Keesokan harinya Shakila akhirnya pergi lagi ke apartemen Andhy. Sarma begitu senang mendengar kabar tersebut, maka ia pun mengutus salah satu supirnya untuk menjemputnya dari kampung halaman. Kedua orang tua Shakila menyertainya dalam doa. Berdoa semoga semuanya lancar dan baik-baik saja.
Shakila hanya membawa beberapa pasang pakaiannya saja. Ia sudah berjanji pada diri sendiri tidak akan bisa dipermainkan oleh laki-laki bajingan itu lagi. Ia datang hanya untuk membantunya bukan untuk memanfaatkan keadaan, dan bukan untuk menumpang hidup. Ia dan kedua orang tuanya masih sanggup membiayai anaknya meskipun keadaan ekonomi mereka begitu memprihatinkan. Ia hanya tidak tega melihat Sarma menangis sedih karena anaknya. Sebentar lagi Shakila juga akan menjadi seorang ibu, ia tahu bagaimana perasaan seorang ibu terhadap anaknya.
Setelah sampai di apartemen Andhy. Shakila melebarkan mata dan menutup mulut melihat ruangan maskulin itu seperti kapal pecah. Semua barang-barang hancur berkeping-keping. Lantai yang dulu terlihat mengkilat saat pertama kali ia masuk ke dalam sana terlihat sangat kusam oleh cairan dan beling-beling kaca.
Shakila berjalan dengan sangat hati-hati. Ia takut terkena beling dan melukai kakinya. Botol dan kaleng minuman keras terlihat berserakan dan beberapa di antaranya juga mengalami nasib yang sama. Pecah berkeping-keping dan berserakan. Aroma ruangan itu juga begitu mencekam di penciuman. Shakila melihat beberapa tumpukan kemasan makanan cepat saji berserakan di sofa dan lantai. Sungguh miris nasib apatemen tersebut.
Shakila memang langsung di antar oleh supir ke apartemen Andhy. Dan bisa masuk dengan password yang di berikan oleh ibu Andhy. Perjalanan panjang dan melelahkan membuat Shakila enggan untuk membersihkannya. Ia langsung ke kamar dan menemukan kekacauan di sana. Selimut, bed cover, bantal dan guling berserakan di mana-mana. Noda makanan dan minuman keras juga berceceran di lantai. Shakila mendesah pasrah. Ia membersihkan terlebih dahulu kamar tersebut. Mengepel lantai dan mengganti bed cover dan lainnya dengan yang baru yang ia temukan di lemari.
Setelah bersih, Shakila membersihkan diri di kamar mandi dan membuka makanan yang ia bawa dari desa. Ia makan sendiri di dapur dan meletakkan piring kotor di wastafel. Setelah selesai makan, rasa kantuk mulai menyerangnya. Ia pun pergi ke kamar dan tidur.
Shakila mencoba membuka mata secara perlahan karena pergerakan dan suara di sampingnya. Gadis itu tidur menyamping sambil mendekap perut buncitnya. Tampak seorang laki-laki yang sangat memprihatinkan di depan mata Shakila. Wajah tirus, kelopak mata hampir tenggelam dan bakal jambang semakin lebat di wajahnya.
"Sha, aku pulang" Darah Shakila mendesir mendengar nada lembut itu. Andhy tidur menyamping menghadap dirinya. Tangan kirinya mengusap wajah Shakila dengan lembut. Shakila sungguh tidak tahan lagi. Kedua matanya berembun melihat keadaan Andhy. Aroma alcohol begitu menyengat di penciumannya, tetapi Shakila enggan beranjak untuk memuntahkan isi perutnya. Ia masih ingin melihat laki-laki mengenaskan itu. Selama sebulan tidak melihatnya, Shakila hampir tidak mengenali wajah Andhy lagi.
"Kamu sekarang semakin cantik, Sha, dari tadi malam. Kamu bahkan sudah mau menatapku" ucapnya terharu. "Apa kamu sudah memafkanku? Apa kamu sudah puas mengacuhkanku? Kamu hanya menutup mata setiap malam aku pulang" ucapnya seperti anak kecil. "Kamu selalu menghilang di siang hari, dan datang di malam hari setelah aku pulang. Aku menungguimu tetapi kamu tidak pulang kalau aku tidak pergi. Kamu hanya datang sebentar saja dan tidak mau menatap atau berbicara padaku. Kamu selalu tertidur dan mengacuhkanku" tambahnya mengeluarkan air mata. "Apa kamu tidak tahu bahwa aku sangat merindukanmu? Aku sangat ingin melihat kedua irismu"
Shakila menggerakkan tangan kanannya dan membawanya pada pipi Andhy. Laki-laki itu memejamkan mata meresapi sentuhan Shakila di wajahnya. "Sha..., kamu menyentuh wajahku, kan? Aku tidak bermimpi, kan?" ucapnya berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Romance [TBS #1]
RomanceKetika hati di kacaukan oleh dendam *** Shakila hanya seorang gadi biasa yang mengadu nasib di ibukota untuk mengubah derajat keluarganya yang tinggal di desa. Gadis itu bekerja sebagai sebagai pegaeai di sebuah bank. Gadis baik-baik tanpa nek...