"Tidak..., jangan.... Pergi! Pergi!"
Andhy menegang. Shakila menggenggamnya sangat erat. Peluh dan air mata bercucuran secara bersamaan. Sampai kapanpun, Andhy tidak akan bisa melupakan perbuatannya pada Shakila.
Dia tidak mengira sebelumnya jika akan begini untuk mengembalikan kenormalan gadis tersebut. Peroses terapi yang mereka jalani menggali ingatan Shakila sejak beberapa tahun silam hingga satu tahun terakhir ini. Sejak beberapa saat yang lalu, Andhy menutup mulutnya rapat-rapat. Shakila terbaring disampingnya dengan mata terpejam.
"Hentikan." Andhy berbicara. Menyuruh dokter laki-laki itu menghentikan prosesi terapi tersebut. Tidak sanggup mendengar Shakila berteriak histeris dengan apa yang dilakukannya dulu. "Kubilang hentikan!!" Andhy meninggikan suaranya. Shakila berada di bawah sugesti dokter tersebut. Menceritakan bagaimana dia selama di apartemen Andhy.
"Kita harus menuntaskan ini agar pasien meluapkan semua emosinya." Kukuh dokter tersebut. Kembali bertanya apa saja yang dirasakannya. Menyugesti agar Shakila tenang dan bercerita pelan-pelan. Mengeluarkan segala apa yang dirasakannya.
Awalnya baik-baik saja. Menceritakan jika dia menolong seorang laki-laki di trotoar jalan raya. Tampak kesusahan membawa paperbag yang dipenuhi sayuran dan buah. Membawa sebagian hingga di apartemennya yang berada di seberang jalan.
Tanpa di duga sebelumnya, laki-laki itu menarik dan mendorong tubuhnya hingga terbentur pada dinding apartemen ketika dirinya hendak pulang. Kepanikan langsung menjalar di seluruh tubuhnya. Shakia tidak bisa melawan, meski sudah mengerahkan seluruh kekuatannya.
Awal mula hari terburuk yang pernah di alaminya seumur hidup. Shakila teramat ketakutan. Mulai terpuruk dengan keadaannya yang sangat memprihatinkan. Hingga akhirnya kejadian itu terulang kembali ketika dirinya pingsan.
Shakila mulai berteriak histeris. Meronta dilepaskan meski tangannya menggengam tangan Andhy seerat mungkin. Menggelengkan kepala mencoba menghindar. Mengatakan seluruh kesakitan yang dirasakannya. Menangis pilu dan ingin dibebaskan. Kembali ke rumah orang tuanya.
"Kubilang hentikan!!!" Andhy melepaskan tangan Shakila. Berdiri dan beralih pada dokter tersebut. Mencengkeram kerah seragamnya lalu melayangkan kepalan tangannya pada wajah dokter laki-laki tersebut hingga tersungkur di lantai. Berteriak dan menyumpah serapah dengan wajah memerah hingga ke leher.
Laki-laki itu kembali pada Shakila. Menggenggam tangannya dan memanggil namanya lembut. "Sha..., ayo bangun." Ucapnya. Tetapi Shakila menggelengkan kepala. Semakin ketakutan. Dada Andhy terasa begitu sesak, susah baginya untuk bernafas. Kembali membangunkan tetapi Shakila tetap tidak membuka kedua matanya.
"Sha, ayo kita pulang." Lanjutnya. Menggendong Shakila dari atas bangkar.
"Pak, belum selesai. Anda harus bersabar dan kita akan menyembuhkannya. Traumanya sudah sangat parah." Tanpa mengubris, Andhy keluar dari ruangan tersebut. Meninggalkan laki-laki itu dengan luka robek di bibirnya.
Melesat pergi dengan kecepatan tinggi. Andhy membawanya pulang. Kembali menggendong dan meletakkan di atas tempat tidur. Andhy menundukkan kepala, air matanya meluruh. Sejak tadi, mati-matian dirinya menahannya. tidak sanggup mendengar teriakan pilu dari gadis tersebut.
"Dia menyakitiku. Aku takut sekali" Shakila kembali menceritakan apa yang dirasakannya.
Andhy kembali menitikkan air mata. Memanggil Shakila agar kembali tersadar. Baru saja mereka memulai memperbaiki hubungan, tetapi masalah baru kembali datang lagi. Dalam lubuk hati Shakila, masih tersimpan trauma yang sangat dalam.
"Sha...." Kembali Andhy membagunkannya. "Ayo bangun, Sha. Tidak ada yang menyakitimu lagi. Aku janji." Bisiknya. "Maafkan aku. Maaf. Maaf." Tambahnya berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomansaKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...