Lalu sang dokter memberikan pertanyaan lain yang ringan dan tidak menyulitkan Shakila untuk menjawab. Sepertinya Shakila benar, dia merasa lebih baik dari sebelumnya. Perkembangannya lumayan pesat dari kunjungan terakhir. Shakila sama sekali tidak berbicara. Bahkan menggunakan bahasa tubuh pun tidak. Sehingga mereka kembali dengan sia-sia.
***
Setelah selesai mengunjungi dokter. Andhy dan Shakila tetap bergandengan tangan menuju parkiran mobil. Besok mereka akan mengunjungi dokter kandungan. Mengecek perkembangan sang janin.
Andhy sangat berharap semoga perkembangan janin mereka tumbuh pesat seperti halnya Shakila. Berharap agar mereka tidak menyerah dengan apa yang mereka jalani saat ini. Mereka bertiga sedang proses penyembuhan. Saling membantu dan mendukung agar mereka terbebas.
Andhy menyembuhkan hatinya dari dendam yang selama ini menggerogotinya. Membersihkan dengan perilaku baru yang semestinya. Menghilangkan kebiasaan buruk yang selama ini dilakukannya. Menata hidup kembali dengan perasaan baru yang selama ini tertutupi oleh kebencian.
Shakila menyembuhkan luka dalam hatinya yang hancur berkeping-keping. Mengumpulkan dan merekatkan kembali. Mencoba memulai hidup baru dengan sisa-sisa perasaan yang ada. Mencoba berdamai dengan masa lalunya untuk kebaikan masa depan.
Begitu juga dengan janin yang meringkuk dalam perut Shakila. Menyembuhkan organ-organ tubuhnya agar cepat berkembang seperti janin-janin pada umumnya. Tumbuh dan berkembang baik hingga waktunya tiba nanti.
Meskipun keadaan mereka sama saja. Bukan berarti mereka tidak bisa bangkit lagi. Justru dengan itu, maka trauma yang mereka miliki akan semakin mengikis dengan pengenalan lebih dalam lagi. Mengikiskan rasa benci yang menggerogotinya dengan menjamah hati yang sesungguhnya.
Mencari penyebab sesungguhnya atas apa yang terjadi dengan mereka. Meruntuhkan benteng pertahanan yang selama ini menjadi penghalang.
"Kamu ingin makan apa?" Andhy menoleh pada Shakila yang sedang menundukkan kepala. Dia meremas kedua tangannya di atas paha. Rasanya sangat canggung sekali. Shakila merasa sangat berbeda dengan Andhy yang sekarang.
"Terserah kamu saja." Jawabnya pelan.
"Bayi..." Andhy berbenti. "Apa bayinya tidak menginginkan sesuatu?" Tanyanya setelah beberapa saat bertarung dengan hatinya. Rasanya Andhy tidak berhak hanya mengucapkan bayi saja. Dia begitu brengsek sehingga untuk mengucapkannya seperti sebilah pisau mengirisnya. Menyakitkan.
Shakila menggeleng. Lalu Andhy mengangguk mengerti. Melirik ke luar jendela untuk memilih tempat makan terdekat.
Mereka pun memutuskan berhenti di sebuah restaurant sebelum kembali pulang. Andhy memang melarangnya memasak atau mengerjakan pekerjaan rumah, sehingga Shakila sama sekali tidak berbuat apa-apa sejak tadi pagi.
"Mulai sekarang, bisakah kita berteman?" Andhy meminta pada Shakila setelah mereka selesai makan. Shakila mengangkat kepala, menatap lelaki itu dan menemukan tatapan sendu. Shakila menatapnya lama, merasa damai meski hanya memandangnya.
Lalu Shakila mengangguk sebelum menunduk kembali. Mencengkeram kedua tangannya di atas meja. Bagaimana pun juga, Shakila merasa canggung padanya. Bayangan akan dirinya disekap sebelumnya belum bisa dilupakan. Terkadang Shakila menahan nafas jika sebesit bayangan tersebut mengitari benaknya.
"Terima kasih, Sha." Jawab Andhy pelan. Kembali mengulas senyum meski Shakila tidak melihatnya. Bagi Andhy keadaan mereka yang sekarang lebih dari cukup. Shakila menerimanya selama mengandung membuatnya terharu dan ingin menitikkan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...