat penasaran. Entah mengapa, Andhy sangat menyukai ekspresi baru tersebut. Ekspresi ingin tahu tentang alasannya tidak kembali.
"Aku memiliki rumah sendiri. Dan aku sibuk" Jawabnya, lalu kembali memutar tubuhnya menghadap kompor.
Shakila kembali menyuapkan es krim lagi. Menelan dan kembali bertanya. "Sampai bertahun-tahun begitu?" Shakila mengernyit. "Aku saja sering pulang sewaktu masih bekerja. Walaupun desaku lumayan jauh, tetapi tetap saja aku sering pulang jika libur panjang." Tambahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...