Seiring dengan berjalannya waktu sehingga tanpa terasa mereka telah melewati beberapa minggu. Banyak waktu yang mereka lewati bersama, membangun kenangan-kenangan indah yang tidak mungkin terlupakan. Hubungan mereka yang semakin dekat meskipun rasa canggung terkadang sangat mengganggu.
Saling membuka diri dan membiarkan mengalir begitu saja sehingga terkadang keduanya merasa sudah sangat dekat sejak dahulu. Banyak membicarakan sesuatu dan sering terdengar gelak tawa di antara mereka.
Rutinitas biasa yang mereka lakukan tetap berjalan hingga saat ini. Mengelilingi suatu tempat untuk mencucurkan keringat dan menggerak-gerakkan seluruh otot. Menjaga agar daya tahan tubuh semakin kuat. Andhy selalu menemaninya, membantu apa saja yang tidak bisa dilakukan oleh Shakila.
Sebab semakin hari, gadis itu semakin aktif. Terkadang tidak memerlukan bantuan Andhy lagi. Padahal lelaki itu ingin sekali dimintai bantuan. Dia sudah terbiasa melakukannya untuk Shakila.
Mengedepankan seluruh kebutuhan Shakila, barulah dia memikirkan dirinya sendiri. Mengedepankan makanan yang disukai Shakila, memasak meskipun dia tidak menyukainya. Andhy mengikuti selera Shakila.
Mengguyur tubuhnya di bawah pancuran shower. Andhy membiarkan berdiri sambil memejamkan mata. Merasakan sensasi air dingin membasuh seluruh tubuhnya hingga menyentuh hati. Menetralkan rasa yang dimilikinya hingga dirinya benar-benar rileks setelah keluar dari sana.
Membuka mata secara perlahan, Andhy mengerjap beberapa kali. Merasa dirinya berada di bawah alam sadar. Tidak mungkin. Batinnya yakin. Namun sebanyak apapun dia mengerjap tetap saja seperti itu.
"Sha?"
"Yah?" Andhy syok, melebarkan mata dan tidak bisa menyeruakan apa yang Dipikirkannya. Benar. Dia tidak salah lihat. Di depannya Shakila sedang berdiri tidak jauh darinya. Hanya berkisar tiga atau empat langkah saja. Gadis itu berani sekali memasuki kamar mandi padahal dia tahu kalau Andhy berada di dalam.
"A-apa... apa yang kamu lakukan?" Andhy bahkan tidak mematikan shower. Membiarkan air membasahi tubuhnya.
Shakila menjawab sekali tarikan nafas. "Aku ingin mandi." Jawabnya pelan.
Andhy menggeleng tidak percaya. "Kamu sudah mandi." Shakila tidak mau kalah. Dia mengatakan jika dirinya kepanasan lagi. Andhy mengangguk, bersiap meninggalkannya di kamar mandi. Membiarkan Shakila menggunakannya meskipun dirinya belum selesai mandi.
Shakila menahan lengannya. Meminta Andhy tetap disana. Laki-laki itu mengernyit kebingungan, tetapi dia tetap disana. Terdiam. Membiarkan tubuh Shakila menempel padanya. Gadis itu memeluknya erat. Seakan tidak sadar jika mereka tidak mengenakan apa-apa.
"Sha?" Suara Andhy mulai berat. Berusaha mengembalikan kesadarannya. Meski jauh dalam lubuk hatinya berkata lain. Shakila berdehem, sengaja meraba dadanya. "Sha, hentikan! Aku akan keluar." Lanjutnya.
Shakila menggeleng, lalu mengalungkan tangannya meski ada jarak di antara mereka. Menarik tengkuknya lalu menempelkan bibir mereka. Menciptakan permain sendiri tanpa adanya perlawanan dari Andhy. Laki-laki itu tidak mengerti apa yang diinginkan oleh Shakila. Shakila tidak cocok menjadi gadis agresif seperti itu.
"Sha, kamu akan menyesal." Andhy kembali bersuara setelah Shakila sedikit menjauh. Memandang Andhy yang sama sekali tidak membalasnya. Rasa penuh tekad terpancar dari kedua irisnya. Shakila menggeleng yakin sehingga Andhy berani melanjutkan.
Berciuman di bawah guyuran air. Mereka berpelukan. Sudah lama sekali Andhy tidak merasakan kehangatan gadis tersebut. Pertama dan terakhir mereka berciuman ketika bermalam di rumah kedua orang tuanya. Shakila yang memulai, Andhy hanya mengikuti saja. Memberikan apa yang diinginkan oleh gadis tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...