Fadli terlihat begitu serius di hadapan layar komputernya. Ia duduk dengan tenang namun tetap terjaga, berharap-harap cemas menunggu jawaban dari dokter yang menangani Dila selama di Jepang. Pak Tsunemori sama sekali tidak memberikan petunjuk mengenai kelakuan Dila yang ia rasa begitu ganjil dan tidak pas.
Ia mengalihkan pandangannya ke tumpukan buku jurnal dan membaca dengan tenang. Tak mungkin ia harus terus menatap layar komputer untuk menunggu balasan dari orang yang ia tuju. Sejak ia menemukan sesuatu yang aneh dari Dila, ia tak pernah bisa tenang. Bahkan ketika tidur pun tak nyenyak. Seakan tubuhnya selalu bersedia jika ada panggilan mendadak terkait kondisi Dila. Namun sejauh ini Dila tak pernah meneleponnya malam hari.
Layarnya membuka tab baru. Menunjukkan adanya email masuk ke akunnya. Ia duduk tegang dan membuka email dari seseorang yang ia nanti-nanti.
“Mr. Yuta... Ia memintaku untuk menghubunginya lewat skype?”
Fadli mengusap dagunya dan membuka aplikasi yang di maksud.
Tak lama menunggu, Mr. Yuta yang sudah setengah baya itu terlihat di layarnya. Setelah basa-basi, Fadli langsung menanyakan hal penting yang selama akhir-akhir ini mengganggu pikirannya.
“Aku tahu hal ini akan terjadi. Rekam medis yang Dila berikan padamu tidak lengkap. Pak Tsunemori yang memerintahkan hal itu.”
Setelah ia berkata hal itu, Mr. Yuta berlalu untuk membawa beberapa dokumen yang ingin ia tunjukkan pada Fadli.
“Apakah ia mengidap penyakit lain?”
“Ya... Dan beruntung Dila belum mengetahui hal itu.”
Mr. Yuta membuka sebuah dokumen dan menunjukkannya pada Fadli.
Matanya memicing untuk dapat membaca tulisan di dalam dokumen itu. Ia membaca secara perlahan, memastikan ia tak salah membaca. Keningnya berkerut dan ia membaca ulang seakan ia salah membaca semua keterangan di dokumen itu.
“DID¹? Tidak mungkin Dila tak menyadari bahwa ia memiliki kepribadian lain!”
“Kepribadian lain itu memiliki nama Maulin. Lebih cerdas dan bijaksana dari Dila. Tenang dan sungguh penyayang. Sejak awal, Maulin menjaga Dila. Ia hanya akan muncul ketika Dila mengalami panic attack dan tak pernah muncul untuk mengganggu kehidupan sehari-hari Dila.”
“Apa?”
“Maulin sejak awal tidak bermaksud untuk muncul. Ia adalah kepribadian lain yang menghancurkan kepribadian baru yang selalu muncul tiba-tiba. Hal yang akan Dila rasakan adalah mimpi cermin pecah.”
Mr. Yuta terdiam sejenak.
“Dan informasi lainnya, Maulin sudah bersama Dila sejak ia SMA.”
Fadli duduk dengan semua kejutan dan rasa tidak karuan. Ingin ia berteriak dan melemparkan apapun yang ada di hadapannya karena gagal memahami dan mengetahui apa yang terjadi pada Dila. Menyalahkan dirinya karena ia tak bisa sepenuhnya menjaga Dila dari semua rasa sakit yang gadis itu tanggung.
***
“Hatchi!”
Dila mengambil tissue dan kembali duduk di hadapan kertas yang berserakan.
Lina dan Yuni hanya tertawa dan mengatakan bahwa ada seseorang yang sedang membicarakannya. Sampai-sampai Dila harus melirik mereka dengan tatapan tajam agar mereka kembali serius pada tugas masing-masing.
Malam ini Lina dan Yuni menginap karena ada Lina membutuhkan bantuannya untuk menempelkan screentone. Tetapi Dila melemparkan pekerjaan itu pada Yuni, mengelak karena ia harus mengerjakan skrip novelnya yang sudah di tunggu oleh penerbit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love? Trust? Work? or Hobbies? [Dalam Revisi]
RomanceDILA MAULIN SUCIPTO Wanita berusia 27 tahun yang terlalu menyayangi statusnya sebagai wanita karier. "Dila kapan kamu mau nikah?" Permintaan sulit dari sang ayah yang dirasa mustahil pun terucap. Membuat Dila dihantui bayang-bayang akan pernikahan...