15. Kemenangan

989 66 3
                                    

Dila menempatkan tasnya di jok depan. Dengan memperhatikan gerak-gerik Rivan yang sedang berbincang dengan Tante Fitri. Secara menakjubkan mereka ternyata saling mengenal satu sama lain dan itu membuat kepala Dila pening.

Terkutuklah kau Rivan, setidaknya ia harus membayar semua perasaan sebal Dila.

Ia merapikan tatanan rambutnya, lalu ia melipat lengan kemeja putih panjangnya. Menatap cermin sejenak untuk memastikan make-up yang ia gunakan tidak berlebihan dan terlihat natural. Terlihat natural dan juga cantik. Tetap cantik. Dila memutar bola matanya dan mencoba mendekati Rivan dengan langkah yang begitu pelan. Mendengarkan apa saja yang sedang mereka bicarakan sebanyak yang ia bisa.

"Ah, ingin bertemu dengan Vina ya?"

Mata Dila memicing. Apa hubungan Rivan dengan tantenya dan juga Vina? Sebuah hal konyol jika ternyata Rivan menyukai Vina.

"Hai Tante." Dila cepat-cepat menyalami tante Fitri.

"Eh, Dila. Kebetulan sekali kamu datang ke rumah Ayahmu."

"Ada keperluan mendadak."

Senyuman yang dibuat-buat itu mendapat respon Rivan yang terlihat begitu terkejut. Menyadari bahwa ternyata Dila mengenal Tante Fitri. Jelas-jelas saja ia memandang Dila kebingungan. Lalu mereka saling menatap cukup lama, sebelum akhirnya terhenti.

"Loh? Dila kenal Rivan?"

"Ya, tentu saja." Jawaban yang cukup ambigu.

"Oh, baguslah! Nak Rivan ini investasi di cafe-nya Vina. Tante dekat dengan Ibunya. Wah! Dia itu Ibu yang baik."

Dila tersenyum begitu saja. Ia sudah membuat strike yang mengagumkan. Tak menyangka bahwa Tante Fitri mengenal keluarga Rivan.

"Rivan itu kenal Vina, loh."

"Oh ya?"

Pandangan yang super genit itu. Dila ingin tertawa begitu keras, mengenalkan Rivan sebagai calon suaminya. Ia sudah bisa membayangkan bagaimana ekspresinya. Namun ia menahannya. Berusaha untuk tak mencoba bergelayut di tangan Rivan dengan ekspresi yang dramatis. Karena ia tak pernah menyukai hal itu dan mungkin ia membenci dirinya sendiri jika ia berlaku seperti itu.

"Iya! Bahkan mereka itu sudah dekat. Ibu Aldha -kau tidak tahu dia bukan? itu Ibu Rivan. Dia bahkan pernah mengatakan bahwa ia ingin menjodohkan Rivan dengan Vina."

Dilanjutkannya dengan tawa yang begitu puas. Begitu menghina Dila.

Rivan cepat-cepat menatap Dila dengan begitu banyak rasa bersalah. Ia begitu ingin menjelaskan apa yang sedang terjadi dan Dila hanya mengangguk. Ia tetap tersenyum seakan ia memang penasaran tentang apa hubungan antara Rivan dengan Vina. Rivan hanya tersenyum canggung.

"Kalau saja Nak Rivan muncul sebelum Abyan, Tante pasti langsung kasih restu."

"Eh? Rivan." Suara melengking itu!

Senyuman Dila semakin mengembang. Ini akan menjadi acara terdramatis di dalam kehidupan Dila. Ia akan benar-benar menghantam mereka secara keras dan dengan cara yang paling menyakitkan.

"Halo Vina."

Vina yang berada di teras rumah segera berlari, berdiri di samping ibunya dan tersenyum malu-malu pada Rivan sembari mengangguk. Berusaha terlihat begitu feminim di hadapan Rivan. Seharusnya ia sadar diri, ia sudah memiliki Abyan yang pada kenyataannya akan menjadi suaminya di masa depan. Lalu kini ia sedang menggoda lelaki lain? Sungguh dramatis.

Indah sekali.

Dila lebih sering tersenyum karena sesungguhnya ia tak terlalu mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Yang Dila tahu hanya bahwa Tantenya itu memang begitu ingin Rivan menjadi suami Vina. Mereka berbincang pada Rivan seakan Dila tak pernah berada di sana. Bahkan mereka tak sedikitpun melirik Dila. Sesekali Dila memandang ponselnya, sesungguhnya ia harus segera pulang karena akan membuatkan kue kering kesukaan Ibunya yang kini pasti sudah selesai di operasi.

Love? Trust? Work? or Hobbies? [Dalam Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang