Seminggu telah berlalu sejak Vedro mengakui dirinya yang hendak menikah. Hari ini adalah hari bahagia itu. Shakila telah berjanji akan menghadiri pesta pernikahannya. Maka ia telah bersiap-siap dengan baju longgar yang pas untuk menyamarkan perut buncitnya, meskipun ia merasa tidak sanggup melihat pasangan bahagia itu bersanding dan tertawa bersama sambil menyalami para tamu undangan.
Hati Shakila pasti akan terasa semakin terkoyak. Namun ia bukan seorang gadis pengecut yang hanya berani menangis diam-diam tanpa menyelesaikannya.
Shakila sudah menolak, namun Andhy bersikeras ingin menemaninya ke sana. Maka mau tak mau, Shakila pun mengangguk dan mengijinkan Andhy menemaninya. Shakila mengambil sisi positifnya saja, bahwa Andhy akan menjaga dan membuatnya nyaman selama mengandung. Tiga minggu ke depan, Shakila masih tanggung jawab Andhy. Shakila menghela nafas panjang, mengingat kesepakatan mereka yang akan berakhir sebentar lagi. Diam-diam ia tersenyum bahagia, tidak sabar menunggu hari itu akan datang.
"Ayo," Shakila menggandeng lengan Andhy dari basement menuju ballroom hotel yang dijadikan sebagai tempat resepsi pernikahan Vedro dan Ayu. Gadis yang sudah sah menjadi istri Vedro.
Andhy menarik salah satu kursi dan membantu Shakila duduk di sana. Dengan perut sebesar itu, Shakila merasa sulit untuk duduk maupun berdiri. Ia sudah terbiasa dibantu oleh Andhy untuk aktivitas tersebut. Maka Shakila pun tidak merasa canggung lagi.
Shakila melihat pengantin baru sedang bersanding di depannya. Ia tersenyum kecut dan menghalau air matanya yang sepertinya tidak tahan lagi untuk keluar. "Sha, mau makan?" Andhy membuyarkan lamunan Shakila dan menggenggam tangannya. Shakila hanya mengangguk dan secepat mungkin Andhy mengambil makanan untuk Shakila.
"Makan dulu, tadi kamu belum makan apapun." Andhy membantu Shakila memegang sendok dan garpu. Sepertinya gadis itu enggan untuk menyentuh makanan yang dibawa oleh Andhy. "Mau kusuapin?" Shakila menggelengkan kepala. Andhy mengangguk dan membiarkan Shakila hanya mengaduk-aduk makanannya. "Sebaiknya, kita pulang saja"
Shakila mendongak dan menggelengkan kepala. "Aku mau mengucapkan selamat dulu pada mereka," jawab Shakila mendesah pelan. Andhy mendongak dan menyuruh Shakila makan sedikit saja.
Setelah makan beberapa suap, Shakila menghampiri Vedro dan Ayu yang sedang bernaung dengan beberapa tamu. Shakila memaksa senyum di wajahnya dan berjalan menghampiri mereka.
Vedro membulatkan mata melihat Shakila berjalan menghampiri mereka, sementara Andhy duduk di kursi tamu yang tidak jauh dari Shakila, ia pun mendekat dan semakin melebarkan senyum. "Selamat ya, Vedro" Shakila menyalami Vedro dan dibalas anggukan serta senyuman "Selamat menempuh hidup baru" Shakila beralih menyalami Ayu. Wanita itu mengucapkan terima kasih dan mengamini doanya.
"Kamu masih punya muka datang ke sini setelah apa yang kamu lakukan pada anak saya?" Mereka berbalik pada asal suara. Di belakang mereka ibu Vedro tersenyum sinis melihat Shakila berdiri di dekat anak dan menantunya.
Jantung Shakila berpacu lebih cepat, "I-ibu?" Ucapnya gugup.
"Saya heran dengan gadis sepertimu. Kamu terlihat baik dari luar, namun sangat licik di dalam." Tambahnya berapi-api. Vedro berusaha menenangkan ibunya yang semakin emosi. "Dimana harga dirimu sebagai perempuan? Setelah membatalkan pernikahan dengan anak saya dan pergi dengan laki-laki lain, sekarang kamu datang lagi dan membawa hasil hubungan gelap kalian? Kamu memang gadis munafik." Semprotnya pedas.
"Cukup!" Andhy datang dan menahan tubuh Shakila lalu menyembunyikan di balik badannya. "Anda tidak berhak menghina Shakila. Anda menghinanya sama saja dengan menghina saya. Sebaiknya Anda diam saja jika tidak tahu apa-apa." Tambahnya membela Shakila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...