Andhy menggenggam tangan Shakila memasuki ruangan theater setelah mengantri tiket menonton yang dijanjikan oleh Andhy kemarin. Bukan seperti pasangan pada umumnya yang datang ke gedung theater untuk menonton film romatis.
Mereka berdua menonton film kartun untuk anak-anak. Sebagian besar yang memasuki ruangan tersebut memang kebanyakan berkeluarga. Membawa bayi atau balita. Shakila melihat sekitarnya, memperhatikan beberapa keluarga yang sedang memangku bayi, menunggu film di putar. Dia memegang perutnya, mengelus lalu tersenyum tipis.
"Ayo, duduk." Andhy membuyarkan lamunanya. Dia pun duduk di samping Andhy. Laki-laki itu membuka kemasann popcorn yang dibelinya setelah mendapatkan tiket. Mengangsurkan pada Shakila sebelum menyentuhnya isinya.
Wanita itu mengulurkan tangannya, memasukkan ke dalam wadah untuk mengambil segenggaman tangannya. Membawanya ke mulut dan mengunyah pelan. Andhy tersenyum tipis, meletakkan minum Shakila di sampingnya.
Lampu theater mulai meredup. Suara bising pun mulai tak terdengar lagi. Acara kartun telah di mulai.
Beberapa anak berteriak histeris melihat tokoh kartun yang memainkan drama. mereka menunjuk-nunjuk layar raksasa di depan mereka. Andhy merasa terganggu, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa selain diam.
Rasanya ingin sekali pergi sejauh mungkin dan tidak bertemu dengan anak-anak nakal yang hanya mengeluarkan suara untuk menunjukkan ekspresi mereka. Menyebalkan dan menaikkan emosi.
Andhy tidak pernah menyukai anak-anak. Dia tidak memiliki adik maupun keluarga yang masih anak-anak. Tidak ada alasan bagi Andhy untuk menyukai mereka. Berisik dan mengganggu saja.
Masih kesal dengan anak-anak tersebut, Andhy merasakan bahunya kirinya berat. Menoleh sedikit, dia menemukan Shakila menumpukan kepalanya di sana seperti biasa. Sejak kembali dari rumah sakit, Shakila berubah banyak.
Bukan tidak menyukai. Malah sebaliknya, Andhy menyukai jika Shakila menempel padanya. Nyaman padanya sehingga rasa traumanya sedikit demi sedikit mulai menghilang. Dia berharap semoga saja seperti itu.
Mengangkat tangannya sehingga Shakila bergerak menjauh, Andhy melingkarkan lengannya pada bahu Shakila. Mengelus lengan kirinya lalu beralih pada puncak kepala wanita tersebut. Shakila memejamkan mata, dirinya kembali seperti balita. Menyandarkan tubuhnya pada tubuh Andhy.
Hingga film kartun tersebut selesai. Mereka tetap diam, membiarkan orang-orang keluar lebih dahulu. Andhy menggerakkan kembali tangannya, menggenggam tangan Shakila dan mengajaknya keluar. Shakila menurut, berjalan dengan perlahan-lahan di antara kursi penonton.
"Kamu... ada yang kamu perlukan?" Andhy memandangnya, bertanya pelan-pelan pada gadis tersebut. Shakila mengangkat kepala, lalu menggeleng. Tidak ingin membeli apa-apa. Andhy mengangguk, "Kalau begitu, kita belanja keperluan dapur saja." Ajaknya. "Kamu tidak keberatan ikut kan? Atau kita langsung pulang saja?"
Shakila kembali menggeleng. "Kamu... mau ikut belanja?" Andhy bertanya pelan, dan Shakila mengangguk. Dia pun tersenyum lembut, meremas tangan Shakila dalam genggamannya. "Ayo," ajaknya.
Mereka mengambil sebuah trolley, Andhy mendorong dengan tangan kanan sedangkan tangan kiri tidak melepaskkan Shakila. Mereka berjalan beriringan. Meskipun Andhy mengambil beberapa produk dan memasukkan ke dalam trolley, tetap saja enggam melepaskan gadis tersebut.
"Besok... kamu mau kita ke rumah sakit untuk kemoterapi bayi?" Andhy kembali bertanya setelah trolley tersebut hampir penuh. Shakila hanya menemaninya saja, tidak pernah menyentuh produk yang terpajang di rak. Membiarkan Andhy mengurus semuanya, dia tidak tahu menahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...