Makan malam itu berlangsung hangat. Shakila duduk di samping Andhy. Sementara kedua orang tua laki-laki tersebut berada depan mereka. Sebelum makan, mereka berbicang-bincang ringan. Membicarakan berbagai macam hal-hal kecil yang mengundang tawa.
Rahma memberikan mangkok kecil berisi sop pada Shakila. Mengatakan jika dia membuatnya khusus pada gadis tersebut. Shakila menerimanya dengan suka cita, meletakkan di depannya dan meraih sendok, hendak mencicipinya.
Rahma dan James saling memandang, terdiam karena ulah Shakila. Andhy menyadarinya, meskipun mereka sedari tadi bersama, tetapi dirinya sama sekali tidak mengeluarkan suara tawa. Hanya sesekali saja dirinya menjawab sesingkat mungkin lalu kembali melahap makanannya.
Mengangkat kepala dan menoleh pada Shakila, Andhy mengambil sendok dari samping gadis tersebut. Membantunya menggengamkan di tangan dan meminta sendok garpu yang di pakainya. "Pakai ini," ucapnya pelan.
Tentu saja Shakila tidak bisa mencicipi sop tersebut dengan menggunakan garpu. Kuahnya akan kembali tumpah dari celah-celah aluminuim tersebut. Shakila menyadari kelalaiannya. Dia memang sangat kelelahan satu harian ini sehingga menurunkan konsentrasinya. Menggagalkan fokus atas apa yang sedang dikerjakannya.
Mengucapkan terima kasih. Shakila mencicipi sopnya. Mengatakan jika masakan tersebut sangat lezat. Dia pun kembali mencicipinya lalu mengucapkan terima kasih. Rahma tersenyum hangat, mengangguk dan mereka pun melanjutkan makan.
Sejak mengetahui kejanggalan Shakila, Rahma memandang Andhy sengit. Bertanya apa saja yang telah dilakukan sehingga gadis tersebut seperti itu. Andhy menghela nafas panjang, lalu tanpa menghiraukan ibunya. Dirinya kembali menundukkan kepala, melahap makanannya.
Selesai makan, mereka kembali berbincang hangat. Rahma menyuruh Shakila beristirahat. Dia terlihat begitu kelelahan sekali. Tidak baik baginya menahan rasa kantuk maupun membiarkan badannya kelelahan. Seorang wanita hamil harus selalu menjaga kesehatannya.
Membantu Shakila menaiki tangga, Andhy menutup pintu kamar. Membantunya berbaring meskipun Shakila mengatakan jika dirinya bisa melakukan sendiri. Andhy tidak tenang sebelum memastikannya sendiri. Dia pun tetap besikukuh membantu Shakila.
Duduk di samping Shakila dan mengusap-usap kepalanya. Shakila memejamkan mata, rasa kantuk langsung menyergapnya, dia memang sangat kelelahan sekali. Sehingga tidak menunggu lama bagi Andhy. Dia pun menghela nafas panjang dan berdiri. Menuju pintu dan menutupnya pelan agar Shakila tidak terbangun.
Menemui kedua orang tuanya di lantai dasar. Andhy duduk di depan mereka. Menundukkan kepala, sibuk dengan handphonennya. Memberikan akses pada keduanya untuk berbicara padanya.
Rahma tidak sabaran lagi. Dia langsung menanyakan kondisi Shakila. Sebab sejak tadi siang, Rahma menyadari adanya sedikit keanehan dalam diri gadis tersebut. Rahma berusaha mengabaikannya, mengira Shakila hanya kelelahan dan hormon kehamilannya. Namun setelah melihatnya tadi ketika mencicipi sop. Rahma sadar jika dalam benaknya tidak salah.
Menghela nafas panjang. Andhy menganggukkan kepala. Mengakui jika Shakila mengalami sedikit kelalaian. Kedua mata Rahma berkaca-kaca, tidak menyangka jika Andhy sekejam itu pada Shakila.
Nasi sudah menjadi bubur. Tidak bisa kembali menjadi nasi lagi. Keadaan sudah terlanjur, tidak bisa dikembalikan seperti sebelumnya. Yang ada hanya bisa memperbaiki menjadi lebih baik lagi meskipun bekasnya masih terpantri dan tidak akan menghilang.
Seperti itu lah yang dilakukan oleh Andhy saat ini. Tidak bisa mengembalikan keadaan seperti sebelumnya. Mengembalikan Shakila utuh seperti sedia kala. Yang bisa dilakukannya hanya memperbaikinya. Memperbaiki kecacatan Shakila dengan kelebihan yang akan di asah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...