Tiga bulan telah berlalu, Shakila sudah kembali ke rumah orang tuanya bersama bayi yang dikandungnya selama sembilan bulan ini. Wanita itu sering kali termenung di setiap tempat. Terkadang ibunya datang untuk membuyarkan lamunan Shakila. Ia membiarkan anaknya menangis karena lamunannya entah sampai kemana tetapi tidak pernah kesampaian.
"Sha, vano menangis, tuh," kata ibu Shakila membuyarkan lamunan putrinya. Vano. Evano Anggarastha Vegard. Nama anak yang diberikan oleh Shakila dan keluarganya. Kedua orang tua Andhy juga ikut andil menamai bayi laki-laki tersebut. Mereka menyumbangkan nama belakang keluarga besar mereka.
"Eh, maaf, bu" Shakila mengangkat bayinya dari ayunan dan memberikan asi. Sepertinya bayi Vano sudah lama menangis dan kehausan. Kelalaian Shakila menyebabkan bayi tersebut kesegukan dan wajahnya semakin memerah. "Maafkan, ibu, nak," sesal Shakila mengecup bayinya.
Ibu Shakila duduk di samping mereka, ia membelai rambut cucu laki-lakinya. "Sudah seharusnya kamu melupakannya, Sha. Ingat anakmu, Vano membutuhkan perhatian dan kasih sayangmu. Jangan biarkan Vano terabaikan karena kamu terlalu sibuk memikirkannya. Jika kalian berjodoh, suatu saat nanti pasti akan bertemu lagi." Tegur ibunya
Shakila meneteskan air mata, "Maafkan, Sha, bu. Sha, tidak tahu akan terjadi seperti ini. Sha cuma ingin membantunya, bukan mencintainya." Jawab Shakila menundukkan kepala.
Ibu Shakila tersenyum dan membawa kepala Shakila bersandar di bahunya. "Mulailah hidup baru. Ibu dan ayah tidak melarangmu mencintainya. Hanya saja, jangan karena sibuk memikirkannya, kamu menjadi mengabaikan Vano. Lihatlah, dia mirip sekali dengan ayahnya" Shakila tersenyum dan membenarkan dalam hati. Vano memang sangat mirip dengan Andhy. Melihat bayi itu, terkadang Shakila bisa melihat Andhy secara langsung. Rasa rindunya pun sedikit terobati.
Shakila kembali mencium bayinya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Meskipun seribu kali memikirkan Andhy dalam sehari, laki-laki itu tidak akan kembali lagi padanya. Dalam kesepakatan mereka sudah jelas tersirat, Andhy akan pergi sejauh mungkin, tidak akan mengganggu kehidupan Shakila dan keluarganya.
Lalu, dimana letak perkataan Andhy akan kembali? Jelas tidak ada. Seharusnya Shakila tidak terbawa suasana. Seharusnya ia bisa merelakan Andhy pergi. Seharusnya ia bersorak bahagia karena mereka tidak memiliki hubungan lagi. Bukan menangisi maupun cintanya semakin bertambah.
"Bu, Sha, ada tamu" Shakila dan ibunya menoleh pada pintu. Disana ayahnya berdiri sambil menyingkap gorden. Kedua wanita itu pun berdiri dan membawa si bayi ke ruang tamu. Shakila dan ibunya tersenyum melihat tamu yang datang. Mereka adalah kedua orang tua Andhy, sudah menjadi rutinitas mereka selalu berkunjung setiap minggu ke rumah Shakila.
Mereka bersalaman dan Sarma menerima Vano dari gendongan Shakila. Wanita paruh baya itu melebarkan senyum sambil mengajak cucunya bercakap-cakap. James tidak mau kalah, ia pun mengambil Vano dari pangkuan istrinya dan menciumnya gemas.
Shakila tersenyum dan pergi ke dapur untuk menyungguhkan minum kepada mereka. Ia meninggalkan ke empat orang tua itu sambil mengobrol. Shakila tidak pernah melarang kedua orang tua Andhy untuk menjenguk Vano. Mereka juga berhak mengunjunginya. Hanya saja, Shakila tidak memperbolehkan mereka memilikinya.
Shakila kembali ke ruang tamu dengan baki dan satu piring makanan kecil. Ia menyungguhkan di meja dan mempersilahkan kedua tamunya untuk mencicipi. Shakila pun mengambil tempat di samping ibunya.
"Sha, apa rencana kamu selanjutnya?" Sarma bertanya sambil mengernyitkan dahi. Shakila menggelengkan kepala dan melihat ayah ibunya secara bergantian.
"Sha, belum punya rencana, bu." Jawab Shakila sedih.
Keempat orang tua itu mendesah panjang. Mereka memaklumi keadaan Shakila yang baru pulih dari persalinan, dan juga mengenai perasaannya terhadap Andhy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomansaKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...