Shakila mendengar nada frustasi dan kecewa yang teramat dalam. Ia tahu jika Vedro sangat menginginkan ciuman darinya. Namun hatinya kembali berlonjak untuk di lepaskan, tidak setuju sebelum saatnya tiba.
Hanya itu yang diminta, tidak lebih dari sentuhan kecil yang sialan nikmat itu.
"Maaf," Shakila menjawab lirih. Ia juga merasa kecewa pada dirinya sendiri. Tidak bisa kah ia melakukan sedikit saja kesalahan? Haruskah ia se suci mungkin untuk di persembahkan pada suaminya kelak? Lalu bagaiman dengan suaminya kelak? Apakah ia juga memikirkan dirinya?
Sisi gelap Shakila berontak. Gadis itu terbata, namun tidak satu suara pun yang keluar. Kedua sisinya begitu tangguh sehingga ia tidak bisa menentukan pilihan. Mereka menyuarakan dengan lantang di gendang telinga Shakila. Kembali gadis itu di buat dilema.
Shakila memekik saat Vedro mengencangkan tangan di pinggangnya. Shakila berusaha menolak secara halus, mendorong dada kedua tangannya. Namun, Vedro menulikan telinga dari jeritan tertahan Shakila. Ia tidak peduli lagi dengan prinsip yang di anut oleh Shakila, ia harus mendapatkannya bagaimana pun caranya. Ia akan memaksa jika gadis itu tetap keras kepala.
"Verdro, maaf. Lepaskan aku," Shakila merintih dan menjauhkan wajahnya agar Vedro tidak dapat menjangkaunya. Ia di buat ketakutan oleh cengkeraman dan pemaksaan itu.
"Tidak! Aku tidak akan melepaskanmu lagi" kukuh Vedro yakin.
Tidak ada cara lain, Shakila melayangkan lututnya ke atas, sehingga Vedro memekik kesakitan. Ia melepaskan cengkeraman pada Shakila dan beralih pada alat vitalnya. Sungguh. Vedro sangatingin membalas gadisitu bagaimana pun caranya.
"Maaf, Vedro, aku tidak bisa. Aku tetap pada pendirianku. Sebaiknya kita akhiri saja hubungan ini sampai di sini."
Vedro menggeram marah, ia mengetatkan gigitannya menahan denyutan yang sepertiya tidak mau berujung dibawah sana. Ia tidak peduli lagi pada Shakila yang semakin menjauh darinya.
Selalu saja gagal! Vedro mengerang semakin frustasi. Ia tidak habis pikir dengan Shakila mengenai prinsip yang di anutnya. Sungguh kampungan dan kaku. Baru kali ini ia menjalin hubungan tanpa ada sentuhan, ciuman minimalnya. Gadis itu sungguh tidak bisa di raih. Ada-ada saja alasan untuk mengelak, mungkin ia sudah menyiapkan di jauh-jauh hari.
Biasanya para wanita yang melempar diri padanya untuk di sentuh dan di nikmati. Mereka mengagungi segala asset yang ada padanya. Wajah tampan, badan tinggi dan kokoh, serta kemewahan yang di milikinya. Hanya wanita bodoh –menurutnya- yang tidak mau padanya, pada sentuhannya, dan pada hartanya.
Mungkin setelah ini, Vedro harus melampiaskan kembali pada wanita yang berbeda seperti sebelumnya. Shakila memang tidak begitu mengenal Vedro secara luar dalam, yang ia tahu, Vedro sosok laki-laki idaman perempuan polos. Tutur bahasanya lembut, senyum selalu menghiasi wajah tampannya, serta pengertian.
Namun pada aslinya, ia sama saja seperti bajingan seperti yang lain. Seringaian mengintimidasi, mata jelajatan, sering menganti wanita untuk menghangatkan ranjangnya, dan kemudian mencampakkan setelah ia mendapatkannya.
Dari beberapa wanita yang di incarnya hanya Shakila yang paling lama lama bertahan. Hanya gadis itu yang tidak tergoda untuk segera menyentuhnya. Vedro semakin penasaran di buatnya, ia pun mengikuti kemauan –yang dianggap permainan oleh Vedro- Shakila, hingga malam ini. Titik kesabarannya sudah membuncah dan tidak bisa di kendalikan lagi. Bagaimana pun caranya ia harus mendapatkannya.
Sial. Sialan. Gadis itu lepas dari perangkapnya. Dan menyebabkan bagian sensitivenya berdenyut tidak karuan, sehingga ia merasa kiamat di depan mata.
Sialan. Vedro harus membalasnya.
***
Seminggu setelah kejadian itu, Shakila mulai ceria seperti sedia kala. Ia tidak lagi memikirkan Vedro secara berlebihan. Meski sesekali ada penyesalan karena menyakiti fisik mantannya. Sebenarnya ia tidak bisa jika putus secara tidak baik-baik. Mereka memulainya dengan baik, seharusnya berujung dengan baik pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...