Tampaknya musim hujan akan di mulai dari minggu ini. Sepanjang hari kota Pahlawan selalu diguyur hujan tanpa kenal waktu. Telah banyak keluhan yang terdengar dari masyarakat, di antaranya, semua pekerjaan jadi terbengkalai.
Penjual kaki lima yang biasanya selalu ramai sekarang mulai berkurang. Orang-orang berlarian dan mencari tempat berteduh menunggu hujan reda dan kembali melanjutkan kegiatan masing-masing.
Penyakit seperti flu dan demam mulai menjangkit satu-persatu dari anak-anak hingga orang dewasa. Sehingga akhir-akhir ini, rumah sakit dan klinik semakin ramai saja.
Begitu juga dengan Shakila, ia berlari ke halte bus dengan tas selempangnya di gunakan sebagai payung. Ia merutuki kelalaiannya yang selalu melupakan payung lipat yang sudah di siapkan di meja makan. Akhir-akhir ini, ia sering lupa.
Shakila menggosok-gosok lengannya yang di balut kemeja putih polos, untuk meningkatkan kehangatan dalam tubuhnya. Sepertinya ia juga mulai terserang flu. Beberapa kali ia bersin-bersin dari kemarin sore.
Ia bukan pribadi yang terlalu memperhatikan kesehatan. Seperti sekarang ini, jika hanya deman biasa, ia tidak perlu ke dokter. Biasanya ia hanya minum obat warung dan esok harinya kembali segar. Sepertinya kemarin malam, ia juga lupa membeli obat warung.
Setelah bus menuju rumahnya tiba, kembali kerumuan orang di halte berebutan masuk. Shakila ada di antara mereka, ia tetap melindungi kepalanya dari guyuran hujan dengan tas selempangnya. Untunglah Shakila mendapatkan kursi, sehingga ia tidak repot-repot berdiri dan berdesakan dengan penumpang lain.
Meski sudah di dalam bus, Shakila tetap merasa kedinginan. Air hujan merembas dari kaca bus sehingga sebagian lenganya lembab. Ia melirik jam tangannya lalu kembali menyedekapkan kedua tangan agar tidak teralu dingin.
Sesampainya di rumah, Shakila langsung mandi air hangat dan minum obat warung. Ia berharap semoga besok pagi kembali bugar. Setelah memastikan pintu dan jendela terkunci rapat, Shakila mematikan lampu ruang tamu dan masuk kedalam kamar. Ia tidak sabar lagi bergumul di ranjangnya yang -meskipun kecil- nyaman.
***
Shakila dan kedua sahabat lamanya berkumpul di sebuah kafe, mereka bercerita pengalaman kerja, keluarga dan lain sebagainya. Laela menceritakan pacarnya yang mengajak menikah. Adresia dan Shakila menjawab seantusias mungkin, sudah saatnya mereka menikah jika ada yang melamar. Umur mereka bukan lagi belasan tahun yang menginginkan kebebasan. Laela menjawab, akan memikirkan permintaan pacarnya.
Adresia juga bercerita tentang keluarganya, ibu dan ayahnya sepertinya sering bertengkar akhir-akhir ini sehingga membuat dirinya malas di rumah. Mungkin minggu depan ia akan mengikuti jejak Shakila, mencari rumah kontrakan.
Shakila hanya tersenyum dan memberi mereka semangat. Ia hanya menceritakan mengenai pekerjaan dan teman barunya. Tidak ada hal lain. Ia belum sanggup menceritakan aibnya meskipun itu kepada sahabatnya. Ia terlalu malu. Hidupnya begitu miris.
Beberapa waktu yang lalu, ingin sekali ia menemui mereka berdua dan mencurahkan isi hatinya. Namun ia kembali ragu dan malu. Membayangkan saja ia tidak bisa. Mungkin suatu saat nanti ia akan menceritakan kepada mereka.Tetapi ia tidak tahu kapan pastinya. Mungkin esok, minggu depan, tahun depan, atau sama sekali tidak pernah.
"Kamu gemukan ya sekarang," Adresia menyentuh lengan Shakila. "Lenganmu semakin padat" tambahnya. Laela ikut memperhatikan badan Adresia yang menurutnya juga begitu. Bukan hanya lengan, pipinya terlihat tembem. Terlihat menggemaskan dan enak di cubit, seperti pipi bayi.
Shakila menggelengkan kepala, ia menyangkal perkataan sahabatnya. "Tidak mungkin, aku sering diet khusus, dan seminggu ini nafsu makanku menurun drastic." Shakila masih ingat pola makannya seminggu ini. Ia sering melewatkan sarapan pagi dan makan siang. Namun pada malam harinya, ia beberapa kali mencari makanan di kulkas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...