Menghela nafas panjang sembari mendorong pintu apartemen, Andhy tersenyum tipis. Apa yang sedang dilakukan oleh gadis itu? Dia tidak sabar lagi menunggu. Waktu beberapa jam ini terasa sangat lama sekali baginya. Andhy ingin mengumpat serapah, mengamuk pada mereka yang memiliki urusan dengannya sehingga pulang terlambat. Hampir sore.
Andhy berniat, setelah ini mereka akan langsung pergi berjalan-jalan sore di tempat yang dia lewati beberapa saat yang lalu. Banyak anak kecil disana, suasana rindang dan angin kencang. Sungguh segar sekali berjalan santai.
Tidak ada rasa lelah yang dirasakannya. Andhy hanya ingin segera pulang, bertemu dengan Shakila. Memastikan jika gadis itu baik-baik saja. Menenteng sebuah kotak makanan yang dibelinya di sebuah restaurant. Andhy bahkan menekan rasa laparnya agar mereka makan bersama di rumah.
Meletakkan di atas meja, Andhy memanggil nama gadis itu dengan lembut. Dia mengerutkan dahi, biasanya Shakila menonton televisi di sofa, menyelonjorkan kakinya dan menyandar di sandaran sofa.
Membuka pintu kamar, berharap Shakila tidur disana. Andhy mendorong pintu dengan pelan agar tidak membangunkannya. Tetapi lagi-lagi gadis itu tidak ada. Bahkan dalam kamar mandi pun kosong. Lantai marmernya kering yang artinya sudah beberapa jam ini tidak digunakan.
Andhy mulai gusar. Keluar dari kamar menuju dapur, kamar mandi luar dan kembali ke kamar. Mencari di balkon, tempat Shakila merenung sendirian. Tetapi hasilnya nihil. Shakila tetap tidak ada.
Mulai khawatir, Andhy meninggikan suaranya. Memanggil-manggil dengan nada panik. Dia begitu takut sekali jika Shakila meninggalkannya. Duduk di sofa dengan jantung berdetak lebih cepat, Andhy mengusap wajahnya kasar. Mengepalkan kedua tangan lalu kembali berdiri.
Memeriksa lemari untuk memastikan jika gadis itu tidak pergi. Andhy mendesah panjang. Semuanya masih lengkap. Dia pun keluar dari kamar lagi, menuju pintu keluar. Menekan pintu lift tanpa sabaran.
Berlari ke samping apartemen, di pinggir kolam yang mereka datangi jika ingin berjemur di pagi hari ketika matahari mulai meninggi. Ketakutan Andhy semakin menjadi-jadi, tetap saja Shakila tidak ditemukan.
Tidak menyerah. Andhy berlari ke belakang apartemen. Sebuah taman rindang yang pernah mereka datangi. Menjadikan tempat berjalan di sore hari beberapa hari yang lalu. Barangkali Shakila ada disana. Mungkin dia sedang bosan di apartemen dalam kesendirian. Tidak apa jika dia ingin pergi ke tempat dekat karena bosan. Asalkan tidak pergi meninggalkannya.
Mencari-cari di sekitar taman yang luas. Andhy tidak menemukannya. Seluruh tubuhnya mulai tidak sanggup menopang tubuhnya. Sudah beberapa putaran yang dia lakukan dengan lari-lari kecil. Mendatangi setiap orang yang disana. Sesekali menanyakan ciri-ciri gadis tersebut.
Ingin menelpon, tetapi Shakila tidak memiliki handphone. Tidak pernah memegang benda kecil tersebut selama kembali ke apartemen Andhy. Sehingga laki-laki itu semakin kalut.
Meninggalkan taman tersebut, Andhy memasuki ke basement. Menyetir dengan kecepatan tinggi. Berharap jika Shakila berada disalah satu tempat yang hendak didatanginya.
Memarkirkan asal mobilnya, Andhy keluar dengan buru-buru, mencari ke tempat yang pernah mereka datangi atau lewati. Peluh membanjiri tubuhnya tetapi sama sekali tidak merasa terganggu. Andhy terus mencari dengan berlari-lari kecil.
Tidak menemukannya, Andhy kembali ke parkiran. Menyetir sedikit lebih cepat lagi. Mendatangi tempat selanjutnya. Seperti sebelumnya, mencari ke semua sudut tempat tersebut. Memanggil namanya dalam hati dan sesekali berguman, menanyakan keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...