Broken Romance - 27

66.3K 3.4K 93
                                    

            "Sha," Shakila menoleh. Melihat Andhy menghampirinya dengan senyuman. "Sudah malam, ayo masuk." Ajaknya seraya membalut tubuh Shakila dengan selimut tipis dari belakang hingga depan. Gadis itu hanya tersenyum, lalu menatap kembali pada sekitar apartemen. Sinar matahari tidak terlihat lagi sejak beberapa jam yang lalu, tetapi Shakila masih betah berdiri di sana.

Beberapa hari setelah kembali ke apartemen Andhy, Shakila lebih banyak menghabiskan waktu di sana. Terkadang dia duduk di kursi sambil memandangi awan luas. Lalu Andhy akan mengajaknya masuk, sebab angin malam tidak bagus untuk kesehatannya.

Andhy menyadari jika keadaan Shakila semakin memprihatinkan. Dia sering menghabiskan waktu hanya diam saja jika tidak diingatkan. Dia memiliki ingatan yang semakin buruk. Sering lupa dengan apa yang baru dikerjakannya. Sistem kerja otaknya menurun drastis. Andhy mengetahuinya ketika Shakila tidak masuk padahal waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Ketika Andhy menghampirinya, barulah Shakila sadar dan masuk ke dalam.

Terkadang, apapun yang dikerjakan Shakila sepanjang hari harus diingatkan oleh Andhy. Barulah dia ingat, lalu mengerjakannya perlahan-lahan. Kerja otak Shakila semakin melamban saja. Terutama jika dia sedang sendirian. Tanpa ada yang mengingatkannya.

Meskipun dirinya terlihat dalam situasi normal, namun di saat-saat tertentu akan terlihat kejanggalan. Terutama beberapa hari ini, sejak kembali dari klinik memeriksa kandungan, Shakila banyak melamun dan semakin parah.

Bayang-bayang akan siksaan Andhy dalam ruangan tersebut membuat syarafnya makin bermasalah tanpa disadarinya. Jika orang tuanya tahu begini, mereka tidak akan melepaskan Shakila lagi meskipun itu untuk memperbaiki hubungan mereka. Memperbaiki masa lalu agar tiada dendam masa depan.

"Ayo," Andhy memegang kedua bahunya lalu membawa Shakila masuk. Mendudukkannya di tepi ranjang lalu mengambil beberapa jenis obat dari atas nakas. Menyodorkan gelas berisi air putih lalu mengangsurkan butiran obat.

Shakila menegaknya habis. Andhy tersenyum lalu menerima gelas kosong yang disodorkan oleh Shakila. Meletakkannya kembali pada nakas, lalu menyuruhnya tidur.

"Kalau kamu ingin sesuatu, katakan saja ya. Nanti aku cari," tambahnya. Shakila tersenyum dan mengangguk kecil. Andhy menaikkan selimut hingga dada lalu Shakila memejamkan mata ketika laki-laki tersebut mengelus-elus kepalanya.

Sama seperti balita. Nafasnya mulai teratur dan kedua matanya terpejam beberapa saat kemudian. Andhy menghela nafas panjang. Menundukkan kepala dan tanpa sadar menitikkan air mata. Terlalu menyesal dengan apa yang telah dilakukannya selama ini. Emosi sialan yang dimilikinya tidak bisa dikontrol.

Begitu saja hingga beberapa malam ini. Andhy menyesali semua perbuatannya setelah Shakila tidur. Melihatnya bagai orang bodoh seperti ini rasanya tidak sanggup. Terkadang Andhy sama sekali tidak mendengar suaranya.

Namun terkadang, Shakila kembali seperti semula. Berbicara baik padanya dan semua dikerjakan tanpa diingatkan. Andhy hanya bisa menerima bagaimana keadaan Shakila setiap harinya. Dia tidak bisa ditebak maupun dipaksa.

Shakila membuka kedua matanya secara perlahan. Mengerjab beberapa kali lalu mengerutkan dahi. Dia mengulurkan tangannya ke atas, "Kamu menangis?" Tanyanya pelan seraya memegang pergelangan tangan Andhy.

Laki-laki itu tersadar. Menatap wajah Shakila dengan mata memerah lalu menggeleng. "Tidak." Jawabnya serak. Mengelus rambutnya perlahan dan mengembangkan senyum samar di wajahnya.

"Wajahku kena air," Kata Shakila polos.

Andhy mengalihkan pandangannya, lalu menyeka wajah Shakila dari air matanya. "Maaf," ucapnya. "Mungkin air minummu tadi menetes." Tambahnya.

