Kalian tahu apa efek dari kejadian di mana Rivan menyentuh -menggenggam- lengannya?
Sungguh luar biasa hingga Dila bahkan tak dapat berhenti untuk tersenyum sejak kejadian itu. Karena akhirnya ia bisa mendapatkan sebuah riset beserta ide cerita yang hidup.
Bahkan efeknya masih begitu terasa di hari kerja seperti ini. Ia bahkan datang begitu pagi. Entah apa yang ada di pikirannya namun hal itu membuatnya begitu semangat untuk bekerja.
Dengan apik ia mengikat rambutnya menjadi pony tail. Lalu seperti biasa menggunakan blazer yang hari ini berwarna krem. Kemeja putih bergaris lalu celana hitam yang membuat kaki jenjangnya terlihat indah.
Dila mengeluarkan kunci ruangan kerjanya, mungkin mengawali hari dengan men-download beberapa film akan terasa begitu menyenangkan. Terlebih hanya sedikit pegawai yang datang sepagi ini.
Kening Dila berkerut ketika ruangan kerjanya tak terkunci. Dengan keadaan waspada ia memasuki ruangannya, menelusuri setiap sudut ruangan sebelum akhirnya ia melihat sebuket bunga di atas meja kerjanya.
Dengan ragu Dila mendekatkan diri pada bunga berwarna merah muda itu. Ia memicingkan mata, menilai bunga yang begitu indah jika diberikan oleh seorang pria. Bunga carnation, Dila tahu betul bunga itu. Carnation merah muda sering diartikan sebagai simbol keberanian. Seseorang pasti sudah datang begitu pagi untuk menyimpan bunga ini di ruangan milik Dila si perfeksionis.
Dila menyimpan tas tangannya, lalu dibukanya laci meja itu. Dila kembali terkejut dengan adanya kotak aneh yang dihias sedemikian rupa berwarna hitam juga merah.
Oh, itulah warna kesukaan Dila.
Kotak yang memiliki permukaan cukup luas juga tinggi yang cukup. Ada surat yang tersemat pada pita berwarna merah itu.
Dila mengangkat surat itu, menjauhkannya dari indra penciuman. Katakanlah bahwa ia takut akan ada obat bius di sana jika ia menghirup aroma dari surat itu.
Kepada Dila,
Ini adalah hadiah untukmu karena akhirnya aku cukup berani untuk menyentuh wanita. Meskipun masih ada sedikit sengatan-sengatan kekhawatiran ketika aku menyentuh lawan jenis. Sejujurnya aku rasa hadiah ini masih belum cukup jika dibandingkan dengan waktu yang sudah kau sisihkan hanya untuk bertemu denganku di saat libur. Aku tahu bahwa kau -tentu saja- memiliki acara lain yang mungkin berkaitan dengan hobi mu itu.
Bagaimana jika siang ini kita makan siang di tempat makan cepat saji -yang kau tahu letaknya dimana- itu? Mungkin kau membawa bekal makan siang, namun aku harap kita dapat makan siang bersama untuk ucapan rasa terima kasihku.
Ah... Maafkan kalimat yang begitu canggung ini. Bisa dikatakan bahwa aku begitu canggung untuk menulis hal seperti ini.
Tertanda
-R-Dila membulatkan matanya terkejut. Ia tak mengerti perasaan senang apa ini. Namun yang jelas ia hanya ingin tertawa ketika membaca seluruh isi dari surat itu. Rivan adalah orang terjujur yang pernah ia temui. Ia selalu mengatakan apa pendapatnya. Katakan saja bahwa sifat Rivan itu selfless, lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. Itu yang membuatnya menarik.
Terlihat menarik.
Dila tak tahu apa yang harus ia lakukan pada sebuket bunga itu. Ingin menyimpannya di kantor, namun jika ada yang melihat akan terjadi rumor. Lantas ia berdiri dan membawa sebuket bunga carnation itu. Ia sudah berpikir bahwa sebaiknya ia taruh saja di dalam mobil. Kebetulan sekali ini masih terlalu pagi, hingga tak akan ada seorangpun yang melihat Dila membawa bunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love? Trust? Work? or Hobbies? [Dalam Revisi]
RomanceDILA MAULIN SUCIPTO Wanita berusia 27 tahun yang terlalu menyayangi statusnya sebagai wanita karier. "Dila kapan kamu mau nikah?" Permintaan sulit dari sang ayah yang dirasa mustahil pun terucap. Membuat Dila dihantui bayang-bayang akan pernikahan...