Setelah kunjungan ke dokter kandungan, Andhy dan Shakila mampir di sebuah restautant Italy. Shakila ingin makan disana dan dengan senang hati Andhy membawanya. Kunjungan demi kunjungan yang mereka lakukan selama tiga bulan ini membuahkan hasil yang memuaskan. Senam kebugaran untuk menguatkan janin di perutnya banyak membantu, sekarang Shakila sering merasakan beberapa gerakan dari dalam perutnya. Dan itu membuatnya terharu hingga menitikkan air mata.
Kini janin dalam kandungan Shakila sudah dihapuskan dari vonis kecacatan maupun prematur. Shakila bisa melahirkan secara normal. Andhy dan Shakila berpelukan haru mendengarnya. Tidak sia-sia usaha mereka selama ini memperbaiki pertumbuhan sang janin.
"Setelah ini, aku mau membeli persediaan makanan." Kata Shakila sambil mengunyah makanannya.
Andhy tersenyum gemas, "Iya, nanti kita belanja setelah ini." Jawabnya memotong daging dan memasukkannya ke dalam mulut. Shakila mengangguk dan kembali melahap makanannya. Andhy pun tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala.
Andhy tidak mengingkari janjinya. Setelah makan, mereka langsung menuju mall untuk belanja persediaan makan. Andhy mengikuti Shakila sambil mendorong trolley dan sesekali tersenyum melihat Shakila memasukkan beberapa beberapa macam belanjaan.
"Eh, aku lupa mengambil susu hamil," Shakila teringat ketika melihat beberapa perlengkapan bayi. Ia pun memaksa tawa di wajahnya, Andhy mengerti.
"Kamu ini, itu yang paling penting itu pula yang lupa," ucapnya. "Tunggu sebentar." Shakila mengangguk dan mendorong trolley mendekati perlengkapan bayi. Ia tersenyum sambil membayangkan bayinya memakai perlengkapan itu. Ia pun mengambil beberapa pasang dan mencampurnya ke dalam beberapa belanjaannya.
"Shakila?" Shakila menoleh dan melebarkan mata. Badannya tiba-tiba begitu kaku dan dingin. Membutuhkan beberapa saat untuk menyadarinya. Shakila bertemu lagi dengan masa lalunya. Vedro. Laki-laki itu berdiri di depannya.
"Ve-Vedro?" Ucapnya mencicit.
Vedro menghambur ke pelukan Shakila, "Bagaimana kabarmu, Sha? Aku sangat merindukanmu." Kata Vedro bergetar.
Shakila menitikkan air mata. Ternyata Vedro masih selamat dari hantaman tangan Andhy beberapa bulan yang lalu. Ia juga sangat bersyukur, laki-laki itu mau menyapanya. Vedro terlihat masih sama seperti terakhir kali bertemu dengannya.
"Baik, kabarku baik. Bagaimana denganmu?" Tanya Shakila melepas pelukan Vedro. Wajah gadis itu berbinar penuh semangat. Begitu senang dengan pertemuan mereka. Shakila berharap, semua dilancarkan dan dia kembali seperti sebelumnya.
Vedro tersenyum dan menjawab hal yang sama seperti Shakila. Tidak lupa juga bagi Vedro menanyakan kabar kehamilan Shakila. Beberapa tanya jawab terjadi di antara mereka berdua. Vedro sangat senang melihat wajah bersinar Shakila. Sangat kentara dengan wajah yang dilihatnya beberapa bulan yang lalu. Sepertinya Shakila merasakan hidup yang lebih baik. Terlihat dari postur tubuhnya yang semakin sehat. Tubuhnya yang berisi dan perut menonjol yang diyakini Vedro baik-baik saja.
"Kamu sudah menikah?" Tanya Verdo. Shakila menggelengkan kepala. Ia memang tidak ingin menikah, meskipun Andhy memintanya. Shakila masih berharap, bisa hidup normal setelah melahirkan nanti. Hanya sebulan lagi, ia akan keluar dari apartemen Andhy dan laki-laki itu tidak akan mengganggunya lagi.
"Bagaimana denganmu?" Tanya Shakila memaksa senyum. Gadis itu sangat berharap jika Vedro masih belum menikah. Diam-diam dirinya masih mencintai Vedro, rasa itu semakin membuncah di saat laki-laki itu mengajaknya menikah tanpa memandang keadaanya. Meski itu terjadi beberapa buan yang lalu, namun hingga sekaraang rasa itu masih tersimpan rapi. Shakila menjaganya sebaik mungkin, meskipun dia dan Andhy terlihat seperti pasangan saling menyayangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...