Shakila mengangguk lalu memejamkan kembali kedua matanya. Membuat Andhy semakin menitikkan air mata. Gadis itu seperti tidak tahu apa-apa lagi. Bahkan dia percaya dengan perkataan Andhy. Bagaimana tidak hancurnya perasaan Andhy atas perbuatannya sendiri.

Setelah Shakila terlelap. Andhy keluar dari kamar tersebut. Menjatuhkan badannya di sofa ruang tamu sembari memejamkan mata. Sejak Shakila kembali, tidak mudah baginya untuk langsung terlelap. Membutuhkan waktu beberapa jam agar kedua matanya lelah dan akhirnya menyerah.

Terkadang bila pagi menjelang, barulah Andhy bisa memejamkan mata. Atau bahkan satu malaman sama sekali tidak bisa terpejam. Sepertinya karma telah menghukumnya begitu berat. Membalaskan semua rasa sakit yang diderita Shakila selama ini atas perbuatannya.

Andhy tidak menyalahkannya. Dia menerimanya. Sadar akan perbuatannya yang sebelumnya. Bagaimana pun hukuman yang didapatkannya, dia akan mencoba menerima dan menetralkan emosi yang selama ini menguasainya.

Melihat Shakila menjadi pelupa akut dan mendengar suara polos seakan tidak tahu apa-apa membuatnya hancur seketika. Membuatnya menyesal, hingga apapun akan dilakukan untuk menebusnya. Mengembalikan keadaan menjadi seperti semula. Bila perlu, Andhy mengabaikan cerita Shakila bersama kedua temannya di kafe. Awal mula terjadinya masalah di antara mereka.

"Bangun...,"

Andhy merasakan tubuhnya terguncang. Sehingga dengan berat hati kedua matanya dipaksa terbuka. Andhy menatapnya sayu, Shakila sedang duduk di sampingnya dengan remote tv di ganggamannya. Dia pun duduk dan memijit kening, rasanya baru beberapa menit saja memejamkan mata.

"Kamu membutuhkan sesuatu?" Shakila mengangguk lalu menatap layar datar yang masih menampilkan film kartun. Saluran yang telah di program oleh Andhy untuk Shakila, gadis itu masih menyukai kartun.

"Aku lapar." Jawabnya pelan.

Andhy tersenyum, "Tunggu sebentar." Jawabnya seraya beranjak dari sofa. Namun Shakila menahan tangannya, menunjukkan layar datar yang sedang mempromosikan minuman jelly untuk anak-anak.

Shakila menginginkannya.

Andhy terdiam, lalu mengangguk dan meninggalkannya di sofa. Mencari minuman berbahan jelly untuk Shakila. Tidak sulit baginya untuk menemukannya, di supermarket depan apartemennya buka selama dua puluh empat jam.

Andhy membawa ke meja kasir beberapa cup dan beberapa jenis makanan ringan untuk cemilan. Mungkin Shakila akan menyukainya nanti. Setelah membayar dan di masukkan ke dalam plastik berlogo khusus supermarket. Andhy kembali ke apartemennya. Keadaan di sana begitu sunyi, sudah lewat tengah malam.

Selama Shakila kembali, baru kali ini dia meminta makanan tengah malam. Mungkin ini yang dimaksud dengan ngidam, batin Andhy. Meski usianya sudah memasuki bulan ke lima, mungkin baru sekarang dia merasakannya.

Andhy meletakkan belanjaannya pada meja. Shakila mengerjap takjub, seperti tidak pernah melihatnya sebelumnya. Andhy pun membuka kemasan dan memberikan pada Shakila. Senyummya mengembang, Shakila menerima dan meminumnya. Rasanya sangat luar biasa, Shakila menegaknya tandas lalu mengunyah banyak jelly dalam mulutnya. Sehingga pipinya menyembul seperti anak balita.

Dia juga memakan beberapa jenis makanan cemilan. Tidak sia-sia Andhy membelikannya. Shakila mengangguk ketika Andhy menunjukkan jenisnya, membuka kemasannya dan memberikan pada Shakila.

Gadis itu memberikan sebagian pada Andhy. Meski awalnya menolak, tetapi Shakila terus menyodorkannya sehingga Andhy ikut makan. Rasanya aneh, terlalu manis karena Andhy tidak pernah makan makanan manis begini. Memang sangat cocok untuk anak-anak, tetapi Andhy tidak akan membiasakan anaknya kelak memakan banyak.

***

TBC


Gak kemaleman kan ngapdet jam segini? :D :D :D


Rabu, 05 Oktober 2016

Broken Romance [TBS #1] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang