"Mbak Dila, sudah dengar rumor datangnya karyawan baru?"
Dila yang baru saja akan memasuki ruangannya pun terhenti. Menatap para pegawai wanita yang kini sedang berkumpul di dekat pintu ruangannya. Dila mengurungkan niat untuk masuk, dan berjalan ke arah mereka.
"Mutasi dari luar provinsi itu? Ya saya sudah mendengarnya dari Herlambang."
"Dari informasi yang aku dapat. Karyawan itu umurnya kisaran 30."
Salah satu dari mereka angkat bicara, membuat yang lainnya berbisik senang. Menyadari bahwa akan ada lagi atasan berpenampilan menarik.
"Loh? Mbak Dila tidak penasaran?"
"Dia sudah sering lihat pria-pria tampan saat rapat bersama atasan. Ya jelas tidak akan penasaran."
Dua wanita menyikut kedua sisi tubuhnya dengan ekspresi menyindir.
"Tidak juga." Dila tertawa bersama mereka.
"Lebih baik kalian kembali bekerja. Kita belum mengetahui sifat atasan baru. Ada baiknya jadi yang terbaik bukan?"
Mereka semua mengangguk dan kembali pada posisi mereka.
Dila menghela napas. Ternyata rumor atasan itu sudah banyak menyebar.
Atasan lelaki akan selalu cepat tersebar. Apalagi jika usianya muda. Dila hampir saja mendelikkan matanya.
Sudut matanya menangkap sosok Herlambang yang kini sedang tersenyum tak jelas kearahnya. Membuat Dila memposisikan diri untuk sepenuhnya menatap Herlambang. Meskipun begitu, ia tetap saja memandang Dila jahil. Hingga akhirnya Dila menghela napas dan memasuki ruangannya.
***
"Dila, dipanggil ke ruang rapat." Seseorang berbicara di luar pintu ruangannya.
"Ya."
Dila mengambil pulpen handalannya. Menyelipkannya di saku blazer yang ia kenakan. Secara perlahan dan mantap, Dila berjalan ke ruang rapat. Sudah ada beberapa kawan seperjuangannya disana. Arry -seseorang yang ia kenal secara tak sengaja- melambaikan tangannya, mengajak Dila untuk duduk disampingnya.
"Arry, lama tak berjumpa." Mereka bertukar senyuman sebelum akhirnya Dila duduk di samping Arry.
"Pak Sudrajat resign mendadak seperti itu. Ia bahkan tak memberitahuku."
"Ia sudah merencanakan hal itu jauh-jauh hari. Mungkin hanya kau saja yang tidak tahu."
Tak sampai 5 menit Dila duduk dan berbincang dengan Arry, tiba-tiba saja semua orang berdiri. Menandakan adanya atasan yang memasuki ruangan. Dila berdiri, mencari-cari sosok atasan baru yang akan menggantikan Pak Sudrajat. Di balik pria tua itu, ada sosok lelaki muda dengan raut wajah yang tenang.
Bisikan beberapa pegawai jelas sekali terdengar. Arry hanya menyikut Dila dan mendapat cubitan sebagai balasannya. Wajah Dila tak mengeluarkan ekspresi apapun. Ia sedang menilai atasan barunya.
Muda
Satu kata itu yang terbesit di benak Dila. Mungkin jika dilihat dari fisiknya, sekitar 30 tahun. Lelaki itu bukan tipe atasan menyebalkan, karena terlihat dari cara pandangnya yang damai. Juga aura wajahnya yang terlihat sering melemparkan senyuman. Tipe pemimpin yang mengajak bawahannya untuk dapat berperan penting dalam perusahaan. Inilah pemimpin sejati. Lengan pria itu tampak kuat, yang mungkin saja mengartikan bahwa ia adalah seorang pekerja keras. Kacamata yang bertengger di wajahnya tak meragukan tingkat intelektual yang ia miliki. Dila duduk dengan tenang ketika pria tua itu duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love? Trust? Work? or Hobbies? [Dalam Revisi]
RomanceDILA MAULIN SUCIPTO Wanita berusia 27 tahun yang terlalu menyayangi statusnya sebagai wanita karier. "Dila kapan kamu mau nikah?" Permintaan sulit dari sang ayah yang dirasa mustahil pun terucap. Membuat Dila dihantui bayang-bayang akan pernikahan...