Siapin tissue, boleh. Manatau gabisa ditahan lagi 😎😎
------ ++ -----
Keesokan paginya. Andhy bangun dari tidur singkatnya. Dia menggeliat tanpa bebas di sofa yang selama ini ditempatinya. Hanya seminggu saja dirinya menempati kamarnya selama beberapa bulan ini. Selama ini Shakila yang selalu tidur di sana.
Untunglah Shakila langsung tidur setelah selesai makan cemilannya. Dia membiarkan Andhy membereskan sampah di atas meja. Lalu pergi sendiri ke kamarnya, menarik selimut hingga dada dan memejamkan mata.
Andhy memijakkan kaki pada lantai, menuju kamarnya untuk memeriksa Shakila. Mungkin gadis itu masih tidur, batinnya yakin.
Namun ternyata kamar itu kosong. Shakila tidak ada di sana. Tempat tidur tersebut telah di rapikan. Dia pun meninggalkan kamar dan pergi ke dapur. Andhy sangat lega, melihat Shakila sedang memasak.
"Kamu sudah bangun?" Andhy terkejut. Shakila menyadari keberadaannya. "Aku belum selesai masak. Tunggu sebentar lagi." Ucapnya kembali mengarahkan pandangan pada penggorengan.
Andhy tersenyum samar. Lalu duduk di kursi. "Tidak apa-apa, Sha. Kalau kamu tidak sanggup, tidak perlu dipaksakan. Kita bisa memesannya." Jawab Andhy memperhatikan punggungnya.
"Aku bisa, kok." Elak Shakila bersikukuh.
Andhy diam, lalu membiarkan Shakila melanjutkan masakannya. Shakila menyuruhnya mandi seraya menunggu. Setelah Andhy selesai membersihkan tubuhnya, masakannya akan selesai.
Andhy menurut. Meninggalkan Shakila sibuk dengan masakannya. Helaan nafas lega terdengar dari mulut Andhy. Dia memejamkan mata melihat keadaan Shakila yang sepertinya sedang membaik pagi ini.
Selesai mandi dan mengenakan pakaian, Andhy kembali ke meja makan. Dia kembali tersenyum tipis melihat Shakila duduk menunggunya. Meminta maaf karena membuat gadis itu menunggu, Shakila hanya tersenyum tulus meskipun terlihat tipis.
"Aku tidak pernah melihatmu bekerja. Kamu hanya di apartemen. Kamu tidak memiliki pekerjaan seperti yang lain?" Shakila bertanya di sela-sela kunyahannya. Dia mengernyit sambil memperhatikan Andhy di depannya.
Laki-laki itu mengangkat kepala, menatap manik Shakila yang entah sejak kapan disukainya. Dia pun menggeleng lalu memasukkan kembali makannya pada mulut, Shakila mengernyit bingung. Jika Andhy tidak bekerja, lalu bagaimana dia bisa hidup?
Andhy menyadari tatapan Shakila masih terpusat padanya. Dia pun kembali mengangkat kepala dan memandang gadis tersebut. "Menjagamu lebih penting daripada bekerja, Sha." Jawabnya mendesah frustasi.
Shakila mengerutkan dahi lalu menggeleng, "Aku tidak perlu dijaga. Kamu hanya cukup membiayaiku."
"Aku bekerja di rumah."
"Oh," Shakila mengangguk meski tidak mengerti sepenuhnya. Kerja otaknya melamban, tidak salah jika dia kurang mengerti. Tetapi melihat wajah laki-laki tersebut yang sepertinya sangat sedih, Shakila menganggap dirinya sedang cuti sakit sehingga menyelesaikan pekerjaan di rumah.
"Ah, rasanya tidak enak." Shakila mengernyit menatap wadah tempat sayurnya. Rasanya begitu asin. Sangat asin, seperti dirinya memasukkan banyak sekali garam. Untung saja dirinya hanya mencicipi sedikit dari sendok kecil sehingga tidak perlu memuntahkannya.
Shakila menerima gelas yang disodorkan oleh Andhy, menegaknya hingga setengah. Seperti tidak sadar lagi. Shakila tidak tahu apa yang dimasaknya. Memberikan banyak penyedap rasa sepertinya menjadi kebiasaannya akhir-akhir ini. Atau terkadang sama sekali tidak memasukkannya sehingga rasanya hambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...