Broken Romance - 6

106K 4.6K 38
                                    

"Punyaku tinggal sedikit lagi," Veya berkata sambil mengangkat botolnya. Sebenarnya ia sudah sangat mabuk, namun ia tidak mau kalah dari kedua temannya. Mereka berlomba menghabiskan tiga botol minuman keras.

Ketiganya sudah memasuki botol ke tiga, Shakila tidak kalah dari mereka. Ia mampu menyaingi mereka yang sudah sering minum alcohol. Mungkin dua loki lagi, ia akan menenangkan pertandingan.

Beberapa kali mereka bertiga menjatuhkan kepala di meja bartender dan kemudian bangun lagi untuk melanjutkan loki selanjutnya. Canda tawa dan ringisan terdengar beberapa kali di meja itu. Bartender diskotik hanya mengggelengkan kepala melihat ketiganya, ia sudah sangat sering menemukan berbagai macam orang selama bekerja di sana. Tidak ada yang bisa di lakukan kecuali memberikan pesanan mereka. Atau sering juga ia membangunkan pelanggan yang sudah mabuk berat untuk menyuruhnya pulang karena diskotik akan tutup.

"Aku menang," Shakila mengangkat lokinya tinggi-tinggi dan kemudian menghenpaskannya di meja sekuat mungkin. Ia terlihat sangat bangga dengan kemenangannya. Ia mampu mengalahkan Sora dan Veya.

Kedua gadis itu mencebik dan menjatuhkan kepala di meja. Ia pun terbahak dan ikut menjatuhkan kepala di sana. Rasa kantuk mulai menyergapi ketiganya. Mengantuk, sangat mengatuk, hingga tidak sanggup lagi membuka kedua mata.

"Kalau kalian sudah mengantuk, sebaiknya pulang saja" ejek Shakila. Kali ini dia lah yang mengejek mereka yang kalah. Ia melakukan pembalasan dendam pada keduanya yang suka usil di awal Shakila masuk diskotik. Mereka menertawakan dan menyuruhnya cepat pulang. Bukan ejekan mencemooh, hanya ejekan biasa dalam pertemanan.

Kedua temannya tidak menghiraukan Shakila. Mereka tetap memejamkan mata dan berguman tidak jelas. Shakila kembali tertawa dan turun dari kursi bartender. Ia membutuhkan kamar kecil untuk mengosongkan kantong kemihnya yang penuh.

Sebenarnya ia sudah sangat ingin pulang dan bergumul di tempat tidurnya yang nyaman. Tetapi kedua pacar temannya belum juga datang untuk menjemput mereka. Rasanya Shakila tidak bisa focus lagi untuk menelpon mereka. Pandangannya berkunang-kunang, bahkan melihat waktu saja ia tidak bisa.

Ia berharap, setalah kembali dari kamar mandi, kedua pacar temannya –Michael dan Johan- akan segera datang dan membawa mereka pulang. Semoga saja. Shakila ingin sekali menghentikan rasa pusing yang melandanya. Jika ia sudah di rumah, setengah rasa itu pasti sudah hilang. Ia akan meneguk susu putih kental yang sudah di sediakan di mesin pendinginnya kemarin. Dengan cairan kental itu, rasa pusingnya pasti akan segera pulih.

Beberapa kali ia bertabrakan dengan beberapa pengunjung diskotik karena rasa mual dan pening melandanya, sehingga berjalan pun tidak bisa tegap lagi. Ia minta maaf dan kembali melanjutkan ke kamar kecil.

Lega. Hanya satu kata itu yang di rasakan setelah keluar dari kamar kecil. Ia membuka pintu kamar mandi sekasar mungkin dan kelaur dari sana. Ia kembali berjalan berseok-seok. Tetapi sial. Pandangannya semakin lama semakin buram. Ia menggelengkan kepala dan memijik batang hidungnya untuk menormalkan pandangan. Namun tetap saja tidak berefek. Hingga akhirnya ia tidak tahan lagi dan ambruk.

Biarkan saja. Siapa yang peduli dengannya? Biarka saja jika ada orang yang memungutnya dan membawanya ke tempat tidur. Mencicipi tubuhnya sepanjang malam. Ia sungguh tidak peduli lagi. Toh, sekarang dia sudah hancur. Kesuciannya di renggut laki-laki yang sama sekali tidak di kenalnya hingga saat ini, meski sudah dua kali melakukannya.

***

Matahari di luar bersinar semakin tinggi di langit, sehingga cahayanya merembah ke berbagai celah kecil sekali pun. Shakila meraba gundukan yang di peluknya. Ia yakin jika gundukan itu bukan guling. Ia yakin gundukan itu bernyawa. Tidak ada yang perlu di takuti lagi. Ia bersikap seolah-olah sudah sering melakukannya dengan beberapa laki-laki.

Broken Romance [TBS #1] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang