78. Siraman

250 23 4
                                    

Dila berdiri di halaman belakang, memikirkan tentang apa yang harus ia lakukan terhadap rumah yang sebentar lagi akan ia tinggalkan. Bukan berarti ia tak akan kembali ke negara ini, namun cukuplah untuk saat ini. Ia terlalu memaksakan diri untuk tetap berada di tanah kelahirannya dan ternyata hasil yang ia dapatkan tidak sebanding dengan niatnya yang ingin semua kembali berjalan sebagaimana mestinya.

Hari ini ia tidak ditemani siapapun. Ia hanya butuh waktu sendiri untuk beberapa saat sebelum ia benar-benar memutuskan untuk pergi ke keluarga Ayahnya. Mungkin semua akan berjalan seperti beberapa tahun silam. Saat dirinya kembali pergi tanpa memikirkan keluarganya. Jadi bisa saja jika memang Ayahnya tetap tidak sejalan dengan keinginannya, ia akan pergi begitu saja. Ia tidak bisa membiarkan dirinya terus sakit-sakitan seperti ini. Ia mengorbankan banyak hal. Rasa sakit, trauma, bahkan semua emosi yang seharusnya keluar pun sengaja ia pendam sendiri.

Betul.

Ia kini menjadi anak yang kurang ajar dan egois.

Tapi jika memang keluarganya sendiri tidak paham dan tidak mengerti apa yang kini ia alami, apa yang harus ia lakukan?

Dahulu, ia pernah menjelaskan pada Ayahnya bahwa ada sesuatu yang salah dengan kelakuannya. Bahwa ada suatu hal yang membuatnya terus menerus merasa tidak aman. Hal yang ia dapatkan adalah sebuah cacian yang menunjukkan bahwa ia yang salah. Ia yang melakukan hal itu dan itu adalah kesalahan yang ia buat. Setidaknya karena itu, dulu ia selalu menyalahkan dirinya sendiri.

Bahkan hingga saat ini.

Lalu apa yang terjadi jika ia mengatakan bahwa ia, yang sekarang tidak bisa berbicara lancar ini, mengalami mental breakdown dalam beberapa bulan terakhir pada keluarganya? Pasti akan menjadi sebuah kehebohan yang tidak perlu dan akan membuatnya semakin pusing.

Lagi-lagi ia menghembuskan napas kencang hingga ia rasa tidak ada lagi udara di dalam paru-paru nya. Airu sudah mengatakan bahwa Ayahnya akan memberikan Dila kesempatan untuk berpamitan dengan Ayah dan keluarganya empat hari sesudah hari siraman Maya. Kemungkinan ia akan berangkat satu hari setelah pernikahan Maya dan Herlambang.

Sedikitnya ia bisa bernapas lega karena akhirnya segala macam kekhawatiran akan terangkat dari pikirannya.

Esok hari adalah hari di mana Maya akan melakukan tradisi sebelum pernikahan. Ia tidak bisa membayangkan jika Maya dan Herlambang pada akhirnya menikah. Bayangkan saja, Herlambang adalah tipikal manusia yang senang menebar pesona kesana-kemari dan dirinya sempat dijadikan target dari kelakuan Herlambang saat SMA itu. Namun karena dirinya yang lebih memilih novel dibandingkan setiap candaan dan godaan yang dilemparkan oleh Herlambang, akhirnya pria itu memilih untuk tetap bersama dengan Dila karena ia senang menggoda Dila yang tidak terpengaruh oleh pesonanya.

Pada saat itu Dila memang tidak peduli dengan keberadaan Herlambang yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi. Hingga akhirnya Dila sadar bahwa selama ini bukan hanya Herlambang yang mengikutinya, ia melupakan fakta bahwa Fadli merupakan sahabat kecil Herlambang yang juga sama mengikutinya. Jika Herlambang lebih menonjol karena kelakuannya yang sering mengganggu dan cari perhatian pada Dila, Fadli cenderung tenang dan selalu berada di samping Herlambang ketika pria itu melakukan kesalahan yang keterlaluan pada Dila.

Lalu Maya menjadi murid pindahan yang masuk ke ruang lingkup mereka karena dijadikan sebagai target oleh Herlambang. Siapa sangka bahwa ternyata Herlambang memang benar-benar menyukai Maya, bukan hanya sekedar menggoda perempuan itu.

Sering kali Dila dipaksa untuk pergi bersama Herlambang juga Fadli agar Maya menganggap jika mereka berjalan-jalan sebagai teman. Padahal saat itu Dila ingat betul jika dirinya memiliki jadwal untuk belajar Bahasa asing. Namun tiba-tiba sebuah jemputan datang kedepan gerbangnya, ia akhirnya mau tak mau harus mengikuti apa yang Herlambang inginkan. Laki-laki kaya sialan. Itu adalah ungkapan yang sering Dila ucapkan pada Herlambang.

Love? Trust? Work? or Hobbies? [Dalam Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang