"Maaf, aku tidak bisa" Vedro tercegang mendengar penolakan Shakila. Ia merasa begitu terpukul, rasa sakitnya selama mereka berpisah tidak apa-apa di bandingkan dengan penolakan ini. Vedro baru merasakan bagaimana sakitnya di tolak. Vedro baru merasakan sakitnya tidak di inginkan.
"Kenapa?" Vedro berusahan menetralkan suaranya.
Kedua iris Shakila berembun, "Aku bukan lagi Shakila yang dulu," ucapnya mencicit.
Vedro menggelengkan kepala, "Aku tidak peduli, Sha. Aku sangat mencintaimu, aku tidak peduli dengan kekuranganmu" kukuh Vedro menyakinkan Shakila.
"Aku tidak suci lagi, Vedro. Aku tidak bisa menjaga diriku tetap utuh" ringis Shakila.
"Aku tetap tidak peduli, Sha. Bukan kesucian yang kuinginkan, tapi kamu, hati kamu, dan semua yang ada pada diri kamu"
Shakila menggelengkan kepala, "Aku mengandung anak orang, Vedro" ucap Shakila cepat. Ia sudah yakin, Vedro akan membencinya mulai saat ini. Ia pasrah saja jika Vedro mengumpat atau memakinya.
"Aku tidak peduli, Sha. Bagiku kamu tetap gadis polos dan suci. Meskipun kamu telah memiliki anak dari banyak laki-laki, perasaanku padamu tidak akan berubah sedikitpun. Aku akan menganggap anakmu sebagai anakku juga." Vedro tidak mau kalah. Shakila tidak punya alasan lagi untuk menolak. "Jika pun kamu tidak mencintaiku lagi, aku akan berusaha menumbuhkan rasa itu lagi. Aku hanya ingin kamu yang mendampingiku hingga tua nanti"
Shakila tidak bisa menahan tangisnya, ia pun menangis tersedu-sedu. Pancaran mata Vedro terlihat begitu tulus, sehingga mampu mencairkan pertahanan Shakila.
Shakila akhirnya setuju untuk menikah dengan Vedro. Meskipun sebenarnya ia takut jika keluarga Vedro tidak menerimanya dengan keadaannya yang sekarang. Ia menggenggam erat tangan Vedro ketika mereka memasuki rumah besar itu.
"Tidak apa-apa," Vedro terus meyakinkan Shakila.
Pertemuan itu berjalan lancar. Mereka memang belum mengetahui keadaan Shakila yang sudah hamil. Mungkin karena itu, Shakila tidak mau membayangkan keterkejutan mereka dengan kenyataan yang sesungguhnya. Rencana pernikahan sudah mulai dibahas, Shakila menyerahkan semuanya pada Vedro. Ia hanya tersenyum dan sesekali mengangguk.
Shakila merasa tidak enak hati. Vedro terlalu baik untuknya. Meskipun selama ini Vedro hanya bermain-main padanya, tetapi ia tidak pernah kecewa selain di malam putusnya hubungan mereka. Vedro yang selama ini di kenalnya begitu baik dan sopan. Kedua sahabatnya sering mengatakan jika mereka pasangan yang serasi.
Shakila mengutarakan niatnya untuk menikah dengan Vedro pada kedua sahabatnya. Mereka tidak marah, mereka mendukung dan menyemangati Shakila. Mungkin inilah akhir dari segala penderitaan yang di alaminya beberapa bulan ini. Setiap cerita memiliki ending, cepat atau lambat itu akan terjadi.
Dua hari kemudian, Shakila membawa Vedro ke rumah orang tuanya. Orangtua itu terlihat semakin keriput dan menunduk. Shakila menangis dan memeluk pahlawannya dengan erat. Selama ini, Shakila hanya bisa merepotkan mereka. Shakila merasa tidak mampu membalas jasa-jasa mereka dari ia janin hingga sekarang.
Kedua orang tua Shakila menyerngit melihat Vedro. Shakila pun menjelaskan maksud kedatangan mereka. Tampak segurat senyum bahagia di wajah dan pancaran mata mereka. ibu Shakila bahkan meneteskan air mata.
"Pernikahan itu tidak akan terjadi," Kedua orang tua renta itu, Shakila dan Vedro memutar pandangan pada pintu. Andhy datang secara tiba-tiba dan mengacaukan semuanya.
"Saya tidak setuju, Shakila menikah dengannya," Andhy menunjuk wajah Vedro. Wajahnya terlihat marah dan menyeramkan.
Kedua orangtua Shakila terkejut bukan main. Mereka tidak mampu berucap kata. Mereka menatap ketiga anak muda itu secara bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...