Ketika dokter membuka pintu, mereka langsung berdiri dan menghampiri wanita berseragam tersebut. Rasa lega menyeruaki kelimanya saat dokter mengatakan keadaan Shakila baik-baik saja, dan bayinya lahir secara utuh meski berat badannya minim.
Kedua padang orang tua itu memandang Andhy, seolah-olah mengatakan ia berhak menemui Shakila lebih dahulu. Ia pun mengangguk dan segera masuk ke dalam ruang bersalin tersebut.
Andhy menemukan Shakila terbaring lemas di bangkar. Wajahnya terlihat sedih meski ia tersenyum saat suster mengucapkan selamat padanya. Andhy bisa merasakan bagaimana kerasnya perjuangan Shakila beberapa saat yang lalu. Banyaknya darah yang keluar dan pucatnya wajah Sakila telah menjelaskan semuanya. Ia pun memeluk Shakila dan meneteskan air mata.
"Sha, terima kasih." Ucapnya tulus.
Shakila mengangguk dan meneteskan air mata untuk kesekian kalinya. Ia masih teringat dengan isi kertas yang ia temukan sebelumnya. Kertas itu berpengaruh besar bagi Shakila, ia hampir menyerah. Namun melihat kesungguhan Andhy dan penerimaan maaf dari kedua orang tuanya seolah-olah memberinya kekuatan untuk bertahan. Shakila mengucapkan syukur dalam hati telah berhasil menyelamatkan nyawanya dan bayinya.
Suster memberikan bayi mereka setelah dibersihkan. Andhy meminta persetujuan Shakila, wanita itu mengangguk dan membiarkan Andhy menggendongnya.
"Anak kita, Sha." Shakila semakin meneteskan air mata. "Bolehkah aku mengazaninya, Sha?" Tanya Andhy meminta kembali persetujuan.
Sekali lagi Shakila mengangguk. Ia memalingkan wajahnya dan menyeka air matanya yang tiada berhenti terjatuh membasahi pipi. Shakila tidak sanggup melihat Andhy menggendong bayi itu dengan binaran bahagia.
"Terima kasih," Andhy memberikan bayi itu kepangkuan Shakila. Ia memandang sendu ibu dan anak itu. Andhy ingin sekali melihat pemandangan indah itu setiap hari sepanjang hidupnya. Ia rela menukarkan apapun yang dimilikinya asalkan bisa melihat mereka berdua.
Kedua orang tua Shakila dan Andhy menghampiri mereka di dalam ruangan. Mereka merasa sudah cukup memberi waktu bagi kedua anak itu. Rasa haru kembali menyelimuti keluarga tersebut. Mereka bergantian menggendong bayi mungil itu dan menciumnya tanpa henti.
Sarma mengatakan bahwa bayi tersebut sangat mirip dengan Andhy sewaktu bayi dulu. Wanita paruh baya itu bahkan menunjukkan fotonya di dalam dompet yang selalu ia bawa kemana pun. Andhy dan Shakila hanya tersenyum, secara tidak sengaja pandangan mereka bertemu. Shakila mengalihkan pandangannya pada yang lain sehingga Andhy merasa semakin sedih.
"Aku mencari makan dulu," Andhy pamit kepada mereka dan keluar dari ruangan. Ia tidak tahan melihat wajah bahagia yang terpancar disana, sedangkan dirinya tengah dilanda kesedihan mendalam. Andhy merasa waktu empat bulan terlalu cepat berlalu, baru saja ia merasa bahagia -meskipun sebenarnya palsu- tetapi sekarang semuanya telah berakhir. Shakila bukan lagi tanggung jawabnya. Shakila akan kembali seperti orang lain, sama seperti sebelum mereka bertemu. Mereka akan menjadi orang asing yang tidak pernah saling mengenal.
Andhy kembali ke ruangan Shakila. Wanita itu sedang tertidur, sementara kedua orang tua mereka sudah pergi. Shakila membutuhkan istirahat total untuk mengembalikan stamina. Andhy meletakkan makanan yang ia bawa ke atas meja. Ruangan itu tidak sama seperti yang tadi. Shakila telah dipindahkan dari ruang bersalin ke ruangan yang lebih bagus dan nyaman.
Secara perlahan, Andhy menggeser kursi dan mendudukinya. Ia menggenggam tangan kanan Shakila dan menciumnya beberapa kali. Obat bius yang disuntikkan ke dalam tubuh Shakila sepertinya bekerja secara efektif, Shakila tidak merasakan tanda-tanda keberadaan Andhy di dekatnya. Matanya tetap terpejam.
Andhy setengah membungkuk dan mencium kening Shakila, lalu seluruh wajahnya. Wanita itu tetap tertidur, Andhy pun kembali duduk dan merebahkan kepalanya di samping Shakila. Hingga tanpa disadarinya, Andhy memejamkan mata dengan nafas teratur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...