"Sha, kamu mau kemana?" Meskipun sudah tahu, Andhy tetap bertanya dengan lembut pada Shakila yang sudah bersiap-siap keluar keesokan harinya. Kemarin sore, Shakila langsung mengurung diri di kamar dan tidur lebih cepat setelah Andhy mengantar makan dan obatnya ke kamar.
"Aku mau keluar." Shakila mengelus perutnya sambil menatap Andhy yang sedang mengerjakan pekerjaan kantornya di ruang tamu. Sejak dua bulan yang lalu, Andhy mulai bekerja di apartemennya.
Andhy berdiri dari duduknya, "Aku akan mengantarmu." Ucapnya tersenyum. Dalam kesepakatan mereka, Andhy tidak bisa menghekang setiap gerak-gerik Shakila. Gadis itu bebas kemanapun ia mau.
Shakila menggelengkan kepala, "Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri." Ucapnya bersikukuh menolak.
"Tidak apa-apa, Sha. Di luar panas. Belum tentu taksi langsung ada nanti di depan" Shakila terdiam. Memang benar, kendaraan tidak bisa beroperasi bebas di depan apartemen Andhy.
Andhy pun mengambil kunci dan menarik tangan Shakila keluar dari apartemen. Selama perjalanan, Shakila hanya menundukkan kepala. Meskipun kesepakatan yang ia ajukan pada Andhy diterima, Shakila merasa bersalah karena kepergiannya. Ia merasa tidak pantas membohongi sosok Andhy yang baru.
Meskipun Shakila tidak pernah bertanya atau meminta, namun Andhy selalu pamit dengannya kemana pun Andhy pergi. Laki-laki itu selalu menjelaskan seolah-olah Shakila perlu mengetahui kemanapun ia melangkah.
Meskipun begitu, tetapi Andhy tidak pernah sekali pun menanyakan kemana Shakila akan pergi. Selama mereka bersama, setidaknya beberapa kali Shakila pergi menemui sahabatnya dan pergi ke tempat lain untuk menyegarkan pikirannya yang selama ini berkecamuk. Andhy selalu mengantar dan menjemputnya. Laki-laki itu tetap bersikukuh meskipun Shakila menolak.
"Aku turun disini," Andhy menghentikan mobilnya dan memandang gedung-gedung tinggi di luar. Ia menganggukkan kepala dan turun dari mobil untuk membuka pintu untuk Shakila. "Nanti aku pulang sendiri," tambahnya. Shakila berharap Andhy mendengarkan dan tidak perlu repot-repot menjemputnya.
"Tapi, Sha..."
"Tidak apa-apa. Aku bisa pulang sendiri." Shakila memotong ucapan Andhy. Laki-laki itu pun mengangguk dan pamit pulang. Shakila tersenyum tipis dan memandang kepergian Andhy. Setelah itu, ia masuk ke sebuah kafe, tempat janjiannya dengan Vedro.
"Hai," Vedro melambaikan tangan sambil tersenyum lebar. Ternyata Vedro sudah menunggunya di dalam. Shakila pun membalas senyumnya dan menghampiri Vedro ke dalam. Meski merasa canggung, Shakila berusaha sesantai mungkin dan tertawa lepas dengan cerita-cerita lucu Vedro.
Setelah selesai makan, Vedro membawa Shakila berjalan-jalan mengelilingi taman hiburan yang tidak jauh dari kafe tempat mereka makan. Shakila tampak senang sekali melihat beberapa balita berlari dan bermain disana. Dia dan Andhy sering sekali menyaksikan anak-anak di sore hari. Ia mengelus perut buncitnya dan membayangkan anaknya kelak ada di antara anak-anak tersebut sedang bermain dengan riang gembira. Tanpa sadar, ia tersenyum bahagia. Vedro ikut tersenyum seolah mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Shakila.
Shakila meminta Vedro membeli es cream dan gulali. Vedro terbahak melihat Shakila merengek seperti balita. Ia pun bergegas membeli dan mereka makan bersama. Shakila sungguh bahagia dan berharap hari ini tidak pernah berakhir.
Puas dengan taman hiburan yang dibanjiri anak-anak dan orang dewasa, Vedro membawa Shakila berjalan santai di taman sepi. Tangan mereka bertautan dan senyum tidak pernah lepas dari wajah. Shakila sangat menyesal menghindari ciuman Vedro, terutama mengingat dirinya bersama dengan Andhy saat ini. Melakukannya tanpa ikatan, bercumbu kapan pun mereka mau. Namun tidak bisa disesali lagi. Ia sangat berharap, suatu hari nanti dia dan Vedro berdampingan secara nyata seperti sekarang ini hingga tua nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...