"Egh..., Sha..., jangan pergi. Sha..."
"Egh..."
Lelaki itu menggeliat tidak tenang. Menggeleng dengan dahi berlipat sehingga menimbulkan kerutan. Keringat membanjiri pelipis dan lehernya.
"Hei, ayo bangun."
"Jangan!"
"Tidak apa-apa. Semua baik-baik saja." Samar-sama lelaki itu mendengar suara merdu dan menghayutkan. Membuatnya mulai tenang. Seolah menunjukkan jalan keluar dari hutan belantara yang gelap gulita. Aura mencekap layaknya hunian iblis.
Pelan tetapi pasti. Lelaki itu menemukan setitik cahaya jauh di depannya. Terus mengikuti suara tersebut, tanpa melirik ke kiri maupun ke kanan. Berjalan sejauh ini, tetapi sama sekali tidak menemukan ujungnya. Sama sekali tidak menemukan sumber cahaya. Hanya setitik saja. Nun jauh di depannya.
Tetapi suara itu, mengajaknya terus berjalan tanpa lelah. Hingga akhirnya seluruh tubuhnya ditelan cahaya silau. Dia berteriak, tetapi tak seorang pun di sana. Dia hanya sendirian. Tersesat tanpa arah kembali.
"Hagh..."
"Hei... ada apa? Kamu bermimpi buruk?"
Lelaki itu tersadar. Menoleh pada wanita cantik yang mengenakan kemeja putih kedodoran di sampingnya. Terlihat begitu khawatir padanya. Lelaki itu memejamkan mata, menimpa punggung tangan wanita itu di wajahnya.
"Tidak apa-apa." Jawabnya.
"Kamu berteriak."
Lelaki itu tersenyum, menarik tangan wanita tersebut sehingga menimpanya. Membawa berbaring di sampingnya sembari memeluk erat. "Bagaimana dengan bayi kita?"
"Dia baru saja kembali tidur."
Lelaki itu tersenyum, memejamkan mata setelah mengecup wanita tersebut. Kembali tidur dan merasakan kedamaian. Jauh dari kegelapan seperti mimpinya tadi.
Jarum jam berdetak seirama yang terletak di atas nakas, menunjukkan pukul tiga pagi. Kembali senyap, hanya dengkuran halus yang terdengar dari keduanya.
Baru saja memejamkan mata, namun sinar matahari menerobos masuk dari jendela yang telah tersingkap gordennya. Lelaki itu menyipit, menyeimbangi cahaya memasuki retinanya. Meleguh dan menggerak-gerakkan tubuhnya, lelaki itu turun dari ranjang menuju kamar mandi. Menyegarkan seluruh badannya dengan air dingin.
Dari ruang dapur, samar-samar mendengar mendengar celotehan bayi dan seorang wanita menyahut sesekali. Senyumnya tersungging. Semakin melebarkan langkah menuju dapur.
"Selamat pagi..."
Wanita itu menoleh. Menemukan lelaki tersebut menggendong dan mengecup bayi. Senyumnya melebar. Lelaki itu mendekat dan mengecupnya.
"Sebentar lagi, oke?" Wanita itu mendorong pelan tubuh lelaki tersebut.
Lelaki itu tersenyum, mengangguk lalu membawa bayinya ke ruang tengah. Sehingga wanita itu melanjutkan kesibukannya di depan kompor.
Dua puluh menit kemudian, wanita itu memasuki ruang tengah sembari tangannya membawa mangkok. Menemukan seorang lelaki dan bayi sedang bermain. Dia duduk di samping mereka. Mendapatkan kecupan sehingga wajahnya merona.
"Aku sudah menyiapkan makanan." Ucapnya.
Lelaki itu tersenyum hangat. "Terima kasih, Sha." Ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...