Selama mereka berhubungan, Shakila merasakan kekakuan dan ketidak percayaan diri dalam tubuh Andhy. Ingin berhenti jika bukan Shakila yang mengotot untuk melanjutkan. Dia hanya mengikuti kemauan Shakila saja.
***
Menunggu hingga beberapa jam kemudian, Shakila termenung di sofa. Sesekali dia menoleh pada pintu. Berharap Andhy kembali pulang. Tiba-tiba saja gadis itu merindukannya, merasa ada yang hilang ketika mereka berjauhan.
Shakila tahu jika hal tersebut salah. Namun dirinya berada di bawah pengaruh bayi. Sehingga dirinya pun pasrah begitu saja. Membiarkan dirinya merindukan Andhy, ingin memeluknya dan bersandar di bahunya.
Menungginya hingga terlelap dengan tangan laki-laki tersebut mengelus kepalanya. Begitu nyaman sekali. Shakila sangat menyukainya, menjadi kebiasaannya sebelum tidur. Dia merasa ada yang kurang jika Andhy tidak melakukannya.
Shakila tidak pernah ditinggalkan hingga selama ini. Andhy pasti akan kembali dalam beberapa waktu jika dirinya terpaksa keluar karena adanya urusan. Tetapi tidak pernah selarut ini. Shakila menoleh, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sudah sangat lama dirinya menunggu di ruangan tersebut.
Kedua matanya mulai berkaca-kaca. Siap meluncurkan butiran air mata. Apakah laki-laki itu akan kembali seperti semula? Mengasarinya? Menyekapnya di apartemen tersebut? Lalu kembali dalam keadaan mabuk, aroma yang sangat menyengat berasal dari seluruh tubuhnya.
Shakila menggeleng, mulai ketakutan. Namun juga merindukannya. Dia pun menoleh pada pintu. Menemukan Andhy keluar dari balik pintu. Pandangan mereka bertemu, laki-laki itu tampak sangat terkejut karena Shakila masih menungguinya. Tidak pernah tidur selarut ini.
Air mata yang telah tergenang di pelupuk mata pun meluncur begitu saja. Andhy mendekat tanpa memutuskan pandangan mereka. Shakila meremas kedua tangannya. Was-was jika laki-laki tersebut mengasarinya.
"Sha?" Shakila menahan nafas. Dilihat dari dekat begini, Shakila menyadari jika Andhy tidak mabuk. Tidak ada aroma alkohol yang tercium darinya. "Kamu..., belum tidur?" Tanyanya.
Shakila menggeleng, kembali mengeluarkan air mata. Andhy duduk di sampingnya, meraih wajahnya dan menghapus air matanya dengan jempol kanan. "Kenapa?"
"Kamu pergi." Jawab Shakila serak. Andhy terdiam, memandangnya lama. "Aku menunggumu pulang." Tambahnya, membuat Andhy semakin merapatkan kedua bibirnya.
Menghela nafas panjang, Andhy membuang pandangannya. Tetapi Shakila masih memandangnya. Menatapnya, minta penjelasan mengapa dirinya pergi. Tidak kah dia tahu jika Shakila menunggunya selama itu?
"Maaf," Andhy memandangnya sebentar, lalu menunduk. "Ayo, tidur." Meraih tangan Shakila lalu menggenggamnya.
Namun Shakila melepaskannya, menolak ajakan laki-laki tersebut. "Kamu masih marah padaku?" Tanyanya. Membuat Andhy kembali terdiam. "Katakan saja jika kamu marah." Andhy mengangkat kepala, kembali menatapnya. Wajah Shakila semakin memerah.
"Aku hanya tidak suka dengan caramu. Kamu membuatku semakin tidak termaafkan. Aku tidak menuntut balasan darimu, tetapi kamu membayarnya dengan menyerahkan dirimu padahal kamu sendiri tidak ingin. Aku kecewa dengan diriku sendiri." Shakila terdiam. Sementara Andhy menundukkan kepala, mengusap wajahnya kasar.
"Aku ingin." Andhy mendongak. Menatap Shakila yang memancarkan keseriusan di wajahnya. Andhy menggeleng tidak percaya. Semakin menghina dirinya sendiri. "Aku takut." Kembali menjeda. Shakila menarik nafas, "Kamu yang mengatakan kita untuk saling membantu menyembuhkan." Kali ini Andhy mengernyit tidak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...